Pages

Jumat, 30 September 2011

Aditya-Nidya Dimas Diajeng Ngawi 2011

NGAWI – Ajang pemilihan Dimas Diajeng Ngawi 2011, Rabu malam (28/9) memasuki babak grandfinal. Di malam puncak itu, para finalis mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk memikat dewan juri.


Hasilnya, Ridwan Aditya dan Putri Suminar Nidya Ningrum dinyatakan sebagai yang terbaik. Sementara, runner up diraih Dimas Prasetyo dan Enggar Pramuwati. Sedangkan juara III disabet Ichwan Nur Setya dan Agnes Rahasti Wilangan.

Bagi Nidya, malam grandfinal itu terasa istimewa lantaran dia juga dinobatkan sebagai Diajeng favorit. Sedangkan Dimas favorit diraih Fanda Ilham Prasdika. ‘’Teman-teman sekolah banyak yang datang. Mereka memberi dorongan moral bagi saya sehingga bisa tampil percaya diri,’’ urai Nidya.

Ya, pada grandfinal itu Nidya didukung sejumlah ‘suporter’. Selain teman sekolah, tampak beberapa kerabatnya. Mengenakan kebaya warna kuning, Nidya tampil percaya diri. Aplaus penonton pun menggema saat gadis itu beraksi di catwalk sambil menebar senyum.

Penampilan tak mau kalah memukau ditunjukkan Ridwan Aditya. Tampil elegan memakai busana beskap Jawa Timuran, dia mampu mencuri perhatian juri dan penonton. Postur tubuh yang proporsional menjadi nilai plus. ‘’Pastinya bangga bisa meraih predikat Dimas 2011,’’ ujarnya.

Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata (Disporabudpar) Ngawi Agus Santoso meyakini para pemenang sudah merupakan yang terbaik. ‘’Tidak hanya inner beauty saja, tapi juga dituntut memiliki wawasan yang luas seputar potensi budaya dan wisata daerah,’’ terang Agus.

Dia menilai, dengan kemampuan yang mumpuni, berharap, Aditya dan Nindya layak mewakili Ngawi di ajang pemilihan Raka Raki Jawa Timur. ‘’Kami mengharapkan sekali wakil Ngawi nanti bisa bicara banyak di Raka Raki,’’ tuturnya. (dip/isd)

Selasa, 27 September 2011

MTsN Paron Ngawi

DRUMBAND GITA TSAPA MTsN PARON PUKAU BUDHE KARWO

DAPAT DUA JEMPOL

TANGGAL 25 Januari lalu menjadi momen istimewa bagi grup drumband MTsN Paron Ngawi, Gita Tsapa. Mereka tampil di depan Ketua Tim Penggerak PKK Popinsi Jawa Timur Bu Nina Sukarwo yang juga istri Gubernur Soekarwo.
Saat itu, Budhe Karwo-panggilan akrab Bu Nina Soekarwo-bersama rombongan menghadiri acara monitoring dan evaluasi penanggulangan gizi buruk di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi. Aksi Gita Tsapa yang memukau mendapat acungan jempol dari Budhe Karwo. Nggak cuma satu, tapi dua jempol. ''Anak saya juga mayoret seperti kamu, nak,'' kata Budhe Karwo sambil mengelus pipi Suci Amarotun Nisa, mayoret Gita Tsapa.
Drumband Gita Tsapa merupakan produk unggulan ekskul MTsN Paron. Mereka sudah sering tampil di berbagai acara, baik yang diadain sekolah maupun instansi dan perusahaan. ''Seakan bukan hanya milik MTsN Paron, tapi juga milik masyarakat Paron, bahkan Ngawi pada umumnya,'' terang Pak Purwanto, pembina Gita Tsapa.
Baru-baru ini Gita Tsapa diundang salah satu bank pemerintah saat menggelar even memeriahkan HUT bank itu. Selain itu, tampil di HUT Pramuka, HUT PGRI, dan masih banyak lagi. ''Setiap Agustus, panitia HUT RI Kecamatan Paron juga selalu mengundang untuk acara upacara bendera 17 Agustus,'' ungkapnya.
Kata Pak Purwanto, kecintaan masyarakat pada Gita Tsapa disebabkan tampilan lagunya yang beragam, spirit personel yang mantap, dan gerak estetik yang kompak “Saya selalu tegas kepada anak-anak. Yang tidak disiplin latihan saya beri sanksi tegas. Sehingga mereka terbiasa tertib dalam latihan. Disiplin, disiplin dan disiplin,'' bebernya. (*)

Bertumpu Proses, Bukan Hasil Semata
SEKARANG nggak ada ceritanya jadi murid madrasah itu minder. Soalnya, kualitas madrasah kini nggak kalah dengan sekolah yang sudah berstandar nasional atau bahkan internasional. Ini dibuktikan anak-anak MTsN Paron, Ngawi. Mereka mampu menorehkan prestasi bidang akademik yang membanggakan.
Pada even lomba cerdas cermat se-Kabupaten Ngawi misalnya, tim MTsN Paron meraih juara 1. Prestasi tak kalah mentereng didapat dalam Olimpiade IPA se-Provinsi Jawa Timur dengan masuk sepuluh besar. Sedangkan pada Olimpiade Matematika se-Jatim masuk 17 besar.
‘’Tentunya prestasi ini tidak didapatkan begitu saja tanpa usaha, tapi berkat doa dan kerja keras dari semua pengelola madrasah dan komite. Lagipula, orientasi KBM MTsN Paron melaksanakan paradigma baru dalam pendidikan, yakni bertumpu pada proses dan bukan semata-mata pada hasil,’’ papar Waka Kurikulum Bu Marita Fauziah.
Kata Bu Marita, nilai ujian nasional siswa MTs Paron juga nggak kalah dengan murid sekolah RSBI. ‘’Sekolah kami meraih nilai tertinggi 38,15 dan rata-rata ujian nasional 2010 peringkat dua terbaik MTs/SMP se-Kabupaten Ngawi,’’ ungkapnya.
Prestasi MTsN Paron juga nggak lepas dari kedisiplinan yang diterapkan pihak sekolah. Selama KBM berlangsung setiap harinya, tidak ada siswa di luar kelas. Juga nggak boleh ada kelas yang kosong atau tanpa KBM. ‘’Kalau ada guru izin, guru piket harus mencari guru antar-waktu. Hal ini dilakukan dengan menempatkan guru piket sebagai guru pengganti,’’ tutur guru senior bahasa indonesia itu.
Program lain selain KBM adalah bimbingan belajar intensif kelas IX yang berlangsung setelah jam pelajaran hingga pukul 15.00. Ini bertujuan memberikan bekal penguasaan materi serta pembahasan soal-soal unas. ‘’Diharapkan ketika ujian, mereka tak merasa canggung dan mendapatkan hasil yang memuaskan,’’ ujarnya. (*)

Ada Tambahan Ilmu-Ilmu Agama
APA yang bikin siswa tertarik menuntut ilmu di MTsN Paron? M. Aulia R, siswa kelas IX, punya alasan tersendiri pilih sekolah di madrasah ini. “Dalam bidang akademik kami mendapatkan ilmu umum dengan porsi yang sama dengan sekolah lain, tapi di sini ada tambahan ilmu-ilmu agama. Apalagi, ekskulnya banyak pilihan,’’ katanya.
Memang, banyaknya kegiatan ekstrakurikuler jadi daya tarik tersendiri siswa MTsN Paron. Mulai dari pramuka, drumband, basket, PMR, musik, KIR, English Club, paduan suara, dan masih banyak lagi.
Prestasi pun sudah sering didapat. Basket misalnya, pernah juara 1 putri se-Kabupaten Ngawi. Sedangkan KIR masuk sepuluh besar se-Karesidenan Madiun. Pada Porseni MTs se-Jawa Timur 2007, duta MTsN Paron meraih medali emas lomba pidato bahasa Arab dan baca puisi, serta medali perak tenis meja yang mengantarkan kontingen Ngawi meraih juara umum III. Sedangkan pada porseni MTs se-Jawa Timur tahun 2011, mendapatkan 1 medali perak dan 1 perunggu dari cabang tenis meja.

Raih Predikat Gudep Tergiat
DI MTsN Paron, ektrakurikuler Pramuka merupakan satu-satunya ekskul wajib. Sebagai master kegiatan lapangan di sekolah ini, kegiatan tersebut sering jadi bahan perbincangan di tingkat kwarcab. Maklum, selain kegiatannya padat, Pramuka MTsN Paron kerap mengukir prestasi.
Dari sekian gudep berbagai tingkatan, MTsN Paron yang berdiri pada 1967 ini menyandang predikat gudep tergiat. soalnya, rajin ngadain kegiatan perekemahan, baik mandiri maupun yang diprakarsai Dinas Pendidikan atau Kementerian Agama Kabupaten Ngawi.
“Prestasi Gudep MTsN Paron diraih dengan proses yang panjang. Sejak berdirinya, orientasi kegiatan bertumpu pada proses dan bukan kepada hasil. Sehingga ada even lomba ataupun tidak, latihan pramuka tetap dilaksanakan,'' papar Ketua Gudep MTsN Paron Kak Nanang Kurniawan.
Prestasi lain adalah juga juara 1 Latihan Tingkat (LT) II se-Kecamatan Paron, juara 1 LT III se-Kabupaten Ngawi, sekaligus sebagai duta LT IV tingkat Provinsi Jawa Timur di Kebun Raya Pasuruan pada tahun 2010 silam. ''Bulan Juni 2011 yang lalu kita juga mengirimkan peserta ke Jambore Nasional di Teluk Gelam Palembang yang dibuka Presiden SBY,'' ungkapnya.
Kata Kak Nanang, tujuan utama kegiatan kepramukaan di Gudep MTsN Paron adalah membina mental spiritual dan nasionalisme peserta didik. Hal itu akan menjadi embrio pendidikan berwawasan karakter di sekolah tersebut. ''Ekskul ini sangat diminati sebagian besar peserta didik. terbukti pada setiap seleksi dewan penggalang, selalu dibanjiri peserta,'' ujarnya. (*)

Pak Bisri: Pengajar Sudah Proporsional dan Profesional
MENJADI madrasah yang pengajarnya didominasi guru muda tidaklah mudah. Tapi, itu nggak berlaku bagi Pak Bisri Mustofa. Sejak bertugas di MTsN Paron pada Mei 2011 lalu, bapak yang juga dikenal sebagi mubaligh ini langsung melakukan berbagai terobosan.
Pal Bisri memulainya dengan mengenal tenaga pengajar dan staf karyawan. Juga lingkungan madrasah, dari ruangan-ruangan sampai tempat sampah. Hasilnya menggembirakan, suasana familier tercipta, kekakuan dan ketegangan kerja seakan sirna.
‘’Saya hanya berkomitmen mengawal dan meneruskan para pendahulu yang telah membangun visi dengan susah payah, yakni: berakhlaq mulia, intelek, dedikatif, dan terampil. Jika semua komponen madrasah bersatu padu untuk mewujudkan visi tersebut, insyaallah generasi produk MTsN Paron akan berkualitas. Saya sangat optimis, karena penempatan tenaga pengajar di madrasah ini sudah proporsional dan profesional,’’ tutur Pak Bisri.
Pria yang juga dosen STAI Ngawi itu menegaskan bahwa dengan bekal profesionalisme tersebut, semua guru dan staf karyawan telah bekerja sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing. (*)

Minggu, 25 September 2011

Delapan Lagu SM*SH Pukau Smashblast

MADIUN – Penampilan boyband asal Bandung, Sm*ash (baca Smash) memukau  Smashblast, sebutan untuk fans Sm*sh di hall Hotel Merdeka Madiun, Jumat (23/9) malam. Selain membawakan lagi hitz I Heart U, boyband dengan tujuh personel itu juga membawakan lagu lawas yang diaransemen ulang.

Mengenakan kostum warna keemasan, boyband yang digawangi Morgan Oey, Rafael Landry Tanubrata, Rangga Dewamoela Soekarta, Dicky Muhammad Prasetya, Bisma Karisma, M Reza Anugrah, serta M Ilham Fauzi langsung menyapa fans dengan lambaian tangan.  Fans langsung menjerit mengelu-elukan idolanya. Apalagi saat ketujuh personel berparas ganteng itu menyanyikan lagu pertama yang diaransemen ulang, milik Trio Libels, Gadisku.

Tanpa jeda, boyband yang terbentuk pada 2007 itu memukau  Smashblast dengan lagu ‘Selalu Bersama’ yang diambil dari album Self-titled. Dengan gaya khas boyband, ketujuh personel tersebut nge-dance dengan kompak dan membuat fans semakin histeris. ‘’Apa kabar Sm*shblast Madiun?,’’ sapa Rafael Landry Tanubrata menyapa penggemarnya.

Sementara itu, Bisma Karisma sempat meminta Sm*shblast yang sebagian besar remaja putri itu agar tidak saling dorong. Maklum, pertunjukan malam itu memang membuat Smashblast yang rata-rata masih pelajar itu histeris dan berebut tempat paling depan.

‘’Tolong jangan berdesakan ya, kasihan yang masih kecil,’’ kata Bisma.
Tidak mau kehilangan momen,  penggemar dari Ngawi, Ponorogo, Pacitan, Magetan serta Madiun itu langsung mengabadikan perform artis idolanya. Ada yang mengambil foto dengan kamera handphone, kamera digital hingga handycam. ‘’Puas bisa lihat langsung, tiket mahal gak masalah,’’ ungkap Salma, fans yang sengaja datang dari Ngawi.

Selain ingin melihat langsung, jauh hari Salma sudah menyediakan kenang-kenangan untuk idolanya. Sebuah topi dan T-shit menjadi pilihan siswi SMPN 1 Ngawi itu. Bersama empat temannya, Salma datang dua jam lebih awal agar tidak telat menyaksikan penampilan boyband dengan lagu hit I Heart U itu. Setelah delapan lagu dinyanyikan, Sm*sh pamit dengan menyapa para fansnya. ‘’Terima kasih Madiun, terima kasih semuanya,’’ kata Ilham dengan melempar handuk warna putih ke tengah penonton. (rgl/irw)

Sabtu, 24 September 2011

Pemilihan Dimas Diajeng Ngawi 2011

Cantik Saja Tak Cukup | Pemilihan Dimas Diajeng Ngawi 2011

NGAWI - Ajang pemilihan Dimas Diajeng Ngawi kembali digelar. Penyelenggaraan seleksi duta wisata Kota Kripik tersebut tahun ini menjanjikan persaingan yang lebih ketat.
Pasalnya, peserta tak lagi didominasi pelajar sekolah di kawasan kota seperti SMAN 1 dan SMAN 2, melainkan tersebar merata.
‘’Hampir dari setiap sekolah ada perwakilannya. Itu yang membuat kami harus selektif dalam pemilihan duta wisata kali ini,’’ ujar Ninuk Kurniawati, koordinator panituia, kemarin (23/9).
Sebagaimana biasa, para peserta tak hanya diuji pengetahuannya seputar Kota Kripik, tapi juga kepiawaiannya lenggak-lenggok di atas catwalk. ‘’Ini (beraksi di catwalk, Red) merupakan seleksi terakhir bagi peserta. Dan, biasanya yang tersulit dilakukan peserta,’’ terang Ninuk.
Benar saja kata Ninuk, sejumlah peserta terlihat grogi saat beraksi di atas catwalk. Mereka tampak canggung tampil di hadapan dewan juri dan penonton.Namun, tak sedikit pula yang tampil percaya diri saat lengak-lengok dan menampilkan gestur menyesuaikan iringan musik, hingga menuai aplaus meriah.
Ninuk mengungkapkan, peserta yang mengikuti seleksi catwalk sebanyak 65 . Sebelumnya, mereka dinyatakan lolos tes tulis dan wawancara. Nantinya, peserta akan dikerucutkan menjadi 20 orang (putra putri) yang berhak tampil di grandfinal pekan depan. ‘’Kalau pesertanya sekarang 65 orang, berarti 45 orang harus tereliminasi,’’ ungkapnya.
Duta wisata yang kelak terpilih, lanjut dia, akan maju ke ajang serupa tingkat regional, yakni pemilihan Raka Raki Jawa Timur. ‘’Kami harapkan akan ada keterwakilan baru di pemilihan Raka Raki nanti,’’ ucapnya.
Intan Putri Purnama, Diajeng Ngawi 2007 yang juga turut hadir dalam seleksi mengatakan bahwa untuk meraih predikat duta wisata bermodal cantik saja tidak cukup. Melainkan juga harus berwawasan luas, terutama seputar budaya dan pariwisata. Selain itu, penguasaan bahasa Inggris. ‘’Harus lengkap pokoknya, apalagi persaingan dalam pemilihan Raka Raki sangat ketat,’’ katanya.(dip/isd)

Selasa, 20 September 2011

SMPN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun

SMPN 1 Wonoasri Peduli Global Warming
LINGKUNGAN sekolah yang hijau jadi dambaan setiap siswa. Itu pula yang digalakkan SMPN 1 Wonoasri (Spensi) Kabupaten Madiun. Hasilnya, sekolah satu ini tampak indah dan sejuk karena banyak pepohonan rindang dan berbagai tanaman hias.
Kita jadi betah di sekolah,’’ ujar Lela, siswi kelas 8A.  “Di halaman depan, belakang, n samping banyak pohon rindang. Ada beringin, trembesi,mahoni, kayu putih, jati, dan masih banyak lagi,” timpal Biowing, siswa kelas 9.
Penanaman pohon-pohon itu sekaligus wujud komitmen Spensi ikut menanggulangi pemanasan global atau bahasa kerennya  global warming. ‘’Kalau pas pelajaran biologi dan PLH, kita biasa diajak keliling sekolah, belajar dengan langsung terlibat sama alam sekitar. Kita belajar mengidentifikasi  macam-macam tumbuhan, trus kita beri label dengan istilah-latinnya. Pada pelajaran bahasa Indonesia kita juga pernah diajak ke halaman, cari inspirasi untuk bahan membuat puisi tentang keindahan lingkungan,’’ ungkap Clara, siswi lainnya.
Anak-anak Spensi juga dilibatkan lho dalam pembuatan taman sekolah. Mereka ikut nyediain bunga-bunga. Juga waktu penanaman, sampe perawatannya. Untungnya, sekarang di halaman sudah dipasang tong-tong sampah yang khusus menampung sampah organik, non organik dan metal.
Nah, dengan penataan lingkungan sekolah yang bikin fresh dan enjoy itu diharapkan pada tahun-tahun mendatang Spensi bisa lebih berkompetensi dalam penilaan sekolah adiwiyata. “Ya harapannya bisa masuk nominasi tingkat kabupaten, “  tutur Pak Anwar Sodiq, wakasek kesiswaan dan humas.
Masih kaitannya sama pengelolaan lingkungan, Spensi pernah menjuarai lomba daur ulang limbah tingkat Kabupaten Madiun yang diadakan oleh DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan ) tahun 2010 lalu. Prestasi itu diraih lewat daur ulang kertas bekas jadi bonsai yang cantik abis. (*)
 
Tryout hingga Istighotsah

Spensi Peringkat II
Nilai UN Tertinggi
SEKOLAH boleh mewah (mepet sawah), tapi soal prestasi nggak mau kalah sama pelajar di kota. Siswa SMPN 1 Wonoasri (Spensi) pada ujian nasional tahun 2010/2011 lalu menempati peringkat kedua nilai rata-rata UN tertinggi se-Kabupaten Madiun, yakni 34,28.
Apa yang diraih anak-anak Spensi bukan sesuatu yang instan. Jauh-jauh hari sebelum UN, pihak sekolah sudah melakukan berbagai persiapan. Mulai dari optimasi proses belajar mengajar, IB regular, IB reuni, tutor sebaya dan guru kunjung, try out, sampai istighotsah. ‘’ Untuk istighotsah, dilakukan siswa-siswi maupun wali murid,’’ kata Pak Sudjito, kepala sekolah.
Walaupun begitu, Pak Djito-panggilan akrab Pak Sudjito- masih pengen meningkatkan lagi prestasi anak-anak Spensi. “Selain mengoptimalkan proses belajar mengajar untuk meningkatkan prestasi, kami akan mendatangkan guru-guru dari luar untuk lebih memotivasi anak-anak,” tuturnya sambil menambahkan bahwa semua program sekolahnya selalu didukung siswa dan orang tua murid.
Spensi masih punya prestasi lain loch. Sekolah yang berlokasi di Jalan Raya Wonoasri Kabupaten Madiun, itu sekarang sudah berstatus SSN atau Sekolah Standar Nasional. Meraih SNN bukan hal gampang, perlu perjuangan dan kedisiplinan tingkat tinggi. ‘’Harus memenuhi 8 SNP  (Standar Nasional Pendidikan) atau di atas SPM (Standar Pelayanan Minimum), dan alhamdulillah SMPN 1 Wonoasri sudah di atas nilai standar itu,’’ ungkap Pak Djito.
“Kita sudah melaksanakan SSN pada tahun kedua dengan sukses, di mana di tahun kedua ini SMP N 1 Wonoasri melaksanakan program kegiatan di delapan SNP, melanjutkan program kegiatan tahun pertama, tambah Ketua Program SSN Spensi Pak Suharto. (*)


Inggris Yes, Bahasa Jawa Oke
SMPN 1 Wonoasri sadar betul pentingnya bahasa Inggris di era globalisasi. Makanya, sekolah yang dikenal dengan sebutan Spensi sengaja ngadain ekskul English (fullday school n english club).
Tapi ada yang beda, ekskul English Spensi ngajarin siswa terampil bahasa Inggris dan Jawa. Intinya, program ini mengajarkan siswa siswi untuk berani berekspresi dengan dua bahasa sekaligus: Inggris dan bahasa Jawa halus.
Peserta program fullday school n english club ini semua siswa kelas VII. Untuk menjamin kualitas program, pihak sekolah menggandeng lembaga pendidikan bahasa Inggris ternama dari Kediri.  Pelaksanaannya, hari Senin dan Kamis jam satu sampai empat sore. 
Materi ekskul English yang dikomandoi Bu Elly dan Bu Nurhayati ini banyak banget. Mulai dari speech,story telling, membuat poem/poetry,drama, singing, sampe mc n presenting. ”Pokoknya ikut ekskul ini gokil banget dech,kata Prayogo, salah satu peserta English Club.
Tau nggak sob, acara penutupan Fullday School yang namanya Clossing Meeting tahun ajaran 2010/2011, seru puolll. Acaranya sebenarnya banyak sich, tapi yang paling bikin heboh adalah MC dan pentas dramanya. “Very wow dan menambah inspirasi,” ujar Mila, siswi kelas VII F.
Selain Inggris, di Spensi juga ada ekskul musik, pramuka, tari, basket, karate, voli, choir, catur, dan masih banyak lagi. (*)

Lolos Porprov Jatim
NGGAK sia-sia Nanda Satria Anggara getol latihan karate. Lewat olahraga beladiri itu, cowok kelas  IXA SMPN 1 Wonoasri (Spensi), Kabupaten Madiun, ini mewakili kotanya di ajang Porprov Jawa Timur di Kediri beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, Satria jadi juara 1 seleksi tingkat Kabupaten Madiun. Waktu itu, cowok berbintang Aries ini turun di nomor kumite 67 kilogram. ’’Pastinya senang dan bangga,’’ kata Satria.
Bukan sekali itu saja Satria mencatat prestasi membanggakan. Saat masih duduk di kelas VII dan VIII, cowok yang juga hobi basket ini meraih juara satu O2SN (olimpiade olahraga dan seni nasional) secara berturut-turut. Wow!
Cowok kelahiran 22 Maret 1997 ini sejak kecil sudah akrab dengan karate. Maklum, semua kakaknya juga atlet beladiri asal Jepang ini. ‘’Pokoknya karate sudah sangat mendarah daging di keluarga aku. Aku sendiri suka karate dari kecil. Apalagi, dulu sering lihat kakak berlatih dan dari situlah aku mulai mendalaminya,’’ ungkapnya.
Sukses Satria di olahraga karate nggak bikin kaget Pak Supiyono, pembina ekskul karate Spensi. Soalnya, Satria nggak pernah setengah-setengah kalau latihan. “Satria ini selalu sungguh-sungguh dalam berlatih. Postur tubuhnya juga sangat mendukung. Jadi wajar kalau dia bisa meraih semuanya,” kata Pak Supiyono. (*)

Mengenal Program Life Skill SMPN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun
Bikin Telur Asin dan Batik Jumput

SISWA-SISWI Spensi ternyata punya jiwa kewirausahaan atau entrepreneurship yang pantas diacungi jempol. Bayangin, anak-anak usia segitu sudah mampu bikin produk yang memiliki nilai jual.
_________

ADA aktivitas menarik di SMPN 1 Wonoasri Kabupaten Madiun siang itu. Beberapa siswa lagi asyik bikin telur asin. Mulai dari penyiapan adonan pemilihan telur, pembersihan, pengosokaan, perendamaan, hingga perebusan, mereka sendiri yang melakukan.
Pemasarannya jangan kuatir, Pak Kasanun dan Pak Yitna Subagiya, pembina program “life skill” ini  telah mengajarinya. Bahkan, telur yang telah diproses selama 7-14 hari ini laris manis . Maklum, rasanya bervariasi. Ada rasa pedas dan rasa bawang.
“Diharapkan siswa nantinya kalau sudah lulus dapat memaanfaatkan keterampilan yang dimiliki untuk mendapat penghasilan tambahan ataupun mata pencaharian utama dan dapat membuka lapangan kerja baru, kata Pak Kasanun diamini Pak Yitna Subagiya.
Spensi juga punya program kewirausahaan lainnya, yaitu “life skill” batik jumput. Disebut begitu karena jumput itu batik yang cara pemberian motifnya dengan menjumput (menggunakan ujung ibu jari dan telunjuk).
 Mulai dari proses pemberian tanda pada kain, pengikatan kain dengan karet, pencelupan kain ke warna yang diinginkan, hingga penjemuran, diajarkan oleh Bu Sri Kartini.  “Kami berharap  setelah terjun ke masyarakat mereka mampu mengembangkan skillnya itu sendiri sehingga mereka bisa berkreasi, mandiri dan dapat berdaya guna di masyarakat, tutur Bu Sri. (*)

 
Exmud Online © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum