Pages

Rabu, 07 Desember 2011

SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun


HEBOH & UNIK

HUT Sekolah, Bikin
Fashion Daur Ulang

ADA yang heboh dan unik pada perayaan HUT SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun tahun ini. Banyak kegiatan dan lomba untuk memeriahkan ultah kali ini, seperti seni bela diri, parade band, campursari dan masih banyak lagi.
Yang paling mencuri perhatian adalah fashion daur ulang. Fashion yang ditampilkan anak Jasa Boga misalnya, dari bekas bungkus sabun atau deterjen. “Walaupun gak nyambung sama bidang keahlian kita, tapi akhirnya jadi juga gaun bikinan kami,’’ kata Miming, desainer gaun itu.
Penasaran cara pembuatannya? “Kain dibentuk sesuai pola, kemudian bungkus deterjen dicuci, dibelah, lalu dibentuk. Pola kain dan potongan bungkus deterjen dijadikan satu, dijahit dan diberi resleting. Setelah itu diberi hiasan.Waktu yang dibutuhkan untuk membuat gaun kurang lebih lima hari,’’ ungkapnya.
Lain lagi dengan Dina Mardiana yang dibantu teman-temannya. Mereka bikin gaun dari daun. Pembuatannya memerlukan kesabaran tersendiri. “Butuh perawatan ekstra agar gaun dari daun itu tetap terlihat segar, tidak pudar alias layu. Gaun ini bisa bertahan lebih dari satu minggu kalau disimpan dalam kulkas dan semprot dengan minuman bersoda,’’ ujar Dina.
Daun bahan pembuatan gaun itu nggak asal comot lho, tapi dipilih yang menyimpan cadangan air alam, warna menarik, dan nyaman. ‘’Juga yang nggak bikin kulit gatal-gatal,” terang cewek manis berkaca mata ini.
‘’Ternyata siswa kita sudah mampu dan mau memanfaatkan barang-barang yang tidak berguna, disulap menjadi gaun yang indah dan cantik, serta layak untuk dipamerkan. Produk fashion daur ulang juga membuktikan kalau siswa memiliki kreativitas yang tinggi,” ungkap salah satu panitia. (desy/ozie)

Berkesempatan Magang di Jepang

Gandeng Perusahaan
Ternama melalui BKK

SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun nggak bingung cari kerja kalau sudah lulus. Soalnya, sekolah itu punya BKK (Bursa Kerja Khusus) yang menjembatani para siswa untuk
mendapatkan pekerjaan dan memberikan informasi tentang dunia kerja.
‘’Sekolah kami bekerja sama dengan banyak perusahaan ternama. Misalnya, INKA, Astra, Cipta Kom, elektronik di Batam dan berbagai perusahaan lainnya,’’ kata ujar Bu Siam.
Bahkan, SMKN 1 Wonoasri sudah menjalin kerja sama dengan PT Japan Indonesia Asociation Economic Center atau JIAEC . JIAEC adalah perusahaan pemagangan yang menyalurkan tenaga magang (trainee) ke Jepang. So, siswa punya kesempatan magang kerja di Negeri Sakura.
Asiknya lagi, BKK nggak memungut biaya sepeser pun pada siswa. Biasanya, pengurus BKK mencari info dari suatu perusahaan yang memerlukan tenaga kerja. Astra Group, misalnya. Ternyata mereka menanggapi dan mau meneken kerja sama dengan sekolah untuk menyediakan tempat tes. ‘’Progam yang sudah berjalan selama 5 tahun ini berhasil menyalurkan 18 siswa ke PT Astra,’’ ungkapnya.
Setiap akhir tahun, sekolah menghubungi Depnakertrans agar mendapatkan sosialisasi. Melalui BKK, siswa dapat informasi dari sumber langsung, dan terhindar dari calo. Kalau pun menggunakan jasa PJTKI , tentu dipilih yang punya legalisasi sehingga ada yang bertanggung jawab jika terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
Sukses SMKN 1 Wonoasri menyalurkan siswa ke perusahaan ternama membuat jurusan Teknik Pengelasan dan Kontruksi peminatnya membeludak hingga harus menambah kelas yang sebelumnya hanya satu sekarang jadi dua. (*)

Asah Kedisiplinan lewat Program Taruna
ADA program terbaru di SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun, yaitu Taruna. Program ini bertujuan membentuk karakter siswa. Di antaranya, agar punya jiwa disiplin, kerja keras, kreatif, religius, jujur, dan mandiri.
Program ini dilaksanakan setelah sekolah usai. Para anggota langsung menuju lapangan untuk latihan. Meskipun cuaca begitu terik, mereka tetap semangat untuk mengikuti latihan. Para taruna dan taruni itu mengenakan kaos latihan, celana dan sepatu PDL, ransel, kopel lengkap dengan topi.
Kegiatan yang fokus pada kedisiplinan dan kesiapan siswa di dunia kerja itu dilaksanakan sejak pertengahan Oktober lalu. Latihan berbasis semi militer itu mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Mulai dari kepala sekolah, guru, pembina, alumni, masyarakat sekitar, hingga dari anggota TNI dan Polri.
Kegiatan tidak hanya diadakan di sekitar sekolah aja, tapi juga di luar sekolah. Antara lain hutan Kebonagung, Monumen Kresek, dan Grape. Di sana peserta digembleng semi militer dengan halang rintang, survival, caraka malam, long march, bela diri militer dan masih banyak lagi.
Siswa-siswi begitu antusias mengikuti program satu-satunya dan yang pertama di Kabupaten Madiun itu. “Program ini bertujuan supaya siswa lebih disiplin dan siap untuk terjun ke dunia kerja,” ujar Pak Ainu Muhammadi, pembina ketarunaan yang juga waka kesiswaan SMKN 1 Wonoasri. “Memang hal seperti ini perlu diberikan pada siswa agar disiplin dalam bekerja setelah mereka lulus nanti,’’ imbuhnya.
Latihan taruna memiliki dampak yang begitu besar bagi para anggota. “Kegiatan ini begitu menyenangkan dan dapat melatih kedisiplinan meski tiap hari tersengat teriknya matahari,’’ kata Wulan, salah satu peserta. (abbas/soffy/arum)

Bahan Alam Bawa Erma Juara
PADA 30 September-1 Oktober lalu, Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun punya gawe besar yakni lomba jawara atau seleksi siswa teladan SMK. Nah, SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun mengirimkan wakil Erma Ayu Atika. Di ajang itu, cewek berambut panjang ini presentasi pembuatan ‘Teh Daun Jati Aras’.
Pasti pada penasaran kan? Dibimbing Bu Siti Nurul CH, kepala bidang kahlihan Jasa Boga, Erma menciptakan produk minuman yang bahannya 100 persen dari alam. ‘’Bahan dari alam memang lebih bagus dikonsumsi,’’ ujar Erma.
Ini nih bahan yang digunakan : jahe, pala, cengkih, serai, dan gula merah. Kata Erma, ramuan itu gak pahit dan gak ada efek sampingnya. Teh ini memiliki khasiat melangsingkan tubuh, menghilangkan pegal-pegal, melancarkan buang air besar, dan bisa menghangatkan badan. Wow!
Rencananya, produk bikinan Erma itu akan dibawa ke balai uji Depkes agar dapat diproduksi lebih banyak dan dinikmati oleh masyarakat luas. Berkat ‘Teh Daun Jati Aras’ itu pula Erma meraih juara I se-Kabupaten Madiun. Hebat kan..!! ‘’Aku bangga, dan kegiatan ini juga menambah wawasan aku. Yang pasti aku seneng banget soalnya bebas biaya SPP 1 semester,’’ ucap Erma riang. (miming/april)

Muatan Berat No Problem
NAMA Ahmad Muzamil udah nggak asing lagi di SMKN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun.
Cowok 17 tahun ini bisa dikatakan super dalam bidang kesenian. Nggak cuma itu aja, dia juga penggemar berat Yamaha Mio lho. Gak percaya? Tahun 2007 merupakan awal cowok berbadan subur itu menggunakan Yamaha Mio.
Motor matik itu menjadi teman setia dalam perjalanan ke berbagai tempat. Yamaha Mio memang motor yang menyedot perhatian masyarakat terutama kalangan anak muda.
Sejak menggunakan Mio, siswa kelas XI ini pun jadi lebih PD. ‘’Temen-temen mengira Mio tidak kuat menampung badan saya yang hampir 142 kilogram. Tapi kenyataannya Yamaha Mio sangat kuat, saat dikendarai di jalan menanjak sekalipun,’’ paparnya.
Menurut Jamil, Yamaha Mio punya banyak keunggulan, seperti tangguh, kuat, lincah, dan bertenaga. Desainnya pun keren dan minimalis. Cowok yang punya talenta seni itu mengaku tak ada keinginan untuk berganti motor. Hatinya udah mentok di yamaha Mio.
Muzamil punya cara jitu agar motor matiknya selalu tampil gaya dan enak dipakai. ‘’Setiap bulan sekali saya servis di diler resmi Yamaha,’’ ungkap cowok yang juga penyiar radio ini. (ifana/rida)

CREW LIPUTAN

Selasa, 06 Desember 2011

MTsN 2 Paron Ngawi

NATIVE SPEAKER

Siswa Akselerasi Belajar
bareng Bule Amrik
BANYAK cara untuk mengasah kemampuan berbahasa Inggris. Salah satunya dengan mendatangkan native speaker, seperti yang dilakukan MTsN 2 (Tsada) Paron Ngawi beberapa waktu lalu.
Native speaker itu sengaja didatangkan agar anak-anak kelas akselerasi Tsada menimba ilmu langsung dengan orang yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
Siapakah native speaker itu? Dia adalah Pak John, bule asal Colorado, Amerika Serikat. ‘’Kehadiran Pak John ini tidak lepas dari buah kerjasama yang baik antara MTsN 2 Paron dengan MAN Paron. Sebab, tugas utama Pak John selama dua tahun di Indonesia adalah menjadi pengajar sukarela di MAN Paron,’’ terang Bu Isnawati Rofiqoh, guru bahasa Inggris Tsada Paron.
Bu Isnawati mengatakan, awalnya meminta izin pihak MAN Paron untuk mendatangkan Pak John. Karena punya semangat yang sama, madrasah itu sangat mendukung. ‘’Alhamdulillah Pak Muljono (Kepala MAN Paron, Red) memberi kami kesempatan untuk menimba ilmu dari Pak John,’’ tuturnya.
Begitu tiba di MTsN 2 Paron, Pak John langsung mendapat sambutan hangat. Diajar bule ternyata asyik. Soalnya, diselingi games-games yang seru. Selama mengajar anak-anak Tsada, Pak John didampingi guru bahasa Inggris Bu Farida Hidayati dan Bu Isnawati.
Saking asyiknya, waktu serasa begitu cepat berlalu. Tak terasa hampir dua jam siswa-siswi MTsN 2 Paron belajar bahasa Inggris dengan Pak John. ‘’Mudah-mudahan anak-anak makin termotivasi untuk belajar lebih giat, terutama dalam pelajaran bahasa Inggris,’’ harap Bu Isnawati. (*)

Kembangkan Potensi Siswa CI+BI

Buka Kelas
Akselerasi
MTsN 2 (Tsada) Paron Ngawi mempunyai cara tersendiri untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Yaitu dengan memberikan perhatian khusus kepada siswa yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa (CI+BI).

‘’Perhatian khusus ini perlu diberikan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal agar menghasilkan kecerdasan yang luar biasa dan mampu berprestasi,’’ jelas Pak H. Yasin, Kepala MTsN 2 Paron.
Perhatian khusus itu diwujudkan dengan membuka kelas akselerasi (percepatan) untuk tahun pelajaran 2011/2012. Peserta didik yang bisa masuk di kelas ini harus memenuhi beberapa persyaratan. ‘’Di antaranya, rapor dari SD/ MI kelas 4, 5 dan 6, tes akademik, dan tes psikologi. Juga ada studi kelayakan seperti meminta pendapat guru, teman sebaya, dan orang tua atau wali tentang kemampuan dan kesanggupan anak tersebut,’’ ungkapnya.
Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, di kelas akselerasi dilengkapi berbagai fasilitas seperti ruangan ber-AC, mebelair khusus, perpustakaan mini, modul, IT lengkap, lemari es dan sebangainya. ‘’Volume kelas akselerasi maksimal 20 siswa, sistem pengajarannya fullday,’’ terang Pak Yasin.
Motivasi dibukanya kelas akselerasi berawal dari sukses Ni’ma Fitrotillah, lulusan kelas unggulan yang diterima di MAN Insan Cendikia Serpong Jawa Barat, dan banyak juga yang diterima di MA/ SMA/ SMK negeri di Ngawi dan sekitarnya.
Pak Yasin menambahkan, MTsN 2 Paron mendapat nilai akreditasi A dari BAN-P dan telah memperoleh SK penetapan dari Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Timur sebagai penyelenggara program kelas akselerasi. ‘’Untuk itu tingkat MTs ditempuh selama 2 tahun dan langsung bisa ikut UN. Kurikulumnya mengadopsi konsep dengan kebutuhan khusus peserta didik CI+BI yang dikembangkan dalam bentuk pengayaan dan peningkatan, serta menyelesaikan semua target kurikulum tanpa meloncat kelas,’’ paparnya. (*)

PMR Tsada Paron Berjaya

Di Ajang Jumbara
se-Kabupaten Ngawi
MTsN 2 (Tsada) Paron kembali mengukir prestasi di ajang Jumbara se-Kabupaten Ngawi yang digelar 22-25 Oktober lalu di lapangan Teguhan, Kecamatan Paron. Para penggawa Tsada berjaya di beberapa peragaan (lomba).
Di antaranya, juara I peragaan PP (Pertolongan Pertama), donor darah siswa, dan kesehatan remaja. Bukan itu saja, Tsada Paron juga menjadi kontingen terfavorit PMR Madya.
Keberhasilan skuad Tsada Paron Skuad yang beranggotakan 20 siswa memborong gelar juara tak urung disambut suka cita. ‘’Kemenangan anak-anak tidak lepas dari kedisiplinan dan ketekunan mereka dalam berlatih. Tanpa itu semua tidak mungkin bisa menjadi yang terbaik,’’ kata Pak Jumari, salah satu pembina.
Sikap disiplin yang ditanamkan para pembina PMR terlihat dalam setiap kegiatan latihan, baik latihan reguler maupun menjelang even prestisius sekaliber jumbara. Bahkan, sejak seminggu sebelum kegiatan hingga akhir kegiatan, anak-anak dilarang keras minum es, demi menjaga stamina mereka.
Selain Pak Jumari, yang terlibat intens dalam kegiatan ini ada Pak Ridlo dan Pak Nur Kholiq sebagai pendamping. Di setiap latihan maupun even lomba, mereka bertiga selalu berdiri di belakang anak-anak Tsada, sekaligus motivator. (*)

Mengenal Three Musketeers dari MTsN 2 Paron Ngawi
Pak Ridho Wibawa, Pak Nur Kloliq Tegas, Pak Jumari Disiplin

PERNAH nonton film The Three Musketeers? Film itu mengisahkan sepak terjang tiga prajurit elit pengawal raja Prancis, yaitu Porthos, Athos dan Aramis.
Semboyan terkenal mereka “all for one, one for all” (semua untuk satu, satu untuk semua).
Nah, MTsN 2 (Tsada) Paron Ngawi juga punya tiga jagoan lapangan yang all out memberikan sumbangsihnya pada sekolah tercinta. Mereka adalah: Pak M. Nur Kholiq, Pak Moh Ridlo, dan Pak Jumari.
Ketiga bapak itu merupakan pembina utama di beberapa kegiatan madrasah, seperti pramuka, PMR dan olah raga. Ketiganya merupakan kombinasi yang lengkap. Pak Ridlo terkenal dengan kewibawaannya, Pak Nur Kholiq dikenal tegas, dan Pak Jumari orangnya disiplin. Mereka adalah ujung tombak Tsada Paron di even-even outdoor. Dari sentuhan tangan mereka bertiga pula, banyak siswa Tsada yang mengukir prestasi.
Pak Ridlo yang sehari-hari mengajar pelajaran Fiqih ini sangat prihatin dengan keadaan siswa zaman sekarang yang lemah pendalaman agamanya. Bapak yang pernah menimba ilmu di Pondok As-Salam Solo ini juga prihatin generasi sekarang banyak yang tidak bisa membaca Alquran ataupun doa-doa salat. ‘’Makanya, kami sangat getol meminta siswa menghafal bacaan-bacaan salat ataupun doa-doa harian.’’ ujarnya.
Sementara Pak Nur Kholiq yang alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya jurusan Bahasa Arab itu adalah sosok yang fleksibel jika berhadapan dengan para siswa. Bapak satu ini bisa menjadi sangat tegas, namun tidak jarang pula mampu membuat suasana latihan menjadi cair. Bapak dua anak ini juga piawai di bidang dekorasi dan seni kaligrafi.
Sedangkan Pak Jumari telah mengabdi selama 10 tahun di MTsN 2 Paron. Alumni Universitas Negeri Malang ini adalah sosok yang paling membumi dan kalem. Tapi di balik kekalemannya tersimpan sikap tegas dan keras. Pak Jumari senantiasa menanamkan sikap pantang menyerah di setiap kondisi.
Pun ketika Tsada Paron mengikuti kejuaraan, baik lokal maupun nasional, selalu diibaratkan perang. ‘’Harus tampil maksimal dan total, sehingga apapun yang terjadi kita tidak akan menyesalinya,’’ kata bapak yang masih single ini. ( * )

Terseret 5 Meter, Motor
Cuma Tergores Sedikit
BANYAK orang yang memakai sepeda motor Yamaha, termasuk Pak Sukamil, guru MTsN 2 (Tsada) Paron Ngawi. Guru yang biasa dipanggil Pak Kamil ini sudah sejak 5 tahun lalu memakai Jupiter Z warna merah.

Pernah suatu ketika Pak Kamil jatuh dari sepeda motornya karena berusaha menghindari kendaraan kakek-kakek dari arah berlawanan. Lantaran terlalu kencang, Pak Kamil tidak bisa mengendalikan motornya hingga sempat terseret sejauh 5 meter. Anehnya, motornya tidak apa-apa, hanya tergores sedikit. Kalau motor biasa mungkin sayapnya sudah pecah.
Menurut suami dari Bu Rini Setyowati itu, Yamaha Jupiter Z memilki banyak kelebihan. Di antaranya lebih unggul, gesit, irit, canggih, dan kualitas terjamin.
Pengalaman menggunakan kendaraan bermotor bagi bapak yang sudah 18 tahun di TsaDa Paron tentu bukan barang baru lagi.
Pak Kamil yang asal Dusun Cerme, Desa Gentong, Kecamatan Paron, itu membeli sepeda motor Jupiter Z di dealer Rajawali Motor Jalan PB Sudirman Ngawi. Bagi pria yang sudah 18 tahun mengajar di Tsada Paron ini, Yamaha Jupiter Z benar-benar sudah teruji dan setia menemani dalam menjalankan tugas sehari-hari sebagai abdi negara.
Dengan berbagai kelebihannya itu, tak heran kalau Pak Kamil tidak mau berpindah ke merk lain. ‘’Pokoknya, Yamaha semakin di depan,’’ ujarnya. (*)

Crew:

Selasa, 29 November 2011

SMP Negeri 1 Sine Ngawi

Serasa di Vila

Sekolah Bersih dan
Indah, Siswa Enjoy Belajar

SERASA berada di sebuah vila. Suasana itu dirasakan anak-anak SMPN 1 Sine (Spentusi) Ngawi setiap harinya.
Maklum, sekolah yang terletak di lereng Gunung Lawu ini selalu terlihat bersih, indah, dan pastinya sejuk.
Dengan suasana yang serba mendukung itu, nggak heran kalau siswa-siswi Spentusi enjoy dan betah berlama-lama di sekolah mengikuti pelajaran maupun kegiatan ekskul. ‘’Kami memang ingin menjadikan sekolah sebagai istana pendidikan. Sehingga, siswa siswi kerasan tinggal dan belajar di sekolah,’’ kata Pak Sulistyo, Pembina kebersihan dan keindahan Spentusi.
Tapi tau nggak, untuk menjadikan suasana SMP Negeri1 Sine yang serasa vila itu butuh proses dan kerja keras. Antara lain lewat program Sekolahku adalah Rumah dan Istanaku, Jumat bersih, dan penghijauan.
“Bersih itu indah, bersih itu sehat, bersih itu ibadah. Sekolahku istanaku bukan sekolahku kandang sapiku,’’ tutur Pak Sulistyo sembari menyebut kalau kepala sekolah Pak Hadi Suharto selalu mendorong semua warga sekolah untuk mewujudkan Spentusi sebagai sekolah hijau.
Kerja keras keluarga besar SMP Negeri 1 Sine itu berbuah manis. Pada tahun 2005 dan 2006 Spentusi menyabet jawara Lomba Lingkungan Sekolah Sehat ( LSS ) tingkat kabupaten dan provinsi. Hebat kan! (*)

Siswa Baru Dites Psikologi
SMPN 1 Sine punya cara tersendiri untuk menghasilkan output atau lulusan yang berkualitas.
Salah satunya dengan mendeteksi sejak dini psikologis dan kecerdasan siswa. ‘’Dengan mengetahui kejiwaan dan kecerdasan siswa sejak awal, kita akan mudah dalam membimbing mereka,’’ kata Pak Marsono, salah satu guru SMPN 1 Sine.
Gimana cara mendeteksinya? Setiap awal tahun pelajaran, SMPN 1 Sine bekerja sama dengan sebuah lembaga psikologi ternama dari Surakarta mengadakan tes psikologi bagi siswa baru. Dengan begitu, pengelompokan siswa dalam kelas maupun penanganannya lebih mudah karena didasarkan beberapa kesamaan, seperti kejiwaan dan pengetahuan awal.
‘’Saya sangat bersyukur, sekolah kami setiap tahun mengadakan tes psikologi. Ini sangat meringankan tugas saya selaku guru BK dalam menempatkan siswa di kelas,’’ kata Bu Kartini, salah satu guru BK/BP.
Yang menarik, rangakaian kegiatan tes psikologi itu diawali dengan outbond. Biasanya diadain di kawasan wisata perkebunan teh Jamus Kecamatan Sine. ‘’Kami berharap kegiatan seperti ini bisa memacu prestasi siswa,’’ kata Pak Hadi Suharto, kepala sekolah. (*)

Asah Bahasa Inggris, Ngobrol dengan Bule

Siswa Spentusi Hunting
Tourist di Prambanan

SEKOLAH boleh di desa, tapi soal bahasa Inggris, siswa SMPN 1 Sine nggak mau kalah dengan mereka yang ada di kota.
Itu tak lepas dari adanya kelas bilingual di sekolah yang dikenal dengan sebutan Spentusi ini.
Ya, proses pembelajaran di Spentusi menggunakan dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Inggris. Kelas bilingual itu diterapkan secara penuh pada mata pelajaran matematika, IPA, dan TIK. Sedangkan mata pelajaran lain saat membuka dan menutup pelajaran saja pakai Bahasa Inggris. ‘’Kelas bilingual dikonsep berbasis IT,’’ terang Pak Hadi Suharto, kepala sekolah.
Untuk mengasah kemampuan siswa, pembelajaran tidak hanya melalui kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tapi juga di luar lingkungan sekolah. Itu seperti yang dilakukan siswa kelas bilingual dengan program Hunting Tourist di area Candi Prambanan pada 11 Juni 2011 lalu. ‘’Kegiatan seperti ini sudah berjalan selama 3 tahun terakhir,’’ ungkap Bu Nasrifatul Halimah, salah satu guru pembimbing.
Sesuai namanya hunting tourist, di lokasi bersejarah itu anak-anak Spentusi belajar berkomunikasi dengan turis asing dengan Bahasa Inggris. ‘’Seru dan enjoy banget,’’ ujar salah satu siswa. (*)

Disiplin lewat Ekskul Drumband
PENGEN tau nggak ekskul drumband SMPN 1 Sine Ngawi? Ekskul ini jadi kebanggaan Spentusi-sebutan SMPN 1 Sine.
Mereka sudah sering tampil memeriahkan acara yang diadain di wilayah Kecamatan Sine dan sekitarnya.
Kata Pak Karep Sunaryo, banyak manfaat yang didapat dari mengikuti ekskul drumband. Salah satunya memupuk kebersamaan dan kekompakan. Kalau nggak kompak, mana mungkin bisa menghasilkan harmonisasi nada dan gerakan yang pas. ‘’Juga bisa membentuk karakter yang disiplin, pemberani, dan bertanggungjawab,’’ ungkapnya.
Memang sih, dana yang dibutuhkan untuk ekskul drumband ini tidak sedikit. Tapi, kepala sekolah Pak Hadi Suharto maupun komite SMPN 1 Sine tetap mendukung. Pokoknya, maju terus pantang mundur.
Ekstra drumband di SMPN 1 Sine sebenarnya sudah ada sejak 15 tahun lalu, tapi sempat vakum. Nah, seetlah sekolah dinahkodai Pak Hadi Suharto, ekskul ini dihidupkan kembali. ‘’Karena terbukti bisa mencetak generasi muda yang tangguh, disiplin dan bertanggungjawab,’’ tutur Pak Hadi. (*)

Peduli Masyarakat Kurang Mampu
SISWA SMPN 1 Sine Ngawi punya kepedulian sosial tinggi lho. Itu dibuktikan dengan adanya kegiatan bakti sosial dan pembagian daging hewan kurban kepada masyarakat kurang mampu beberapa waktu lalu.
Saat itu, Spentusi-sebutan SMPN 1 Sine Ngawi- menyembelih seekor sapi. Hewan kurban tersebut dibeli dari hasil iuran siswa dan guru, sebelum dagingnya dibagikan pada mereka yang berhak menerima. ”Begitulah cara kami menumbuhkan rasa peduli siswa terhadap sesama,’’ ujar Pak Warno, koordinator kegiatan bakti sosial dan peringatan Idul Adha.
Kepedulian sosial siswa Spentusi juga diperlihatkan saat peringatan HUT RI ke-66. Di stan Exposisi, Spentusi mengadakan bazar murah bagi siswa dan masyarakat kurang mampu. Mereka diberi kupon untuk ditukarkan dengan satu paket sembako berisi beras, minyak goring dan mi instan. “Sekolah kami memang cukup aktif dalam kegiatan baksos dan kegiatan amal lainnya,” ungkap Pak Hadi Suharto, Kepala SMPN 1 Sine.
Kata Pak Hadi, untuk meningkatkan standar sekolah dari SSN menuju RSBI tidak hanya diperlukan siswa dan guru yang cerdas, tapi juga akhlak dan kepribadian yang baik. (*)

Crew liputan:

Selasa, 22 November 2011

SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun

Ada Lomba Kreasi Tumpeng

Perayaan HUT
ke-27 SMAVI Heboh

ULTAH SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun tahun ini dirayain besar-besaran. Lima hari penuh (25-29 Oktober 2011) warga sekolah yang dikenal dengan sebutan SMAVI ini larut dalam ingar-bingar perayaan ultah sekolah. Banyak banget kegiatan yang diadain buat memeriahkan HUT ke-27 SMAVI.
Salah satu yang menarik perhatian adalah lomba kreasi tumpeng. Siswa berlomba-lomba menghias nasi tumpeng mereka dengan aneka lauk pauk. Penataannya pun dibuat semenarik mungkin.
Anak-anak kelas XII IPS 1 misalnya, sengaja membentuk nasi tumpeng seperti gambar hati, lalu bagian atasnya ditaburi lauk membentuk angka 27. Hiasan dari wortel dan tomat berbentuk bunga di sekelilingnya membuat tampilannya keren banget.
Selain lomba kreasi tumpeng, HUT SMAVI juga dimeriahkan festival bazar makanan tradisional. Area parkir sebelah selatan sekolah pun disulap jadi lokasi bazar yang menyuguhkan berbagai makanan khas Indonesia. Mulai pecel , klepon , tahu petis , rujak buah , es kopyor, getuk, sampe oseng-oseng pepaya.
Lomba olahraga seperti futsal, basket, voli, dan badminton juga ada lho. Kegiatan yang diadain pada 25-26 Oktober 2011 itu meriah banget. ‘’Saya merasa bangga melihat antusiasme siswa dalam bermain dan sportivitas mereka,’’ ujar Pak Komaruddin, Kepala SMAN 1 Wungu.
Puncak kegiatan HUT SMAVI ke-27 adalah pentas seni, 29 Oktober 2011 di aula sekolah. Acara dimulai dengan aksi putra putri batik. Mengenakan batik yang modis-modis dan tata make up keren, mereka berlenggak lenggok di catwalk bak model profesional. Setelah itu, dilanjutkan dengan pensi yang berlangsung heboh. (*)

Sabet Juara Olimpiade Ekonomi
KELAS IPS yang selama ini cenderung dipandang sebelah mata mengusik hati Ema Rahmawati, siswi SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun.
Dia pun berusaha membuktikan diri kalau anak jurusan IPS juga bisa berprestasi.
Maka, ketika sekolahnya mengadakan seleksi calon peserta olimpiade Ekonomi, dia ikut mendaftar. ‘’Akhirnya terpilih jadi salah satu perwakilan sekolah ke olimpiade Ekonomi tingkat kabupaten tahun ini,’’ ujarnya.
Untuk terjun di olimpiade Ekonomi tingkat kabupaten, persiapan yang dilakukan Ema nggak main-main. Selain setiap hari mengikuti bimbingan dari guru Ekonomi, dia rajin berburu referensi dari buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah.
Kerja kerasnya terbayar lunas setelah cewek penyuka novel yang ultah setiap tanggal 8 Oktober itu berhasil meraih juara I olimpiade Ekonomi tingkat Kabupaten Madiun 2011. (*)

Paham dan Peduli Lingkungan
LOKASI sekolah di daerah pegunungan membuat anak-anak SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun dekat dengan alam.
Mereka juga punya kepedulian tinggi pada lingkungan. So, nggak salah kalo sejak tahun 2008 ada mulok pendidikan lingkungan hidup alias PLH.
Bu Hanik Ulfiatum, guru PLH, mengatakan bahwa dengan mulok PLH diharapkan SMAN 1 Wungu menghasilkan murid yang tidak hanya berhasil di pelajaran pokok, tapi juga terampil dalam memahami dan melindungi alam sekitarnya.
‘’PLH adalah proses membangun populasi manusia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan dan segala masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dan, karena kita ‘anung’ (anak gunung, Red) kita harus lebih peduli terhadap lingkungan dari pada masyarakat di kota,’’ terang Bu Hanik.
Pada pelajaran PLH, siswa juga diajari memanfaatkan barang bekas atau limbah menjadi sesuatu yang punya nilai tambah. Misalnya, limbah plastik dibikin baju yang unik. ‘’Modelnya nggak kalah keren dari baju dijual di mall,’’ kata Sasty, siswi kelas XI.
Bahkan, SMAN 1 Wungu pernah menyabet juara I dan harapan I lomba daur ulang tingkat provinsi tahun 2009. Sedangkan tahun ini medapat juara III Putra Lingkungan. Sekolah ini juga membuat Hutan Pendidikan dengan menanam ratusan tanaman glodog pecut dan jati bekerjasama dengan Perhutani KPH Madiun. (*)

Mading Violeta Langganan Juara
SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun punya banyak jurnalis muda berbakat lho. Buktinya, majalah dinding alias mading sekolah ini sering meraih juara.
Bahkan, dalam lomba mading yang diadain STAIN Ponorogo, tim SMA Violeta-sebutan SMAN 1 Wungu-selalu menyabet juara I dalam tiga tahun berturut-turut.
Tim mading Violeta juga pernah meraih juara I dan III lomba tingkat eks Karesidenan Madiun di Unmuh Ponorogo. Sedangkan di Exmud Party Radar Madiun menyabet juara harapan I.
Moncernya prestasi anak-anak mading SMAN 1 Wungu keseriusan pihak sekolah mewadahi minat dan bakat siswa di bidang jurnalistik. Mereka secara bergilir papan mading yang sudah disediakan khusus. “Menyalurkan bakat anak lewat mading lebih baik dari pada corat-coret yang tidak pada medianya,’’ kata guru pembimbing mading Pak Chlorida Palianto.
Nggak itu saja, tiap semester diadain lomba untuk anak-anak ekskul mading. ‘’Membaca ilmu pengetahuan yang kemudian diikat dengan menulis adalah apresiasi yang ditunjukkan para murid melalui wadah mading,’’ kata Bu Nilam Wianti, guru pembimbing mading lainnya.
Vony Octavia Ayu, salah satu peserta ekskul mading, berharap tim Violeta bisa mewakili Kabupaten Madiun ke lomba tingkat provinsi. ‘’Kita juga pengen bikin mading gerak. Moga aja sekolah bisa nyediain angarannya,’’ kata dia. (*)

Ikut Bantu Atasi Problem Siswa
PENGABDIAN guru BP SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun pantas diacungi jempol. Bagaimana tidak, mereka tak jarang harus menempuh jarak puluhan kilometer dan medan yang sulit demi menemui muridnya, terkait program home visit di sekolah itu.
Saat home visit itulah guru BP memberikan motivasi dan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa-siswi. Misalnya, terlambat ke sekolah, tidak masuk tanpa alasan yang jelas , mengantuk saat KBM, dan sebagainya. ‘’Memang moto kami adalah BP peduli siswa,’’ kata Pak Wibisono, salah satu guru BP.
Kalau ada permasalahan yang dihadapi siswa, lanjut Pak Wibisono, guru BP tidak langsung memberikan sanksi pada murid, tapi mengevaluasi terlebih dahulu mengapa anak itu melanggar tata tertib.
Menurut Pak Wibisono, memecahkan permasalahan siswa harus dilakukan tanpa rasa emosional sedikit pun. Guru BP juga selalu menekankan pada siswa-siswinya agar tak mudah putus asa dalam menghadapi problemnya. ‘’Setiap permasalahan sesulit apapun pasti ada solusinya, walaupun kadang butuh proses lama,’’ tuturnya, diamini Pak Dwiwojo, guru BP lainnya. (*)

Motor Tua Saksi Perjuangan Hidup
JANOKO. Begitulah cowok satu ini biasa disapa. Janoko bisa dibilang sosok istimewa. Bagaimana tidak, di usia yang baru 18 tahun,
tekat siswa SMAN 1 Wungu ini untuk menempuh pendidikan sungguh luar biasa.
Setiap hari, untuk pergi ke sekolah dia harus menempuh jarak puluhan kilometer dari Caruban, tempat tinggalnya. ‘’Motor tua ini aku beli dari gaji pertama saat bekerja di Surabaya. Ia setia mengantarku ke mana pun aku pergi. Saat aku berangkat bekerja, pulang atau kemana saja sesuai kata hatiku. Motor ini saksi perjuangan hidupku,’’ ujarnya.
Jauhnya jarak ke sekolah memaksa Janoko pukul 06.00 sudah berangkat dari rumah. Meski jauh, dia merasa betah menuntut ilmu di SMAN 1 Wungu. ‘’Aku disambut dengan tangan terbuka oleh semua warga sekolah ini tanpa adanya melihat status sosial. Jadi betah dan tambah semangat menjalani hidup,’’ kata Janoko.
Rasa lelah menempuh perjalanan jauh saat pulang sekolah langsung hilang ketika di dapur sang ibu telah menyiapkan menu spesial seperti tumis kangkung dan tempe goreng. ‘’Sama enaknya dengan spageti,’’ katanya.
Usai makan dan istirahat sejenak, Janoko segera berangkat ke tempat kerjanya dengan ditemani motor kesayangan. Ia bekerja tanpa pernah mengeluh sedikit pun. Sebab, itu adalah sumber usahanya demi tercapainya cita-cita. (*)

Minggu, 20 November 2011

Megah, Prosesi Ultah SMAN 5 Kota Madiun

Usung Tumpeng, Simbol Kedewasaan
MADIUN – Cara unik dilakukan keluarga besar SMAN 5 Kota Madiun menandai ulang tahunnya ke-20. Satu tumpeng raksasa setinggi satu meter diiringi pasukan khusus dengan 24 tumpeng mini biru-putih memeriahkan prosesi ulang tahu. Perayaan ini diklaim yang termegah sepanjang sejarah SMAN 5 kota.


Kepala SMAN 5 Kota Madiun Retno Susetyowati mengatakan, tumpeng adalah simbol kedewasaan. Menurutnya, sebagai lembaga pendidikan SMAN 5 teguh dan selalu optimistis menghadapi tantangan. Sebelum dipotong wali kota Bambang Irianto, tumpeng raksasa diusung empat prajurit berseragam biru-putih dan dipayungi agar tidak terpapar matahari.

Selain itu, ada dua cucuk lampah di depan tumpeng, diiringi 24 siswi berbusana khas nan menawan dilengkapi mahkota dari bulu. Di tangan para siswi itu, tumpeng kecil menghias sebagai symbol masing-masing kelas di sekolah yang berdiri pada 1991. Dengan langkah anggun diserta senyum menawan, mereka membentuk lingkaran mengelilingi tumpeng raksasa dengan iringan musik tradisional. ‘’Kreasi ini simbol kreativitas dan upaya kami menggali potensi lokal,’’ kata Retno, kemarin (19/11).

Sebelum pemotongan tumpeng, pengunjung juga disuguhi tari payung yang ditampilkan 26 penari dengan koreografi memukau. Para penari terdiri dari 21 siswi dan lima siswa dari ekskul tari itu menampilkan gerak enerjik. ‘’Tarian itu juga memiliki makna, sebuah simbol pasang surut kami menghadapi tantangan selama 20 tahun terakhir,’’ tambah Retno.

Retno yang berkolaborasi dengan salah satu rekannya, Yoyok Putra ingin menampilkan persembahan terbaik bagi sekolah. Dia berharap dengan perayaan ulang tahun yang dikemas berbeda, bisa memotivasi siswa, guru dan semua keluarga besar SMAN 5. ‘’Ke depan akan kami kemas lebih baik lagi,’’ tandasnya. (rgl/irw)

Senin, 14 November 2011

Kritik Korupsi lewat Teater

MADIUN – Korupsi di Indonesia digambarkan sudah menjalar sampai tingkat desa. Karena ketamakan pemimpin di tingkat desa, kesejahteraan rakyat sudah tak dipedulikan. Itulah pesan dari drama yang dimainkan teater Obor MAN 2 Kota Madiun dalam pentas berjudul ‘Sinden’, kemarin (13/11).


Tiga tokoh penting dimunculkan dalam drama itu. Yakni Nyai Adi Guru diperankan Dila, Nyai Narodo (Sinta) serta Nyama Dipati (Leva). Ketiganya menggambarkan birokrat yang semena-mena, menghambur-hamburkan uang negara tanpa bekerja dengan baik.

Dalam adegan tersebut, Nyai Adi Guru memerintahkan kepada kedua penggawa kerajaannya yakni Nyai Narodo dan Nyama Dipati untuk menelusuri daerah kekuasaan yang memiliki potensi alam gemah ripah loh jinawi. Tanpa terkecuali Desa Watu Gundol yang dipimpin lurah tamak.

‘’Kono ndang budalo, ojo mung dolanan wae,’’ perintah Nyai Adi Guru dalam dialog drama itu.
Pada babak selanjutnya, ditampilkan kehidupan salah satu keluarga di Desa Watu Gundul. Hidup satu keluarga yakni Panjang dan Semi, beserta ketiga putrinya Sotrik, Minul dan Atik. Adegan kedua itu menceritkan keluarga sederhana yang hidup bergantung dari penghasilan Semi, yang bekerja sebagai sinden.

Semi yang diperankan oleh Ajeng, setiap hari hidup mewah dengan busana yang bagus dan pekerjaanya hanya bersolek tidak mengurus ketiga putrinya. Sedangkan Panjang, yang diperankan oleh Febri, menganggur dan mengurus rumah. ‘’Aku ki kurang opo, duit wes tak wehi sampean yo ra suah nyambut gawe. Ngono aku kok sek kon ngopeni anakmu,’’ kata Semi.

Panjang yang menganggur, tidak bisa membantah dan hanya mengiyakan keinginan istrinya yang setiap hari pulang malam karena ada job manggung. Bahkan dalam adegan tersebut, setiap hari Panjang harus mempersiapkan tas dan sandal milik istrinya sebelum pergi bekerja. Alhasil, rumah tangga tersebut kacau karena si Panjang pun tidak bisa merawat serta memperhatikan ketiga putrinya.

Di sisi lain, lurah Watu Gundul yakni Mad Malik, hanya mementingkan dirinya dan hanya memanfaatkan keahlian sinden untuk menumpuk harta. Istri lurah pun menaruh curiga karena suaminya sering pergi dengan sinden itu hingga akhirnya minta cerai dan dikabulkan. ‘’Pemerintah tidak perduli dengan apa yang menjadi efek karena ketamakannya itu. Mereka hanya tahu harta kekayaan yang dia serap dari rakyat kecil,’’ ungkap Agung Sugijono, sutradara sekaligus pelatih teater MAN 2 Kota Madiun.

Dalam drama yang disaksikan sekitar seratus orang itu, Agung ingin menyampaikan ktitik terkait kondisi penguasa yang hanya mementingkan kepentingan mereka tanpa memedulikan rakyat kecil. Dia berharap dengan pertunjukan itu, bisa menanamkan jiwa sosial terhadap para pelajar dan khalayak. (rgl/irw)

Minggu, 13 November 2011

Tak Peduli Kontroversi, Tetap Dukung Komodo

MADIUN – Kabar sementara terpilihnya Taman Nasional Komodo (TNK) yang masuk lima besar tujuh keajaiban dunia alias The New 7 Wonders of The World (N7W) pada Jumat (11/11) sontak membuat siswa pecinta alam (Wapenala) SMAN 5 Kota Madiun bersuka ria.

Mereka menggelar aksi dukungan dengan mensosialisasikan keberadaan hewan purbakala itu kepada seluruh siswa. ‘’Kami tidak peduli ada kontroversi atau tidak, namun sebagai pecinta alam kami siap mendukung pelestarian Komodo,’’ ungkap Muhamad Ayub Kriswibowo, ketua Wapenala kepada Radar Madiun kemarin (12/11).

Ayub mengatakan, aksi sosialisasi itu sudah dia lakukan sejak dua pekan lalu, tepatnya pada 29 Oktober. Selain menjelaskan kepada rekan-rekan siswa mengenai TNK, Ayub dibantu 11 anggota Wapenala juga meminta kepada setiap siswa, agar berpartisipasi mendukung keberadaan Komodo sebagai peninggalan sejarah yang harus dilestarikan. ‘’Salah satu bentuknya dengan mengirim sms, agar masuk ke tujuh besar kejaiban dunia,’’ tuturnya.

Selama hampir dua minggu, Ayub menjadwalkan program sosialisasi tersebut keseluruh siswa di 24 kelas yang berjumlah sekitar 800 siswa itu. Meski tidak semua memberikan dukungan penuh, namun Ayub optimis bisa membantu meloloskan TNK sebagai satu diantara tujuh keajaiban dunia. ‘’Ada beberapa siswa yang mengirimkan dukungannya,’’ imbuhnya.

Salah satunya, Meilyta siswi kelas XI IPA 2 itu mengaku sudah mengirimkan 500 pesan singkat kepada operator yang khusus melayani dukungan via sms itu. Dukungan itu tidak sekaligus dia kirim, melainkan setiap hari selama kurang lebih satu minggu. ‘’Vote baru ditutup kemarin, dan saya senang sementara sudah masuk lima besar,’’ tuturnya.

Sayangnya, pengumuman tersebut masih bersifat sementara dan belum mutlak. Karena pihak penyelenggara baru akan mengumumkan hasil akhir pada awal tahun depan. Hal inilah yang saat ini menjadi kekhawatiran siswa wapenala termasuk Meilyta.
‘’Kalaupun tidak terpilih, Komodo wajib dilestarikan. Caranya dengan menumbuhkan rasa memiliki pada TNK, yakni dengan menjaga kelestariannya dan jangan ada perburuan liar,’’ tegasnya.

Apalagi, kata dia Komodo merupakan salah satu jenis hewan purba yang kini masih hidup. Sudah seharusnya hewan reptil itu dijaga dari kepunahan agar tetap betahan menjadi warisan budaya di Indonesia. (rgl/rif)

Sabtu, 12 November 2011

Galang Tanda Tangan Seribu Siswa

Upaya Pemecahan Rekor
MURI di Hari Guru

NGAWI - Hari Guru masih dua pekan lagi nanti. Namun, gaung peringatannya sudah mulai terasa. Di SMAN 1 (Smasa) Ngawi, misalnya, menggalang seribu tanda tangan siswa. Para pelajar itu membubuhkan tanda tangan dengan spidol di kain putih sepanjang 10 meter.
Kelak, kain yang sudah penuh dengan tanda tangan siswa itu akan dikirim ke Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) di Jakarta untuk pemecahan rekor MURI kategori pembubuhan tanda tangan terpanjang dan terbanyak. ‘’Ini salah satu bentuk solidaritas dari FON (Forum OSIS Nasional, Red) dalam peringatan Hari Guru,’’ terang Ketua OSIS SMAN 1 Mharta Adji kemarin (12/11).

Pembubuhan tanda tangan itu dilakukan seluruh siswa sebelum masuk kelas. Tak butuh waktu lama, seribu siswa menjalankan aksi yang terbilang unik itu. ‘’Cuma sejam. Untuk mengindari antrean, spidol harus banyak. Dan, siswa dilarang berlama-lama saat membubuhkan tandan tangan,’’ paparnya.

Kain putih yang sudah penuh dengan tanda tangan siswa, selanjutnya digulung rapi sebelum dikirim ke Jakarta via pos. ‘’Seluruh OSIS dari Sabang sampai Merauke sudah sepakat dengan lokasi pengiriman. Sebelum tanggal 25 November harus sudah tiba di Jakarta. Sebab tanggal itu (25 November, Red) pemecahan rekor MURI akan dilaksanakan,’’ ungkapnya.

Pemecahan rekor MURI pembubuhan tanda tangan terpanjang dan terbanyak itu, lanjut dia, melibatkan 100 SMA sederajat. Dengan jumlah sekolah itu, diperkirakan seluruh kain yang dipenuhi tanda tangan bila digabungkan panjangnya mencapai satu kilometer. ‘’Minimal harus seribu meter dengan lebar satu meter. FON sangat optimistis bisa terealisasi (pecahkan rekor MURI, Red). Sejak sepekan terakhir kami selalu berkoordinasi dengan OSIS se-Jatim,’’ ujarnya.

‘’Melihat antusiasme siswa, bukan tidak mungkin dalam peringatan Hari Guru nanti juga akan diadakan kegiatan serupa di lingkup sekolah,’’ imbuh Joko Trihono, wakil kepala sekolah (wakasek) bidang kesiswaan.(dip/isd)

Selasa, 08 November 2011

SMK PGRI 4 Ngawi

ASAH BAKAT

Ekskul Dance dan Tari
SMK Panter Unjuk Gigi

EKSKUL di SMK PGRI 4 Ngawi atau dikenal dengan sebutan SMK Panter banyak banget lho.
Mulai PMR, pramuka, olahraga, sampai seni. Dan, yang paling khas adalah ekstra dance. Khasnya itu, setiap diadain class meeting pasti ada lomba dance antarsiswa. Tujuannya untuk menggali potensi anak-anak SMK Panter di bidang dance.
Anggota Panter Dance saat ini berjumlah lebih dari 50 anak, dari kelas X, XI, maupun XII.
Mereka sudah sering tampil di berbagai acara lho. Agustus lalu, misalnya, ikut memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-66 di Kecamatan Geneng. ‘’Kita sekolah nggak hanya cari ilmu saja, tapi juga cari teman dan cari pengalaman. Jadi, rugi kalau nggak ikut ekstra sama sekali,’’ kata Desy Wulan, salah satu peserta ekskul dance SMK Panter.
Meskipun gentol menggali bakat dancer-dancer jempolan, bukan berarti SMK Panter melupakan seni tradisional. Sekolah yang sekarang dinahkodai Pak Sukamto ini juga punya ekskul tari. Prestasi anak-anak tari juga nggak kalah mentereng lho. Mereka pernah dapat juara tingkat kabupaten maupun provinsi. (*)

Hotspot hingga Bursa Kerja
MASUK dunia kerja sekarang nggak gampang. Modal ilmu akademis saja nggak cukup, tapi juga dibutuhkan life skill. So, SMK PGRI 4 Ngawi sengaja membekali siswa-siswinya dengan keterampilan sesuai bidang ilmu yang digeluti.

‘’Tentunya didukung dengan fasilitas untuk proses belajar mengajar yang lengkap,’’ terang Pak Sukamto, kepala sekolah.
Pak Sukamto lantas mencontohkan beberapa fasilitas penunjang kegiatan berlajar mengajar. Antara lain 4 laboratorium komputer yang sudah terkoneksi dengan internet dan 1 laboratorium khusus untuk perakitan komputer. ‘’Juga disediakan free hotspot area. Jadi, warga sekolah tak kesulitan jika hendak mengakses data dari internet,’’ ungkapnya.
SMK Panter-sebutan SMK PGRI 4 Ngawi-juga memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) yang siap menyalurkan siswa-siswi kerja di dalam maupun luar negeri. ‘’Walaupun begitu, lulusan yang hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi juga siap bersaing dengan mereka yang berasal dari sekolah umum,’’ tuturnya.
Gimana sih asal-usul sebutan SMK Panter? Awalnya, istilah Panter itu singkatan dari ‘depan terminal’. Tapi sekarang setelah memiliki sertifikat standar internasional dalam bidang mutu manajemen ISO 1009:2008, istilah Panter berubah jadi slogan SMK PGRI 4 Ngawi. Yaitu, kepanjangan dari pelopor, asosiatif, nasionalis, tampil, enerjik, dan religius. (*)

Bentengi Diri dengan Kegiatan Religius
ADA kegiatan khusus tiap siang hari di aula SMK PGRI 4 Ngawi yang letaknya di lantai dua sekolah itu.
Yakni, siraman rohani dan baca tulis Alquran untuk seluruh siswa yang beragama Islam. Sebelum acara berakhir, diadakan salat berjamaah.
Bukan tanpa alasan pihak sekolah ngadain siraman rohani dan baca tulis Alquran. Kegiatan itu bertujuan membentengi siswa-siswi dari berbagai hal negatif yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Di antaranya, budaya asing yang tidak sesuai dengan norma agama maupun norma masyarakat. ‘’Kami memang berupaya agar siswa tak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tapi juga kecerdasan spiritual,’’ kata Pak Ali Imron, guru agama.
Kegiatan bernuansa religius itu, lanjut Pak Imron, diharapkan bermuara pada anak didik SMK Panter-sebutanSMK PGRI 4 Ngawi-yang berakhlak mulia. ‘’Dan dapat memberikan pengaruh yang positif kepada teman maupun kepada lingkungan sekitar. Begitu juga nanti kalau sudah lulus,’’ tuturnya. (*)

Diajari Merakit Komputer
PENGEN tau banyak soal komputer? Tanya aja sama anak-anak Program Keahlian Teknik Komputer dan Informatika SMK PGRI 4 Ngawi.
Maklum, mereka diajari berbagai hal seputar komputer. Mulai dari pengenalan hardware, sampai instalasi software.
Bahkan, siswa Teknik Komputer dan Informatika yang kompetensi keahliannya Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) itu diajari perakitan komputer. “Semua siswa TKJ sekolah ini juga diajarkan cara mengatasi semua permasalahan dalam bidang komputer dan jaringan,’’ terang Pak Puryanto, Kepala Program Keahlian TKJ.
Siswa TKJ SMK PGRI 4 Ngawi, lanjut Pak Puryanto, memang disiapkan untuk bekerja dalam bidang komputer dan jaringan, sehingga bisa merakit komputer hukumnya wajib. ‘’Di sini ada laboratorium khusus untuk bongkar pasang komputer. Jadi, seluruh siswa TKJ bebas berekpresi dalam merakit komputer,’’ tuturnya.
Materi komputer nggak cuma diberikan pada anak-anak TKJ, tapi juga siswa program keahlian Keuangan. Mereka dikenalkan dengan program akunting terkini, misalnya MYOB yang merupakan software akuntansi dengan akurasi tinggi.
Begitu pula anak-anak Program Keahlian Tata Niaga. Mereka dikenalkan dengan program administrasi seperti Microsoft Office, Excel dan sebagainya. Selain itu, ilmu terapan macam labeling dan penataan produk. (*)

Bagikan Ratusan Bungkus Daging Kurban
MOMEN Hari Raya Idul Adha tahun ini dimaknai betul oleh SMK PGRI 4 Ngawi. Sekolah kejuruan yang dikenal dengan sebutan SMK Panter ini membagikan daging kurban kepada masyarakat Desa Tepas, Kecamatan Geneng.

Yang menarik, pembagian daging kurban itu dilakukan di sela kegiatan perkemahan di desa tersebut. Kemah kali ini diikuti sekitar 80 siswa yang merupakan pengurus OSIS dan anggota PMR.
Kegiatan perkemahan dimulai Sabtu (5/11) pagi. Usai mendirikan tenda, anak-anak SMK Panter bersih-bersih lingkungan sekitar masjid yang lokasinya nggak jauh dari tempat kemah. Malam harinya seluruh peserta kemah mengikuti takbir di masjid dan esok harinya salat Ied.
Setelah salat Ied, satu ekor sapi pun disembelih. Selanjutnya, sebanyak 400 bungkus daging kurban dibagikan ke warga sekitar. Pembagiannya dengan cara didistribuskan kepada 7 kepala dusun yang ada di Desa Tepas. Sebagian lagi diberikan langsung kepada warga.
“Kami berterima kasih siswa-siswi SMK PGRI 4 telah mau berbagi. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya,’’ kata salah seorang warga Tepas. (*)

Selasa, 01 November 2011

SMK Negeri 2 Jiwan Kabupaten Madiun

Wow, Kirim Alumni ke Jepang
CARI kerja di zaman sekarang memang susah. Tapi, itu nggak berlaku bagi lulusan SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. Maklum, mereka sudah dibekali life skill sesuai bidang ilmu yang ditekuni. Apalagi, pihak sekolah juga nggak tinggal diam dengan membantu menyalurkan alumni ke ke berbagai perusahaan.
Bahkan, lewat kerja sama dengan JIAEC (Japan Indonesia Economic Center), Agustus lalu SMKN 2 Jiwan memberangkatkan tiga alumni ke Jepang. Mereka mengikuti on job training selama 3 tahun di Negeri Sakura. ‘’Bulan ini sekolah kami dipakai untuk seleksi on job training ke Jepang untuk periode pemberangkatan Januari nanti,’’ terang Bu Wiwik Wiyati, kepala sekolah.
Masih kaitannya sama dunia kerja, siswa SMKN 2 Jiwan dibekali keterampilan tambahan. Jurusan teknik kendaraan ringan, misalnya, meluncurkan program stir mobil. ‘’Dengan harapan selain menguasai enginee, siswa juga mahir mengoperasikan kendaraan. Yang pasti, siswa tak perlu kursus di luar dengan biaya yang lebih mahal,’’ ujar Pak Suharto, penanggung jawab program.
Hal yang sama diberikan pada siswa Untuk jurusan pemesinan. Selain mendapatkan keterampilan sesuai kurukulum, mereka dibekali keterampilan kusus di bidang fabrikasi. Melalu program ini siswa dilatih bekerja mandiri atau berwirausaha. ‘’Program ini sudah menghasilkan produk yang laku dipasarkan, baik kalangan sendiri maupun luar sekolah. Misalnya rak sepatu, vas bunga, pintu harmonica, tempat pot bunga dan sebagainya,’’ tutur Pak Darminto, kaprogdi pemesinan.
Jurusan akuntansi nggak mau kalah. Siswanya dibekali keterampilan khusus di bidang perdagangan dan keuangan lewat business center. ‘’Anak-anak juga diberi bekal etika berbisnis dengan benar,’’ kata Bu Widi Widayati, kaprogdi akuntansi. (*)

SMKN 2 JIWAN RAYAKAN ULTAH KE-7 SEKOLAH
BESAR-BESARAN
SMKN 2 Jiwan Kabupaten pada bulan Oktober lalu tepat berusia 7 tahun. Momen 7 tahun berdirinya sekolah ini dirayain secara besar-besaran. Mulai dari lomba olah raga antar-kelas, teatrikalisasi puisi, story telling, sampai fashion show.
Nggak cuma siswa-siswi yang berpartisipasi, bapak dan ibu guru juga dilibatkan lho. Mereka ikutan lomba nyunggi tampah dan memasak nasi goreng. Juga ada kakak-kakak mahasiswa PPL dari IKIP PGRI Madiun. Seru banget pokoknya. ‘’Ulang tahun ke-7 ini diharapkan sebagai momentum untuk menjadikan sekolah semakin kompetitif dan diperhitungkan masyarakat,’’ kata Bu Wiwik Wiyati, Kepala SMKN 2 Jiwan.
Memeriahkan ultah sekolah ke-7, juga diadain beberapa kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar seperti pasar malam dan servis gratis sepeda motor bekerja sama dengan salah satu dealer di Madiun. ‘’Kami juga mengadakan donor darah serta jalan sehat,’’ ungkap Bu Wiwik.
Bu Wiwik mengatakan, usia tujuh tahun boleh dibilang masa di mana sekolah masih butuh pengembangan, baik sektor fisik maupun non fisik. ‘’Dan, ini diperlukan semangat kerja semua elemen sekolah yang tinggi demi memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik,’’ imbuhnya.
SMKN 2 Jiwan dulunya bernama SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) yang berdiri pada 1968. Kemudian, pada 1996 berubah menjadi Sekolah Menegah Kejuruan Abdi Negara. Akhirnya pada 2004 berubah statusnya menjadi SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. (*)

Kerja Keras Antar Bayu Juara Menulis Opini
DIAM-DIAM, SMKN 2 Jiwa Kabupaten Madiun ternyata gudangnya penulis berbakat. Setidaknya itu terlihat saat Unmer Madiun ngadain lomba menulis opini tingkat Kota/Kabupaten Madiun, SMKN 2 Jiwan menempatkan empat wakilnya di babak final. Hebat kan!
Keempat siswa tersebut adalah Bayu Ramadhan, Yayang Limas Kurnia Jaya, Febi, dan Novi. Dan, bintangnya adalah Bayu. Di final yang digelar 22 Oktober lalu dan diikuti 20 finalis itu Bayu menyabet juara II. ‘’Temanya konservasi lingkungan hidup,’’ kata Bayu.
Keberhasilan siswa kelas XII M3 program keahlian Teknik Permesinan itu meraih juara II nggak lepas dari kerja kerasnya menyiapkan diri sebelum lomba. ‘’Banyak berlatih, pantang menyerah, nggak mudah putus asa, juga berdoa,’’ ungkap Bayu sembari menambahkan kalaui keberhasilannya itu juga berkat bimbingan Pak Mahmudi.
Ngomongin soal prestasi, yang diraih SMKN 2 Jiwan sudah seabrek. Tahun ini saja ada belasan. Antara lain, juara II lomba yel-yel se-Karesidenan Madiun, juara I daur ulang sampah tingkat Kabupaten Madiun, juara III putri penegak kreasi Korwil Madiun, juara I siswa teladan SMK se-Kabupaten Madiun kelompok Teknologi, juara I siswa teladan SMK se-Kabupaten Madiun kelompok Bisnis Manajemen, dan masih banyak lagi. (*)

Borong Juara Siswa Teladan
PEMILIHAN siswa teladan SMK tingkat Kabupaten Madiun yang diselenggarakan Dinas Pendidikan bekerja sama dengan SMKN Wonoasri bulan kemaren, terasa istimewa bagi SMKN 2 Jiwan.
Bagaimana tidak, dua wakil SMKN 2 Jiwan meraih juara. Mereka adalah Gunawan dari progam keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan Intan Permatasari dari progam keahlian Akuntansi.
“Sempat nervous juga menjelang presentasi, karena peserta lain bagus-bagus. Tapi berkat motivasi dan dukungan guru pembimbing, aku bisa mengatasinya dan tampil percaya diri. Pastinya ini pengalaman berharga banget buat aku,’’ ujar Intan.
Kesan mendalam juga dirasakan Gunawan yang menyabet juara lewat karya tulisnya berjudul “Soda Kue sebagai Penghemat Bahan Bakar Kendaraan Bermotor”. ‘’Persiapannya kurang maksimal karena waktunya mepet banget. Untungnya, guru pembimbing terus kasih support,’’ katanya. (*)

Raih NUN Tertinggi, Kejar ISO
SIAPA bilang siswa sekolah pinggiran nggak bisa berprestasi. Pada ujian nasional (unas) yang lalu, SMKN 2 Jiwan mencatat nilai ujian nasional (NUN) tertinggi se-Kabupaten Madiun lho. Sedangkan untuk tingkat provinsi menduduki urutan ke-4.
Nggak gampang buat meraih prestasi itu. Persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum UAN. Misalnya bimbingan belajar intensif 4 kali seminggu selama 4 bulan. Nggak cuma itu, sekolah juga ngadain tryout sampai 17 kali. ‘’Kami juga wanti-wanti ke orang tua siswa agar mengawasi putra putrinya saat belajar di rumah, “ kata Bu Wiwik Wiyati, Kepala SMKN 2 Jiwan.
Dari prestasi itu serta kesiapan sumber daya manusia (SDM)-nya, SMKN 2 Jiwan memberanikan diri untuk melaksanakan program ISO 9001:2008 tentang manajemen. ‘’Program ini diharapkan bisa terwujud tahun ini,’’ ungkapnya.
Bu Wiwik menuturkan, ISO adalah standar internasional tentang pelaksanaan organisasi di suatu lembaga, baik pemerintah maupun swasta. ‘’Adapun harapan dari sekolah melalui program ISO ini semua siswa bisa terserap ke dunia industri, meningkatkan disiplin serta tertib administrasi bagi guru karyawan dan siswa, serta agar pelayanan pendidikan lebih optimal,’’ terang bu kepala sekolah yang murah senyum ini. (*)

Senin, 31 Oktober 2011

Sudarman, Kepala SMKN 1 Wonoasri yang Gagas Program Pendidikan Ketarunaan

Pertama di Jatim, Siswa Kini Lebih Disiplin

Sejak 17 Oktober lalu, SMKN 1 Wonoasri punya program baru. Yakni pendidikan ketarunaan. Program yang dicetuskan Sudarman, Kepala SMKN 1 Wonoasri itu tergolong gres karena baru pertama di Jawa Timur. Program ini, menggembleng karakter siswa dan disiplin semi militer.

DWI NR DILIANA, Madiun

GERIMIS sejak siang, tidak dihiraukan puluhan siswa SMKN 1 Wonoasri, Sabtu (29/10) lalu. Mengenakan seragam lengkap sepatu PDL, ransel dan topi, para siswa berambut cepak mengikuti instruksi instruktur berlatih baris-berbaris di halaman sekolah.
Meski sudah berlatih sejak pukul 14.00 WIB, mereka tetap semangat. Begitu pula saat yel-yel dikumandangakan, para siswa menyahut berapi-api. ‘’Sejak 17 Oktober lalu, sekolah ini tidak lagi sepi saat sore hari. Anak-anak masih kumpul di sekolah untuk ikut program pendidikan ketarunaan,’’ papar Kepala SMKN 1 Wonoasri, Sudarman.

Bapak dua anak ini membeber, program pendidikan ketarunaan bagi siswa adalah hal baru. Menurutnya, program itu muncul selepas dirinya dan sejumlah pendidik, melakukan studi banding ke SMKN 2 Subang, Jawa Barat. Di sekolah itu, tidak hanya berkutat pada teori dan praktik pelajaran. Tapi juga mengajarkan kedisiplinan dan semi militer bagi anak didiknya. ‘’Dunia kerja ternyata tidak hanya butuh lulusan yang pintar atau beprestasi, tapi juga yang mandiri dan berdisplin tinggi. Ini dibuktikan langsung SMKN 2 Subang, banyak lulusannya yang diterima kerja,’’ ungkapnya.

Berbekal hasil studi banding itu, pria 47 tahun ini merencanakan pendidikan ketarunaan. Hasilnya, seluruh guru setuju. Bahkan saat dipaparkan ke orang tua maupun siswa, respons positif muncul. ‘’Banyak siswa yang langsung daftar. Tapi kami tidak langsung setujui. Sebab mereka tetap butuh persetujuan dari orang tuanya,’’ terangnya.

Instruksi tersebut segera dituruti para siswa. Mereka pun membawa surat izin dari orang tuanya. Gelombang pertama pendidikan ketaruanaan ada 70 siswa dari OSIS. Mereka menjadi pilot project. ‘’Siswa yang mengikuti program ini mendapat sejumlah fasilitas. Atribut gratis dari sekolah, juga dilatih anggota TNI dari Kodim dan Koramil,’’ tuturnya.

Latihan yang harus dilahap siswa beragam. Dari berlari, merayap, devile hingga bergelantungan layaknya pasukan militer. Setiap latihan, para siswa juga dituntut memiliki kedisipilian, datang tepat waktu dan menyelesaikan porsi latihan yang disediakan. ‘’Kami selalu menerapkan pada siswa untuk melakukans segala sesuatunya dengan head-heart dan hand, ternyata metode ini diminati anak-anak,’’ terangnya.

Gemblengan ketarunaan dilakukan setelah sekolah usai, 14.00-17.00 WIB, setiap hari di sekolah. ‘’Program ini kami terapkan selama tiga bulan, Oktober hingga Desember. Lulusan pertama ini akan diwisuda akhir tahun ini,’’ terangnya.

Program tersebut juga menjadi pilot project tahun ajaran baru mendatang. Rencananya pelatihan akan diwajibkan untuk kelas X. Sudarman bertekad mendidik siswanya untuk lebih berkarakter dan percaya diri dalam menghadapi tantangan kerja. ‘’Meski belum lulus pendidikan, latihan ini sudah memperlihatkan dampak positif. Siswa lebih disiplin masuk sekolah, datang tepat waktu dan jarang tidak masuk sekolah. Mereka penampilannya lebih rapi dan menghormati guru di sekolah,’’ katanya.

Program ini akan terus dikembangkan sekolah dan rencananya Sudarman menggandeng Dinas Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan anak didiknya. ‘’Dengan adanya pemeriksaan kesehatan, kami lebih bisa mematau kesehatan fisik siswa,’’ katanya.***(irw)

Ogah yang Transparan | Renzi Oktaviani SMAN 4 Madiun

AKTIF bergelut di dunia modeling, pemilik nama Renzi Oktaviani ini selektif memilih busana yang dikenakan.
Tidak semua keinginan sang fotografer dituruti. Dia paling emoh, bila diminta pakai model baju yang mempertontonkan bagian tubuh paling privasi. ‘’Rasanya tidak nyaman saja, meski jadi model tapi harus tetap sopan,’’ ungkap Renzi -sapaan akrab Renzi Oktaviani- kepada Radar Madiun, kemarin (30/10).

Terlebih, bila harus mengenakan busana dengan model seksi dan trasnparan. Siswi kelas XII IPS SMA Negeri 4 Kota Madiun ini masih risih mengenakannya. Kali pertama tawaran itu datang saat ada job pemotretan di Jakarta dua tahun lalu. Kebetulan, dia masih duduk dibangku kelas X. Saat itu, dia mendapat arahan dari fotografer untuk mengikuti sesi pemotretan bersama model-model profesional lainnya.

Hanya, Renzi menolak secara halus permintaan fotografer. Saat itu dia diminta salah satu fotografer untuk mengikuti sesi pemotretan bersama model-model profesional lainnya. ‘’Kalau mereka sudah terbiasa pakai baju model itu, kalau saya tidak, ’’ katanya.

Sejak saat itu, gadis kelahiran Tasikmalaya 19 Oktober 1993 lebih selektif memilih busana. Renzi berpendapat, seorang model profesional tidak harus mengenakan busana serba minim. Bagi sebagian model, itu malah membuat merasa tidak nyaman. ‘’Saya pernah diminta memakai kemben dan hot pant tapi saya tidak mau,’’ jelas gadis yang juga hobi menyanyi itu.

Menjadi model profesional sudah menjadi cita-cita Renzi sejak kecil. Dia mengaku fokus menggelutinya. Bahkan, dia mengaku sempat mengesampingkan urusan akademis. Namun, dia kembali mempertimbangkan betapa pentingnya sekolah formal. ’’Sekarang saya juga konsentrasi belajar,’’ ujarnya.

Renzi mengaku belajar mnjadi model secara otodidak. Sesuai rencana, lulus SMA, dia memperdalam ilmu modelingnya. Ada beberapa sekolah model yang diminatinya. ‘’Saya kepengin menjadi model yang berbeda. Seperti tidak glamour, foya-foya dan lainnya ,’’ tegasnya. (rgl/ota/irw)

Minggu, 30 Oktober 2011

Reuni Bareng HUT SMA Negeri 4 Kota Madiun

Arda Naff Memukau

MADIUN – Bagaimana perasaan Arda, vokalis Naff ketika menyambangi sekolahnya, SMA Negeri 4 Kota Madiun? Tentu, ada banyak kenangan yang tak mampu dilupakan oleh selebritis yang tinggal di Perum Manisrejo II ini.


‘’Masa SMA bagi saya, sangat mengesankan. Dan itu saya dapatkan di sini (SMAN 4, red),’’ kata Arda di hadapan siswa, guru dan seluruh civitas SMA, kemarin (30/10).

Arda yang mengambil jurusan IPS tersebut mengaku bahwa apa yang diraihnya sekarang ini, tidak terlepas dari tempaan guru di SMAN 4. Salah satu yang paling terngiang hingga kini adalah ucapan Didik Wahju Widajat, guru sosiologi kala itu, jika ingin sukses jangan hanya jadi PNS, tapi punyalah cita-cita yang tinggi.

‘’Apa yang dikatakan Pak Didik itu (Didik saat ini Kepala SMAN 6 Kota, red) menancap betul di benak saya. Semacam motivasi bagi saya dalam merintis karir selepas ikut Indonesian Idol,’’ aku Arda.

Tidak hanya itu, masa-masa di SMAN 4, bagi Arda menjadi titik awal dalam meniti karir sebagai vokalis. Ia mengaku sempat gonta-ganti grup band. Namun, posisi vokalis tetap dia pegang. ‘’Dari sinilah, saya meniti karir. Saya ingin adik-adik saya, khususnya di SMAN 4 yang sedang bermimpi, terus berjuang meraih mimpinya itu,’’ ujar Kakang Kota Madiun 2005 ini.

Saat didaulat menyumbangkan suara emasnya, Arda pun langsung menuju panggung di halaman SMAN 4 yang rindang itu. Pria bernama lengkap Hatna Danarda pun langsung unjuk kemampuan bersamaan momen hari jadi sekolahnya itu.

Di atas panggung, alumni SMAN 4 tahun 2006 tersebut langsung menyapa adik kelasnya dan para guru. Sejurus kemudian, suara riuh itu berubah hening ketika Arda membawakan lagu milik Andra and The Backbone, ‘’Lagi dan Lagi’’.

Suara Arda yang juga alumnus SMPN 4 Kota itu kembali menghipnotis civitas SMAN 4 dengan lagu milik Iwan Fals, berjudul ‘Yang Terlupakan’. Lagu yang populer sekitar tahun 2007 itu dibawakan dengan apik oleh pria yang mengaku paling suka dengan pelajaran bahasa Indonesia itu. ‘’Saya paling suka dengan pelajaran ini, karenanya pula saya bisa belajar mengenai puisi dan lirik lagu,’’ ungkap Arda di sela-sela lagunya.

Dengan mengenakan jaket jins warna biru, Arda kembali menghibur fansnya dengan lagu milik Naff berjudul ‘Tak Butuh Jawaban,’. Teriakan histeris ratusan siswa langsung terdengar, saat pria berhidung mancung ini menyanyikan bait lagu yang mengisahkan tentang perasaan yang sedang patah hati tersebut.

Khusus lagu keempat, pria 23 tahun itu sengaja menyantikan lagu milik sang kekasih yakni ‘Masih Cinta’ yang dibawakan dengan suara yang merdu. Selesai menyanyikan lagu tersebut, Arda memberikan lagu penutup ‘Dosa Apa’ milik grup band yang kini sudah mengibarkan namanya itu.

‘’Jangan pernah menyerah, dan kalian harus total melakukan pekerjaan. Tiga tahun lagi kalian saya tunggu di Jakarta,’’ ungkap Arda menyemangati juniornya.

Arda meluangkan waktu liburannya untuk berpartisipasi HUT ke-29 SMAN 4 ke-29. ‘’Kebetulan saya sedang ada urusan keluarga, dan karena bertepatan dengan ulang tahun sekolah jadi saya mampir sekalian reuni,’’ ungkap Arda.

Selain dihadiri Arda, HUT SMAN 4 yang sebenarnya jatuh pada 9 Oktober 2011 lalu itu juga menggelar berbagai rangkaian acara. Di antaranya meliputi bakti sosial, kegiatan donor darah, serta lomba futsal se eks-Karesidenan Madiun.

Tidak hanya itu, untuk menggali potensi siswa, sekolah juga menggelar lomba internal antar kelas, meliputi yel-yel, mars SMAN 4, yang dilaksanakan sejak seminggu terakhir. Semua rangkaian kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mendorong serta menumbuhkan semangat siswa untuk terus memaknai pentingnya pendidikan saat ini.

‘’Dengan rangkaian kegiatan ini, kami berharap bisa memacu semangat anak untuk terus kreatif, berinovasi serta optimistis menatap masa depan,’’ tegas Wahyu Astuti, kepala SMAN 4 Kota Madiun. (rgl/rif)

Selasa, 25 Oktober 2011

SMP Negeri 3 Dolopo Kabupaten Madiun

Diajari Demokrasi sejak Dini
USIA boleh masih belia, tapi anak-anak SMPN 3 Dolopo sudah diajari soal demokrasi. Salah satunya lewat pemilihan ketua OSIS (pilkasis). Pilkasis di SMPN 3 Dolopo, kali terakhir digelar
6 September 2011 lalu. Pilkasis ini pastinya mengedepankan prinsip LUBER (langsung, umum, bebas, rahasia) dan JURDIL (jujur, adil).
Pergantian pengurus OSIS SMPN 3 Dolopo rutin diadakan setiap tahun. Untuk kepengurusan tahun 2011/2012 ini, ada 8 kandidat yang bersaing memperebutkan kursi ketua OSIS. Yaitu: Ferdian, Dhava, Riyani, Rohma, Vriska, Bagus, Yulyawatul, dan Rendi Eko.
Layaknya pemilu pada umumnya, para kandidat juga mengampanyekan visi dan misinya kepada semua warga sekolah. Hal itu dilakukan seminggu sebelum pencontrengan. “Ada empat TPS (tempat pemungutan suara, Red) yang didirikan di kelas. Semua TPS dilengkapi bilik suara tertutup. Meski sederhana, hak pilih para siswa dijamin kerahasiaannya,” tutur Bu Siti Syamsiatun, pembina OSIS.
Tingkat partisipasi pemilih sangat tinggi. Buktinya, hamper semua siswa mengikuti pilkasis ini dengan antusias. Sebelum mencontreng, setiap siswa diberi kartu suara berisi gambar 8 kandidat. “Asyik banget, kayak pemilu betulan,” kata Tyas, siswa kelas VIIIA.
Setelah pencontrengan, kartu suara pun dihitung. Acara penghitungan suara berjalan seru. Akhirnya, terpilihlah Bagus Setiawan sebagai ketua OSIS periode 2011/2012. “Visi saya adalah mewujudkan OSIS SMPN 3 Dolopo yang jujur, adil, amanah, disiplin, serta berorganisasi yang SMART yaitu Sigap, Menarik, Antusias, Rajin dan Teliti,” ungkap Bagus.
“Sedangkan, misi saya adalah melaksanakan kegiatan organisasi dengan baik dan membawa pengurus OSIS SMPN 3 Dolopo menjadi lebih baik berlandaskan IPTEK dan IMTAQ,” lanjut Bagus.
Meski hanya satu yang terpilih, para kandidat lain nggak berkecil hati. Mereka tetap sportif dan mendukung kinerja ketua OSIS terpilih. (*)

Ada Reyog di Ekskul Tari Spentido
SISWA ANTUSIAS
SIAPA yang nggak kenal reyog. Kesenian tradisional asli Ponorogo itu juga diajarkan di ekskul tari SMPN 3 Dolopo, Kabupaten Madiun, lho. Maklum, lokasi sekolah ini ada di kawasan perbatasan Kabupaten Madiun-Ponorogo.
Nah, di dalam pementasan reyog kan pasti ada tarian berupa jatilan dan bujangganong (ganongan). Jatilan merupakan tarian yang dibawakan oleh penari dengan menunggang jaranan (kuda-kudaan). Ada beberapa siswa SMPN 3 Dolopo yang menguasai tarian tersebut. “Menari jatilan nggak sulit kok, asalkan kita mau berlatih serius dan telaten,” ucap Indah, salah satu siswi yang mahir menari jatil.
Sedangkan pada tari bujangganong terdapat sosok Patih Klana Sewandana yang cekatan, jenaka, dan sakti. Sosok ini digambarkan dengan topeng yang mirip dengan wajah raksasa, hidung panjang, mata melotot, mulut terbuka dengan gigi yang besar, dan rambut lebat. “Seneng banget bisa nari ganong,” ujar Salman, salah satu penari ganong.
Uniknya, penari ganong di SMPN 3 Dolopo ada yang cewek lho. Salah satunya Tunjung. Tentunya, bagi dia, menari ganong merupakan pengalaman yang menarik. ‘’Penari ganong biasanya kan laki-laki, sedangkan aku perempuan. Jadi, itu tantangan buat aku,” kata Tunjung.
Bu Retno , pembina seni tari, mengatakan bahwa seni tari merupakan salah satu andalan SMPN 3 Dolopo. Minat siswanya terhadap dunia seni tari pun sangat tinggi. Mereka juga selalu antusias setiap kali latihan. “Dengan adanya ekskul seni tari diharapkan bakat anak dalam tari akan berkembang,” harap Bu Retno (*)

Jadikan Sabtu sebagai Hari Menulis
SMPN 3 Dolopo (Spentido) Kabupaten Madiun ternyata gudangnya penulis dan jurnalis berbakat. Itu tak lepas dari pembiasaan menulis yang diadakan tiap hari Sabtu. Kegiatan ini dilaksanakan 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
Para siswa dikasih waktu buat menulis berupa karangan. Untuk siswa kelas VII dan VIII menulis pengalaman sehari-hari. Jadi, mirip diary gitu deh. Namanya juga semacam diary, pengalaman menyenangkan maupun menyedihkan bisa dituangkan dalam bentuk tulisan yang menarik.
“Menurut saya, pembiasaan menulis itu sangat bagus dan perlu dikembangkan karena merupakan sebuah kreativitas yang harus dilatih secara berjenjang dan sistematis,” Ujar Pak Subroto, kepala sekolah.
Sedangkan siswa kelas IX menulis tanggapan atau pendapat seputar peristiwa yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat luas. Tujuannya agar mereka bisa mengemukakan pendapat terhadap suatu permasalahan.
Dalam pembiasaan menulis ini ada ketentuannya. Yakni, panjang tulisan minimal satu halaman buku, tulisan harus rapi dan jelas, serta isinya haruslah menarik. “Pembiasaan menulis ini bertujuan melatih siswa dalam menuangkan ide, gagasan, dan pendapat. Melalui pembiasaan ini diharapkan akan muncul penulis-penulis andal,” tutur Pak Adi, guru Bahasa Indonesia.
Kepiawaian menulis dan jurnalistik siswa-siswi SMPN 3 Dolopo dengan mengisi halaman Exmud Radar Madiun, sampai dua kali lagi! “Mengarang itu enjoy banget, seperti melampiaskan sesuatu yang terpendam dalam pikiran. Pembiasaan menulis sangat pas untuk menyalurkan hobby menulisku,” kata Rika Cerly, siswi kelas IXC. (*)

Dangdut-Campursari Oke, Pop Yes
SELAIN penulis, Spentido juga gudangnya musisi berbakat lho. Di sekolah itu, dangdut dan campursari jadi musik favorit. Tapi jangan salah, aliran pop juga juga mampu dibawakan grup musik Spentido.
“Awalnya cukup sulit melatih siswa dan mencari personelnya, tapi berkat kerja keras mereka dapat kompak dan selalu tampil baik dalam setiap acara,” ungkap Pak Bambang, pembina ekskul seni musik.
Penasaran siapa aja personel Spenmtido Band? Mereka antara lain: Gadan, Aldi Prasetya, Nanda Aji, Ferry, Sumiana, dan Maya Ariska. Selain tampil di sekolah, mereka pernah didapuk Kecamatan Dolopo untuk mengisi acara Pujapo (Pusat Jajanan Dolopo) saat HUT RI ke-66 dan Hari Jadi Kabupaten Madiun ke-143. “Demam panggung itu pasti. Kadang juga minder dan takut kalo gak bisa tampil maksimal dalam setiap perform,” ujar Maya, salah satu penyanyi grup ini.
Band Spentido juga pernah tampil dalam acara Karnaval Parade Budaya dalam rangka HUT RI ke-66. Mereka tampil secara live dan mendapat aplaus para penonton. “ Hebat dan menghibur. Penampilannya selalu ditunggu-tunggu masyarakat,” kata Darmadi, salah seorang warga sekitar. (*)


Siswa SMPN 3 Dolopo Ciptakan Senam Kreasi

Musiknya yang Lagi Hits,
Pikiran Pun Jadi Happy

Melakukan senam itu sudah biasa. Tapi kalau menciptakan gerakan senam baru, itu luar biasa. Melalui pembiasaan senam, pelajar SMPN 3 Dolopo dituntut mampu bikin senam kreasi. Bagaimana komentar siswa?
----------
DI DALAM badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Ungkapan ini tampaknya dipahami betul oleh siswa SMPN 3 Dolopo. Setiap Jumat pagi, mereka mengikuti kegiatan senam. Ada Senam Pramuka, ada juga Senam Pencak Silat.
Menariknya, agar siswa tak mengatasi kejenuhan dengan senam yang itu-itu saja, sekolah setiap semester mengadakan lomba senam kreasi. Dalam lomba ini, siswa dituntut menciptakan dan mengkreasikan jenis senam baru dengan durasi minimal 5 menit. “Senam kreasi dan pembiasaan senam ini terus dikembangkan untuk menunjang kesehatan dan merefresh otak anak-anak,” ujar Pak Suryadi, guru olahraga.
Hasil dari pembiasaan senam ini ternyata tidak mengecewakan lho. Tercipta gerakan-gerakan senam yang unik dan mudah diikuti. Apalagi didukung dengan iringan musik dan lagu yang sedang hits saat ini. Pokoknya, asyik dan enjoy banget buat senam pagi. “Dulu aku benci sekali dengan senam. Soalnya lagunya jadul dan monoton. Sekarang nggak lagi, soalnya gerakan dan lagunya bikin happy,” ungkap Deny, siswi kelas IXB.
Senam kreasi ciptaan siswa-siswi SMPN 3 Dolopo ini setiap Jumat akan ditampilkan secara bergantian. Instruktur senamnya tentu saja siswa sendiri. Keren kan? Ayo, olah raga senam! (*)

Ompreng yang Berjasa
BANYAK cara dilakukan anak-anak SMPN 3 Dolopo agar nggak terlambat ke sekolah. Salah satunya dengan naik ompreng, alat transportasi khas Dolopo-Ngebel berupa mobil pikap yang diberi penutup.
SMP yang terletak di Jalan Raya Suluk ini, memang siswanya tak hanya dari daerah Suluk, Dolopo, dan sekitarnya, akan tetapi juga Ngebel, Ponorogo. “Aku berangkat dari rumah jam 05.30, lalu jalan kaki sejauh dua kilo menuju jalan raya yang merupakan jalur ompreng. Sampai jalur ompreng jam 06.00 dan tiba di sekolah jam 06.30,’’ kata Linda, siswi asal Ngebel.
Untuk naik ompreng, siswa harus merogoh saku Rp 3.000 pulang pergi. “Saya sangat bangga. Anak-anak punya semangat tinggi. Presentasi keterlambatan hampir nol persen,’’ puji Pak Subroto, kepala sekolah. (*)

CREW LIPUTAN:

 
Exmud Online © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum