Pages

Senin, 31 Oktober 2011

Sudarman, Kepala SMKN 1 Wonoasri yang Gagas Program Pendidikan Ketarunaan

Pertama di Jatim, Siswa Kini Lebih Disiplin

Sejak 17 Oktober lalu, SMKN 1 Wonoasri punya program baru. Yakni pendidikan ketarunaan. Program yang dicetuskan Sudarman, Kepala SMKN 1 Wonoasri itu tergolong gres karena baru pertama di Jawa Timur. Program ini, menggembleng karakter siswa dan disiplin semi militer.

DWI NR DILIANA, Madiun

GERIMIS sejak siang, tidak dihiraukan puluhan siswa SMKN 1 Wonoasri, Sabtu (29/10) lalu. Mengenakan seragam lengkap sepatu PDL, ransel dan topi, para siswa berambut cepak mengikuti instruksi instruktur berlatih baris-berbaris di halaman sekolah.
Meski sudah berlatih sejak pukul 14.00 WIB, mereka tetap semangat. Begitu pula saat yel-yel dikumandangakan, para siswa menyahut berapi-api. ‘’Sejak 17 Oktober lalu, sekolah ini tidak lagi sepi saat sore hari. Anak-anak masih kumpul di sekolah untuk ikut program pendidikan ketarunaan,’’ papar Kepala SMKN 1 Wonoasri, Sudarman.

Bapak dua anak ini membeber, program pendidikan ketarunaan bagi siswa adalah hal baru. Menurutnya, program itu muncul selepas dirinya dan sejumlah pendidik, melakukan studi banding ke SMKN 2 Subang, Jawa Barat. Di sekolah itu, tidak hanya berkutat pada teori dan praktik pelajaran. Tapi juga mengajarkan kedisiplinan dan semi militer bagi anak didiknya. ‘’Dunia kerja ternyata tidak hanya butuh lulusan yang pintar atau beprestasi, tapi juga yang mandiri dan berdisplin tinggi. Ini dibuktikan langsung SMKN 2 Subang, banyak lulusannya yang diterima kerja,’’ ungkapnya.

Berbekal hasil studi banding itu, pria 47 tahun ini merencanakan pendidikan ketarunaan. Hasilnya, seluruh guru setuju. Bahkan saat dipaparkan ke orang tua maupun siswa, respons positif muncul. ‘’Banyak siswa yang langsung daftar. Tapi kami tidak langsung setujui. Sebab mereka tetap butuh persetujuan dari orang tuanya,’’ terangnya.

Instruksi tersebut segera dituruti para siswa. Mereka pun membawa surat izin dari orang tuanya. Gelombang pertama pendidikan ketaruanaan ada 70 siswa dari OSIS. Mereka menjadi pilot project. ‘’Siswa yang mengikuti program ini mendapat sejumlah fasilitas. Atribut gratis dari sekolah, juga dilatih anggota TNI dari Kodim dan Koramil,’’ tuturnya.

Latihan yang harus dilahap siswa beragam. Dari berlari, merayap, devile hingga bergelantungan layaknya pasukan militer. Setiap latihan, para siswa juga dituntut memiliki kedisipilian, datang tepat waktu dan menyelesaikan porsi latihan yang disediakan. ‘’Kami selalu menerapkan pada siswa untuk melakukans segala sesuatunya dengan head-heart dan hand, ternyata metode ini diminati anak-anak,’’ terangnya.

Gemblengan ketarunaan dilakukan setelah sekolah usai, 14.00-17.00 WIB, setiap hari di sekolah. ‘’Program ini kami terapkan selama tiga bulan, Oktober hingga Desember. Lulusan pertama ini akan diwisuda akhir tahun ini,’’ terangnya.

Program tersebut juga menjadi pilot project tahun ajaran baru mendatang. Rencananya pelatihan akan diwajibkan untuk kelas X. Sudarman bertekad mendidik siswanya untuk lebih berkarakter dan percaya diri dalam menghadapi tantangan kerja. ‘’Meski belum lulus pendidikan, latihan ini sudah memperlihatkan dampak positif. Siswa lebih disiplin masuk sekolah, datang tepat waktu dan jarang tidak masuk sekolah. Mereka penampilannya lebih rapi dan menghormati guru di sekolah,’’ katanya.

Program ini akan terus dikembangkan sekolah dan rencananya Sudarman menggandeng Dinas Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan anak didiknya. ‘’Dengan adanya pemeriksaan kesehatan, kami lebih bisa mematau kesehatan fisik siswa,’’ katanya.***(irw)

Ogah yang Transparan | Renzi Oktaviani SMAN 4 Madiun

AKTIF bergelut di dunia modeling, pemilik nama Renzi Oktaviani ini selektif memilih busana yang dikenakan.
Tidak semua keinginan sang fotografer dituruti. Dia paling emoh, bila diminta pakai model baju yang mempertontonkan bagian tubuh paling privasi. ‘’Rasanya tidak nyaman saja, meski jadi model tapi harus tetap sopan,’’ ungkap Renzi -sapaan akrab Renzi Oktaviani- kepada Radar Madiun, kemarin (30/10).

Terlebih, bila harus mengenakan busana dengan model seksi dan trasnparan. Siswi kelas XII IPS SMA Negeri 4 Kota Madiun ini masih risih mengenakannya. Kali pertama tawaran itu datang saat ada job pemotretan di Jakarta dua tahun lalu. Kebetulan, dia masih duduk dibangku kelas X. Saat itu, dia mendapat arahan dari fotografer untuk mengikuti sesi pemotretan bersama model-model profesional lainnya.

Hanya, Renzi menolak secara halus permintaan fotografer. Saat itu dia diminta salah satu fotografer untuk mengikuti sesi pemotretan bersama model-model profesional lainnya. ‘’Kalau mereka sudah terbiasa pakai baju model itu, kalau saya tidak, ’’ katanya.

Sejak saat itu, gadis kelahiran Tasikmalaya 19 Oktober 1993 lebih selektif memilih busana. Renzi berpendapat, seorang model profesional tidak harus mengenakan busana serba minim. Bagi sebagian model, itu malah membuat merasa tidak nyaman. ‘’Saya pernah diminta memakai kemben dan hot pant tapi saya tidak mau,’’ jelas gadis yang juga hobi menyanyi itu.

Menjadi model profesional sudah menjadi cita-cita Renzi sejak kecil. Dia mengaku fokus menggelutinya. Bahkan, dia mengaku sempat mengesampingkan urusan akademis. Namun, dia kembali mempertimbangkan betapa pentingnya sekolah formal. ’’Sekarang saya juga konsentrasi belajar,’’ ujarnya.

Renzi mengaku belajar mnjadi model secara otodidak. Sesuai rencana, lulus SMA, dia memperdalam ilmu modelingnya. Ada beberapa sekolah model yang diminatinya. ‘’Saya kepengin menjadi model yang berbeda. Seperti tidak glamour, foya-foya dan lainnya ,’’ tegasnya. (rgl/ota/irw)

Minggu, 30 Oktober 2011

Reuni Bareng HUT SMA Negeri 4 Kota Madiun

Arda Naff Memukau

MADIUN – Bagaimana perasaan Arda, vokalis Naff ketika menyambangi sekolahnya, SMA Negeri 4 Kota Madiun? Tentu, ada banyak kenangan yang tak mampu dilupakan oleh selebritis yang tinggal di Perum Manisrejo II ini.


‘’Masa SMA bagi saya, sangat mengesankan. Dan itu saya dapatkan di sini (SMAN 4, red),’’ kata Arda di hadapan siswa, guru dan seluruh civitas SMA, kemarin (30/10).

Arda yang mengambil jurusan IPS tersebut mengaku bahwa apa yang diraihnya sekarang ini, tidak terlepas dari tempaan guru di SMAN 4. Salah satu yang paling terngiang hingga kini adalah ucapan Didik Wahju Widajat, guru sosiologi kala itu, jika ingin sukses jangan hanya jadi PNS, tapi punyalah cita-cita yang tinggi.

‘’Apa yang dikatakan Pak Didik itu (Didik saat ini Kepala SMAN 6 Kota, red) menancap betul di benak saya. Semacam motivasi bagi saya dalam merintis karir selepas ikut Indonesian Idol,’’ aku Arda.

Tidak hanya itu, masa-masa di SMAN 4, bagi Arda menjadi titik awal dalam meniti karir sebagai vokalis. Ia mengaku sempat gonta-ganti grup band. Namun, posisi vokalis tetap dia pegang. ‘’Dari sinilah, saya meniti karir. Saya ingin adik-adik saya, khususnya di SMAN 4 yang sedang bermimpi, terus berjuang meraih mimpinya itu,’’ ujar Kakang Kota Madiun 2005 ini.

Saat didaulat menyumbangkan suara emasnya, Arda pun langsung menuju panggung di halaman SMAN 4 yang rindang itu. Pria bernama lengkap Hatna Danarda pun langsung unjuk kemampuan bersamaan momen hari jadi sekolahnya itu.

Di atas panggung, alumni SMAN 4 tahun 2006 tersebut langsung menyapa adik kelasnya dan para guru. Sejurus kemudian, suara riuh itu berubah hening ketika Arda membawakan lagu milik Andra and The Backbone, ‘’Lagi dan Lagi’’.

Suara Arda yang juga alumnus SMPN 4 Kota itu kembali menghipnotis civitas SMAN 4 dengan lagu milik Iwan Fals, berjudul ‘Yang Terlupakan’. Lagu yang populer sekitar tahun 2007 itu dibawakan dengan apik oleh pria yang mengaku paling suka dengan pelajaran bahasa Indonesia itu. ‘’Saya paling suka dengan pelajaran ini, karenanya pula saya bisa belajar mengenai puisi dan lirik lagu,’’ ungkap Arda di sela-sela lagunya.

Dengan mengenakan jaket jins warna biru, Arda kembali menghibur fansnya dengan lagu milik Naff berjudul ‘Tak Butuh Jawaban,’. Teriakan histeris ratusan siswa langsung terdengar, saat pria berhidung mancung ini menyanyikan bait lagu yang mengisahkan tentang perasaan yang sedang patah hati tersebut.

Khusus lagu keempat, pria 23 tahun itu sengaja menyantikan lagu milik sang kekasih yakni ‘Masih Cinta’ yang dibawakan dengan suara yang merdu. Selesai menyanyikan lagu tersebut, Arda memberikan lagu penutup ‘Dosa Apa’ milik grup band yang kini sudah mengibarkan namanya itu.

‘’Jangan pernah menyerah, dan kalian harus total melakukan pekerjaan. Tiga tahun lagi kalian saya tunggu di Jakarta,’’ ungkap Arda menyemangati juniornya.

Arda meluangkan waktu liburannya untuk berpartisipasi HUT ke-29 SMAN 4 ke-29. ‘’Kebetulan saya sedang ada urusan keluarga, dan karena bertepatan dengan ulang tahun sekolah jadi saya mampir sekalian reuni,’’ ungkap Arda.

Selain dihadiri Arda, HUT SMAN 4 yang sebenarnya jatuh pada 9 Oktober 2011 lalu itu juga menggelar berbagai rangkaian acara. Di antaranya meliputi bakti sosial, kegiatan donor darah, serta lomba futsal se eks-Karesidenan Madiun.

Tidak hanya itu, untuk menggali potensi siswa, sekolah juga menggelar lomba internal antar kelas, meliputi yel-yel, mars SMAN 4, yang dilaksanakan sejak seminggu terakhir. Semua rangkaian kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya untuk mendorong serta menumbuhkan semangat siswa untuk terus memaknai pentingnya pendidikan saat ini.

‘’Dengan rangkaian kegiatan ini, kami berharap bisa memacu semangat anak untuk terus kreatif, berinovasi serta optimistis menatap masa depan,’’ tegas Wahyu Astuti, kepala SMAN 4 Kota Madiun. (rgl/rif)

Selasa, 25 Oktober 2011

SMP Negeri 3 Dolopo Kabupaten Madiun

Diajari Demokrasi sejak Dini
USIA boleh masih belia, tapi anak-anak SMPN 3 Dolopo sudah diajari soal demokrasi. Salah satunya lewat pemilihan ketua OSIS (pilkasis). Pilkasis di SMPN 3 Dolopo, kali terakhir digelar
6 September 2011 lalu. Pilkasis ini pastinya mengedepankan prinsip LUBER (langsung, umum, bebas, rahasia) dan JURDIL (jujur, adil).
Pergantian pengurus OSIS SMPN 3 Dolopo rutin diadakan setiap tahun. Untuk kepengurusan tahun 2011/2012 ini, ada 8 kandidat yang bersaing memperebutkan kursi ketua OSIS. Yaitu: Ferdian, Dhava, Riyani, Rohma, Vriska, Bagus, Yulyawatul, dan Rendi Eko.
Layaknya pemilu pada umumnya, para kandidat juga mengampanyekan visi dan misinya kepada semua warga sekolah. Hal itu dilakukan seminggu sebelum pencontrengan. “Ada empat TPS (tempat pemungutan suara, Red) yang didirikan di kelas. Semua TPS dilengkapi bilik suara tertutup. Meski sederhana, hak pilih para siswa dijamin kerahasiaannya,” tutur Bu Siti Syamsiatun, pembina OSIS.
Tingkat partisipasi pemilih sangat tinggi. Buktinya, hamper semua siswa mengikuti pilkasis ini dengan antusias. Sebelum mencontreng, setiap siswa diberi kartu suara berisi gambar 8 kandidat. “Asyik banget, kayak pemilu betulan,” kata Tyas, siswa kelas VIIIA.
Setelah pencontrengan, kartu suara pun dihitung. Acara penghitungan suara berjalan seru. Akhirnya, terpilihlah Bagus Setiawan sebagai ketua OSIS periode 2011/2012. “Visi saya adalah mewujudkan OSIS SMPN 3 Dolopo yang jujur, adil, amanah, disiplin, serta berorganisasi yang SMART yaitu Sigap, Menarik, Antusias, Rajin dan Teliti,” ungkap Bagus.
“Sedangkan, misi saya adalah melaksanakan kegiatan organisasi dengan baik dan membawa pengurus OSIS SMPN 3 Dolopo menjadi lebih baik berlandaskan IPTEK dan IMTAQ,” lanjut Bagus.
Meski hanya satu yang terpilih, para kandidat lain nggak berkecil hati. Mereka tetap sportif dan mendukung kinerja ketua OSIS terpilih. (*)

Ada Reyog di Ekskul Tari Spentido
SISWA ANTUSIAS
SIAPA yang nggak kenal reyog. Kesenian tradisional asli Ponorogo itu juga diajarkan di ekskul tari SMPN 3 Dolopo, Kabupaten Madiun, lho. Maklum, lokasi sekolah ini ada di kawasan perbatasan Kabupaten Madiun-Ponorogo.
Nah, di dalam pementasan reyog kan pasti ada tarian berupa jatilan dan bujangganong (ganongan). Jatilan merupakan tarian yang dibawakan oleh penari dengan menunggang jaranan (kuda-kudaan). Ada beberapa siswa SMPN 3 Dolopo yang menguasai tarian tersebut. “Menari jatilan nggak sulit kok, asalkan kita mau berlatih serius dan telaten,” ucap Indah, salah satu siswi yang mahir menari jatil.
Sedangkan pada tari bujangganong terdapat sosok Patih Klana Sewandana yang cekatan, jenaka, dan sakti. Sosok ini digambarkan dengan topeng yang mirip dengan wajah raksasa, hidung panjang, mata melotot, mulut terbuka dengan gigi yang besar, dan rambut lebat. “Seneng banget bisa nari ganong,” ujar Salman, salah satu penari ganong.
Uniknya, penari ganong di SMPN 3 Dolopo ada yang cewek lho. Salah satunya Tunjung. Tentunya, bagi dia, menari ganong merupakan pengalaman yang menarik. ‘’Penari ganong biasanya kan laki-laki, sedangkan aku perempuan. Jadi, itu tantangan buat aku,” kata Tunjung.
Bu Retno , pembina seni tari, mengatakan bahwa seni tari merupakan salah satu andalan SMPN 3 Dolopo. Minat siswanya terhadap dunia seni tari pun sangat tinggi. Mereka juga selalu antusias setiap kali latihan. “Dengan adanya ekskul seni tari diharapkan bakat anak dalam tari akan berkembang,” harap Bu Retno (*)

Jadikan Sabtu sebagai Hari Menulis
SMPN 3 Dolopo (Spentido) Kabupaten Madiun ternyata gudangnya penulis dan jurnalis berbakat. Itu tak lepas dari pembiasaan menulis yang diadakan tiap hari Sabtu. Kegiatan ini dilaksanakan 15 menit sebelum pelajaran dimulai.
Para siswa dikasih waktu buat menulis berupa karangan. Untuk siswa kelas VII dan VIII menulis pengalaman sehari-hari. Jadi, mirip diary gitu deh. Namanya juga semacam diary, pengalaman menyenangkan maupun menyedihkan bisa dituangkan dalam bentuk tulisan yang menarik.
“Menurut saya, pembiasaan menulis itu sangat bagus dan perlu dikembangkan karena merupakan sebuah kreativitas yang harus dilatih secara berjenjang dan sistematis,” Ujar Pak Subroto, kepala sekolah.
Sedangkan siswa kelas IX menulis tanggapan atau pendapat seputar peristiwa yang sedang hangat diperbincangkan di masyarakat luas. Tujuannya agar mereka bisa mengemukakan pendapat terhadap suatu permasalahan.
Dalam pembiasaan menulis ini ada ketentuannya. Yakni, panjang tulisan minimal satu halaman buku, tulisan harus rapi dan jelas, serta isinya haruslah menarik. “Pembiasaan menulis ini bertujuan melatih siswa dalam menuangkan ide, gagasan, dan pendapat. Melalui pembiasaan ini diharapkan akan muncul penulis-penulis andal,” tutur Pak Adi, guru Bahasa Indonesia.
Kepiawaian menulis dan jurnalistik siswa-siswi SMPN 3 Dolopo dengan mengisi halaman Exmud Radar Madiun, sampai dua kali lagi! “Mengarang itu enjoy banget, seperti melampiaskan sesuatu yang terpendam dalam pikiran. Pembiasaan menulis sangat pas untuk menyalurkan hobby menulisku,” kata Rika Cerly, siswi kelas IXC. (*)

Dangdut-Campursari Oke, Pop Yes
SELAIN penulis, Spentido juga gudangnya musisi berbakat lho. Di sekolah itu, dangdut dan campursari jadi musik favorit. Tapi jangan salah, aliran pop juga juga mampu dibawakan grup musik Spentido.
“Awalnya cukup sulit melatih siswa dan mencari personelnya, tapi berkat kerja keras mereka dapat kompak dan selalu tampil baik dalam setiap acara,” ungkap Pak Bambang, pembina ekskul seni musik.
Penasaran siapa aja personel Spenmtido Band? Mereka antara lain: Gadan, Aldi Prasetya, Nanda Aji, Ferry, Sumiana, dan Maya Ariska. Selain tampil di sekolah, mereka pernah didapuk Kecamatan Dolopo untuk mengisi acara Pujapo (Pusat Jajanan Dolopo) saat HUT RI ke-66 dan Hari Jadi Kabupaten Madiun ke-143. “Demam panggung itu pasti. Kadang juga minder dan takut kalo gak bisa tampil maksimal dalam setiap perform,” ujar Maya, salah satu penyanyi grup ini.
Band Spentido juga pernah tampil dalam acara Karnaval Parade Budaya dalam rangka HUT RI ke-66. Mereka tampil secara live dan mendapat aplaus para penonton. “ Hebat dan menghibur. Penampilannya selalu ditunggu-tunggu masyarakat,” kata Darmadi, salah seorang warga sekitar. (*)


Siswa SMPN 3 Dolopo Ciptakan Senam Kreasi

Musiknya yang Lagi Hits,
Pikiran Pun Jadi Happy

Melakukan senam itu sudah biasa. Tapi kalau menciptakan gerakan senam baru, itu luar biasa. Melalui pembiasaan senam, pelajar SMPN 3 Dolopo dituntut mampu bikin senam kreasi. Bagaimana komentar siswa?
----------
DI DALAM badan yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Ungkapan ini tampaknya dipahami betul oleh siswa SMPN 3 Dolopo. Setiap Jumat pagi, mereka mengikuti kegiatan senam. Ada Senam Pramuka, ada juga Senam Pencak Silat.
Menariknya, agar siswa tak mengatasi kejenuhan dengan senam yang itu-itu saja, sekolah setiap semester mengadakan lomba senam kreasi. Dalam lomba ini, siswa dituntut menciptakan dan mengkreasikan jenis senam baru dengan durasi minimal 5 menit. “Senam kreasi dan pembiasaan senam ini terus dikembangkan untuk menunjang kesehatan dan merefresh otak anak-anak,” ujar Pak Suryadi, guru olahraga.
Hasil dari pembiasaan senam ini ternyata tidak mengecewakan lho. Tercipta gerakan-gerakan senam yang unik dan mudah diikuti. Apalagi didukung dengan iringan musik dan lagu yang sedang hits saat ini. Pokoknya, asyik dan enjoy banget buat senam pagi. “Dulu aku benci sekali dengan senam. Soalnya lagunya jadul dan monoton. Sekarang nggak lagi, soalnya gerakan dan lagunya bikin happy,” ungkap Deny, siswi kelas IXB.
Senam kreasi ciptaan siswa-siswi SMPN 3 Dolopo ini setiap Jumat akan ditampilkan secara bergantian. Instruktur senamnya tentu saja siswa sendiri. Keren kan? Ayo, olah raga senam! (*)

Ompreng yang Berjasa
BANYAK cara dilakukan anak-anak SMPN 3 Dolopo agar nggak terlambat ke sekolah. Salah satunya dengan naik ompreng, alat transportasi khas Dolopo-Ngebel berupa mobil pikap yang diberi penutup.
SMP yang terletak di Jalan Raya Suluk ini, memang siswanya tak hanya dari daerah Suluk, Dolopo, dan sekitarnya, akan tetapi juga Ngebel, Ponorogo. “Aku berangkat dari rumah jam 05.30, lalu jalan kaki sejauh dua kilo menuju jalan raya yang merupakan jalur ompreng. Sampai jalur ompreng jam 06.00 dan tiba di sekolah jam 06.30,’’ kata Linda, siswi asal Ngebel.
Untuk naik ompreng, siswa harus merogoh saku Rp 3.000 pulang pergi. “Saya sangat bangga. Anak-anak punya semangat tinggi. Presentasi keterlambatan hampir nol persen,’’ puji Pak Subroto, kepala sekolah. (*)

CREW LIPUTAN:

Senin, 24 Oktober 2011

Ultah, SMAN 2 Madiun Ketoprakan

Guru jadi Abdi Dalem, Siswa Majikannya

Menonton kesenian tradisional dengan pemeran seniman profesional, sudah biasa. Tapi, bagaimana jika pemainnya adalah guru dan siswanya? Itu yang dilakukan SMAN 2 Kota Madiun saat malam peringatan HUT ke-58, Sabtu (22/10) malam. Menariknya lagi guru dan siswa tampil sepanggung.
_______________

SUASANA halaman SMAN 2 Kota Madiun di Jalan Biliton, Sabtu malam (22/10) berbeda. Ratusan siswa dan wali murid, serta warga umum berkumpul di sepanjang jalan. Awalnya, perhatian mereka tertuju pada sederetan stan pelajar yang menjajakan berbagai kreasi.
Sejurus kemudian, sorak penonton di depan panggung membahana saat para pemain ketoprak dadakan yang terdiri dari keluarga besar SMAN 2 naik ke panggung. Dalam lakon ‘Sri Tanjung’ berdurasi dua jam itu mereka akan memainkan cerita soal tipu daya seorang Raja dzalim yang hidup dengan sifat tamak dan beristri banyak, di masa Kerajaan Blambangan.

Bak seniman profesional dengan memakai baju khas kerajaan, Sudjadi, guru bahasa Indonesia yang memerankan Prabu Silakrama, berjalan santai di panggung. Tidak jauh dari Prabu Silakrama, sudah menunggu Patih Sidapaksa yang diperankan Suhardi, guru matematika.

Dengan bahasa Jawa krama inggil, Prabu Sidapaksa menyapa Patih, orang yang mendedikasikan hidupnya kepada sang raja itu. Singkat kata, terjadi perbincangan serius di antara keduanya. Kepada sang Patih, raja mengungkapkan keinginannya menguasai semua wilayah di Jawa bagian timur. Tapi, ada satu syarat agar dia bisa merealisasikan impiannya. Yakni, mempersembahkan kepala harimau dari puncak gunung Ijen untuk tumbal.

‘’Miturut wangsit sing tak tampa, kekarepanku iki bisa kaleksanan kanthi tumbal endhasing macan…(Menurut petunjuk yang saya terima, keinginanku itu baru terlaksana jika ada tumbal kepala harimau, Red),’’ kata Silakrama kepada Patih Sidapaksa.

Tidak berpikir panjang, Patih langsung berangkat melaksanakan tugas. Ternyata, perintah tersebut hanya akal-akalan Raja agar Sidapaksa pergi dan meninggalkan istrinya, Sri Tanjung yang diperankan Aprisia Septianto, siswa kelas XI IPA 6.

Dalam masa penantiannya, Sri Tanjung begitu merindukan suaminya. Pada adegan inilah, Sri Tanjung yang mengenakan pakaian serba hijau bercanda dengan abdi dalemnya yang tidak lain Soegito, penulis naskah sekaligus guru bahasa Inggris SMAN 2. ‘’Kalau tidak begini, tidak ada kesempatan mengerjai Pak Guru,’’ kata Apris dalam selingan dialognya di atas panggung.

Tak pelak, ungkapan itu langsung membuat penonton tertawa terbahak. Belum lagi, saat Soegito berkelakar dengan salah satu siswa yang jadi waranggana. ‘’Di atas panggung sama-sama jadi seniman, kalau sudah turun kamu jadi muridku lagi,’’ kelakar Soegito.

Dalam adegan itu, Sri Tanjung yang diperankan Apris juga sempat menyanyikan lagu berjudul Caping Gunung, serta Rondo Kempling. Meski sempat berlangsung dialog di luar naskah, mereka mampu bermain profesional dan kembali pada alur cerita yang mengisahkan masa penantian Sri Tanjung.

Dalam penantian itulah Silakrama mencoba merayu dan membujuk Sri Tanjung yang saat itu sedang hamil muda agar mau menjadi kekasihnya.

Karena kesetiannya, Sri Tanjung tidak mau melayani keinginan Raja. Tidak berapa lama, sang suami Patih Sidapaksa bersama abdinya pulang dengan membawa kepala harimau. Tidak kehilangan akal, agar tidak ketahuan akal bulusnya itu Silakarma memfitnah Sri Tanjung di depan suaminya. Sayang, Sidapaksa lebih memercayai raja daripada istrinya.

Karena kesetiannya kepada suami, akhirnya Sri Tanjung memilih bunuh diri dengan keris suaminya. Jika bau darahnya itu anyir maka yang dikatakan sang raja benar adanya. Sebaliknya, jika Sri Tanjung tidak pernah berselingkuh dengan sang raja maka bau darahnya wangi. Dan ternyata bau darah tersebut wangi. Sejak saat itulah Sidapaksa bersumpah, daerah tempat Sri Tanjung tinggal itu dinamakan Banyuwangi.
Sekilas, adegan ketoprak itu tidak ada kendala.

Tapi, di balik pementasan tersebut, para pemain tidak memiliki banyak waktu berlatih. Lakon Sri Tanjung yang melibatkan 12 kru, hanya tiga kali berlatih. Padahal tidak satupun dari mereka yang memiliki latar belakang pemain ketoprak. ‘’Bahkan saya sempat stres saat satu hari sebelum pentas. Pemeran Silakrama dipanggil ke Malang untuk kuliah,’’ tutur Soegito, sutradara cerita ketoprak tersebut.

Pengalaman kali pertama manggung juga dirasakan Sudjadi, pemeran Prabu Silakarma. Meski tidak canggung, Sudjadi sempat kehilangan dialog di atas panggung. Tidak mau terlihat salah, guru bahasa Indonesia itu langsung berimprovisasi. Kondisi tersebut sempat membuat bingung Suhardi, pemeran Patih Sidapaksa. Tidak mau terlihat bingung, dia juga langsung mengalihkan perhatian penonton dengan membuat adegan lucu. ‘’Untungnya Pak Soegito orangnya cerdas, dan langsung improvisasi juga,’’ imbuhnya.

Berbeda dengan para pendidiknya, Aprisia Setiyanto puna pengalaman mengesankan selama beradu dialog dengan para gurunya itu. Gadis yang juga penyanyi karawitan itu mengaku canggung. Bahkan, dia sempat tidak saat sadar berdialog menggunakan bahasa krama inggil. ‘’Padahal selaku bendoro (majikan, Red) saya tidak boleh memakai bahasa krama inggil kepada abdi dalem,’’ tandasnya.

Pementasan ketoprak dadakan itu merupakan rangkaian acara peringatan HUT ke-58 SMAN 2 Kota Madiun. Selain ketoprak, SMAN 2 juga menggelar bakti sosial, olimpiade sains tingkat SMP se-eks Karesidenan Madiun. Selain itu mereka juga menggelar donor darah, audisi band serta pentas seni. ‘’Semua kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi siswa, serta semua elemen di sekolah,’’ tegas Heru Patriawan, Kepala SMAN 2 Kota Madiun.

Heru mengungkapkan, selain mengembangkan prestasi akademik, pihaknya juga menggali potensi siswa melalui budaya kearifan lokal. Termasuk pelestarian budaya daerah, agar tidak punah. ‘’Kami berharap kesempatan ini tidak hanya terealisasi saat hari ulang tahun. Ke depan, semoga bisa menjadi sarana efektif untuk menumbuhkan rasa cinta budaya pada diri siswa,’’ katanya.***(irw)

Rabu, 19 Oktober 2011

Emoh Ketinggalan Pelajaran

SEJAK terpilih sebagai Diajeng Ngawi 2011, kesibukan Putri Suminar Nidya Ningrum makin bertambah. Tak hanya berkutat dengan buku pelajaran dan kegiatan sekolah, gadis yang akrab disapa Nindy itu juga kerap hadir di even-even yang diselenggarakan pemkab.
‘’Iya, terus ada permintaan untuk ikut serta di kegiatan-kegiatan pemkab,’’ katanya kemarin (18/10).
Meski waktunya banyak tersita untuk menjalani aktivitas sebagai Diajeng Ngawi, Nindy ogah ketinggalan pelajaran di sekolah. Dia mengaku masih bisa belajar serius di sela-sela kesibukan yang dilakoninya.
‘’Harus pandai-pandai membagi waktu. Itu kuncinya. Apalagi saya sudah kelas XII yang sebentar lagi menghadapi ujian. Jangan sampai alasan banyak kegiatan, nilai ujian jelek,’’ ungkap siswi SMAN 2 Ngawi itu.
Belum genap sebulan mengemban Diajeng, sudah banyak pengalaman yang didapatkan Nindy. Salah satunya tentang tata cara berkomunikasi dengan berbagai kalangan. Apalagi dirinya sering ditunjuk untuk mempromosikan wisata dan budaya lokal di sejumlah acara. ‘’Harus lugas dan tidak bertele-tele. Itu yang terpenting bila memberi arahan kepada audiens dan pengunjung stan,’’ ujar putri Tien Suhartani tersebut.
Sebagai duta wisata, Nindy memiliki wawasan luas seputar wisata, budaya dan kerajinan khas Kota Kripik. ‘’Harus tahu banyak pokoknya. Bagaimana silsilahnya, terus rute-rute dan apa saja yang bisa ditonjolkan biar masyarakat luar daerah berminat mengunjunginya,’’ katanya. (dip/isd)

Selasa, 18 Oktober 2011

SMA PGRI 1 Ngawi

Bahasa Mandarin
Pelajaran Wajib

BAHASA Mandarin kini menjadi elemen penting dunia industri di era globalisasi. Karena itu, SMA PGRI 1 (Smarisa) Ngawi sengaja memasukkan bahasa Mandarin sebagai mata pelajaran wajib bagi siswa sekolah itu, mulai kelas X sampai XII.
‘’Pengajaran bahasa Mandarin ini sesuai aturan pemerintah yang mewajibkan sekolah memasukkan muatan lokal bahasa asing di setiap sekolah,’’ terang Kepala SMA PGRI 1 Ngawi Pak Suwito diamini
Bu Sugiyanti, guru bahasa Mandarin Smarisa.
Kenapa bahasa Mandarin? ‘’Karena bahasa mandarin merupakan bahasa yang paling banyak penggunanya, seiring banyaknya warga keturunan China yang tersebar di berbagai belahan dunia,’’ ungkap Bu Sugiyanti.
Untuk memacu kreativitas, menjelang kegiatan tengah semester lalu, beberapa siswa diminta membuat spanduk bertuliskan Smarisa menggunakan huruf Mandarin. Keren kan!
So, anak-anak Smarisa nggak cuma ngomong ni hao ma (apa kabar). Tapi sudah casciscus kalo bicara pakai bahasa Mandarin. “Ren sen nan mian yao zao yu cuo zhe yu shi yu qi yong lei shui yi shua hui hen, buru yong wei xiao qu ying ji xin di hao zhan (hidup manusia tak luput dari mengalami kekandasan atau kegagalan daripada menggunakan air mata membersihkan penyesalan, lebih baik gunakan senyum pergi menyongsong tantangan yang baru),’’ ucap salah seorang siswa. (*)

FAVOURITE TALENT

Ekskul Tari Tradisional
di Smarisa Diminati

BUDAYA pop boleh saja menggejala, tapi SMA PGRI 1 (Smarisa) Ngawi nggak lupa sama kesenian tradisional. Buktinya, sekolah ini punya ekstrakulikuler tari tradisional.
Hebatnya lagi, anak-anak ekskul tari Smarisa sudah sering menjuarai berbagai even, baik lokal maupun regional.
Yang terbaru, tim tari Smarisa menyabet juara satu kategori favourite talent festival seni tingkat pelajar se-Kabupaten Ngawi. Waktu itu, anak-anak Smarisa bawain tari incling jangget. Atas prestasi itu, Smarisa ditunjuk mewakili Ngawi pada pemilihan duta penari Jatim. Tak jarang pula tarian itu ditampilkan untuk penyambutan tamu di Kabupaten Ngawi.
Ekskul tari Smarisa diadain setiap hari Kamis. Nggak gampang lho ngajar tari tradisional itu. Mulai dari gerak kepala sampai kaki menuntut kesempurnaan agar muncul nilai estetikanya. “Mengajar tari tradisional itu lebih sulit dari tari modern,” ungkap Bu Dyas Ajeng Sulistyoningrum, pembina ekskul tari tradisional Smarisa.
Bu Dyas berharap, lewat ekskul tari tradisional itu, kesenian tradisional di Indonesia terutama akan terus memiliki generasi-generasi penerus dan tidak lekang ditelan zaman.
Ekskul tari tradisional SMA PGRI 1 Ngawi cukup diminati. Risma, salah satu peserta ekskul tari tradisional Smarisa, mengaku menggandrungi seni tari sejak duduk di bangku sekolah dasar. Makanya, dia sudah lihai memeragakan gerakan-gerakan sulit tari tradisional maupun modern. (*)

Foto, Animasi, hingga Film Pendek
SEKOLAH lain nggak boleh ngiri ya. Di Ngawi, konon cuma SMA PGRI 1 (Smarisa) yang memasukkan desain grafis sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal.
So, siswa pun selalu antusias saat mengikuti pelajaran tersebut.
‘’Tak heran jika desain grafis menjadi pelajaran muatan lokal unggulan di sekolah kami, sebab saat ini di wilayah Ngawi baru SMA PGRI 1 yang memiliki mata pelajaran desain grafis,’’ kata Pak Suwito, kepala sekolah.
Agar penguasaan siswa soal desain grafis benar-benar maksimal, sekolah melengkapi sarana pembelajaran dengan laboratorium khusus desain grafis. Lab itu diatur sedemikian rupa sehingga bisa juga untuk pemotretan. Tentunya lengkap dengan seabrek perangkat pendukung yang harganya terbilang tidak murah.
Kemampuan anak-anak Smarisa di bidang desain grafis juga telah menghasilkan produk-produk mengagumkan. Mulai koleksi foto hasil jepretan siswa, desain animasi, sampai film berdurasi pendek. ‘’Sempat diputar dan ditonton bareng saat pelepasan siswa kelas XII,’’’ ungkap Pak Wahyu Effendi, guru mata pelajaran desain grafis.
Adanya mata pelajaran desain grafis disambut positif orang tua siswa maupun masyarakat Ngawi umumnya. Maklum, prospek ke depan bagi yang punya keterampilan di bidang desain, fotografi maupun film cukup menjajikan. (*)

Sabet Perunggu Porprov Jatim
MOMEN Pekan Olah Raga Provinsi (Porporv) Jatim II di Kediri Juli lalu membawa kesan mendalam bagi Septian Novel Firgiawan.
Soalnya, atlet jujitsu asal SMA PGRI 1 (Smarisa) Ngawi itu mampu meraih hasil membanggakan. Novel berhasil menggondol medali perunggu cabang olah raga (cabor) wushu.
Novel yang kala itu turun di kelas 60-65 kilogram mengawali pertandingan dengan baik. Di laga pertama, cowok yang sekarang duduk di bangku kelas XII IA 1 itu mengalahkan wakil Kota Madiun. Kemenangan berlanjut saat dia melawan wakil Surabaya. Sayang, Novel gagal melaju ke partai puncak dan hanya meraih medali perunggu.
Kepiawaian Novel dalam beladiri jujitsu berawal dari coba-coba. Saat masih kelas X, dia iseng-iseng ikut ekstra jujitsu di Smarisa Ngawi. ‘’Lama-lama jadi suka. Jujitsu itu beladiri yang mudah dipelajari, tapi ilmunya sangat banyak dan lengkap,’’ ujar Novel.
Bahkan, dia nggak pernah absen latihan rutin di Smarisa yang jadi pusat latihan jujitsu sekolah-sekolah favorit di Ngawi ini. ‘’Banyak teman yang ikut, jadi betah,’’ katanya.
Bakat besar Novel mengantar dirinya mewakili Ngawi di ajang Porprov Jatim II di Kediri. ‘’Sebelumnya harus menjalani TC (training center, Red) terlebih dahulu selama enam bulan,’’ ungkapnya. (*)

Ketika Smarisa Memilih Pengurus OSIS Baru

Jalan Kaki 15 Kilo
di Malam Hari


SMA PGRI 1 (Smarisa) Ngawi punya cara unik saat membentuk kepengurusan OSIS yang baru. Pada 15-16 Oktober lalu, para calon pengurus mengikuti ujian fisik dan mental di Jamus.

-----------------

Hawa lokasi wisata Jamus malam itu terasa dingin menusuk tulang. Namun, hal itu tak menyurutkan semangat anak-anak Smarisa melaksanakan rantai kegiatan yang telah dijadwalkan.
‘’Karena asyik, nggak terasa capek,’’ kata Divery, salah satu peserta.
Hari itu, Divery bersama teman-temannya di Smarisa sedang mengikuti kegiatan kesamaptaan yang merupakan bagian rekrutmen pengurus OSIS baru. Kegiatan yang memacu adernalin itu sengaja diadakan untuk menguji fisik dan mental para calon pengurus OSIS. ‘’Nggak cukup hanya cerdas dan berwibawa, tapi juga harus cekatan dan terampil,’’ tutur cewek yang pernah jadi anggota paskibraka Kabupaten Ngawi ini.
Dalam kegiatan itu, para calon pengurus OSIS diwajibkan berjalan kaki kurang lebih sejauh 15 kilometer pada malam hari satu persatu secara bergantian melewati hutan. Tak hanya itu, setiap peserta diuji di setiap pos yang ada selama perjalanan.
Menurut Bu Tri Wahyuningsih, pembina OSIS, kegiatan samapta itu merupakan puncak rangkaian kegiatan tes CPO (calon pengurus OSIS). ‘’Yang meliputi tes pengetahuan dalam berorganisasi, tes fisik, tes mental, tes kepemimpinan, dan tes tulis,’’ ungkapnya.
Sedangkan panitia penyelenggara, kata Bu Tri, terdiri siswa kelas XII yang telah berpengalaman dalam berorganisasi. ”Sesi refleksi terhadap kekurangan diri sendiri yang paling menarik dalam kegiatan itu,’’ tutur Bu Tri. (*)

Selasa, 11 Oktober 2011

SMK Negeri 1 Bendo Magetan

Santap 1001 Pecel

Puncak Acara Peringatan
HUT Kanesba Meriah

ULTAH ke-10 SMKN 1 Bendo Magetan dirayain besar-besaran. Berbagai kegiatan pun mewarnai HUT ke-10 sekolah kejuruan itu.
Mulai dari lomba futsal, voli, tarik tambang, fotografi, kaligrafi, sampai pidato bahasa Inggris.
Puncak acara peringatan HUT ke-10 SMKN 1 Bendo digelar 8 Oktober kemaren. Selain ngadain jalan santai, seluruh warga sekolah rame-rame makan 1001 bungkus nasi pecel. “Untuk menyediakan 1001 bungkus nasi pecel itu, pihak sekolah mendatangkan enam pedagang di pasar,” ujar Bu Yeni, koordinator konsumsi.
So, puncak acara peringatan HUT ke-10 Kanebsa (sebutan SMKN 1 Bendo) itu meriah banget. Apalagi, beberapa pejabat juga hadir. Di antaranya, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Magetan yang diwakili Pak Yosi Hermawan, Pak Camat Bendo, dan kepala-kepala instasi seluruh Kecamatan Bendo.
‘’Meskipun ada beberapa kekurangan, secara umum berjalan sukses dan meriah,’’ tutur Pak Kusnadi, ketua koordinator pelaksana HUT SMKN 1 Bendo.
Kenapa harus nasi pecel? Ternyata hal itu ada filosofinya tersendiri. ‘’Nasi pecel itu simbol kebersamaan. Sebab, digemari berbagai kalangan mulai masyarakat biasa sampai pejabat. Kita harapkan persatuan seluruh warga SMKN 1 Bendo semakin kuat untuk mearih prestasi. Makan 1001 nasi pecel ini juga baru pertama kali terselenggara di Magetan lho,’’ katanya. (*)

Gandeng Perusahaan Ternama

Salurkan Lulusan
lewat BKK

SEKOLAH boleh di pedesaan, tapi soal prestasi, SMKN 1 Bendo Magetan nggak mau kalah sama sekolah yang ada di kota. Baik akademik maupun non-akademiknya.
Bahkan, termasuk salah satu sekolah kejuruan favorit di Kabupaten Magetan.
Nggak beda sama sekolah kejuruan lainnya, siswa SMKN 1 Bendo dididik untuk siap kerja setelah lulus. Untuk itu, pihak sekolah sengaja menggandeng sejumlah perusahaan ternama. Sebut saja PT Astra, Toyota Mekanik, dan masih banyak lagi.
‘’Kami juga memiliki BKK (Bursa Kerja Khusus) untuk menjembatani para lulusan dengan dunia kerja. Jadi, setelah lulus tidak bingung cari pekerjaan,’’ terang Pak Eko Soeprajitno, Kepala SMKN 1 Bendo Magetan.
Meski begitu, kata Pak Eko, siap kerja saja tak cukup. Siswa SMKN 1 Bendo, lanjut bapak kelahiran 1963 ini, juga harus santun. Pokoknya, punya moralitas dan akhlak yang baik.
Pak Eko menambahkan, SMKN 1 Bendo memberikan apresiasi bagi siswa kurang mamou dan berprestasi. ‘’Sekolah kami mendapat bantuan dari pemerintah dan Bank Jatim yang ditujukan bagi siswa yang kurang mampu dan berprestasi,’’ ungkap pria asli Magetan ini. (*)

Ada Anggaran Khusus dan Tim Caraka
PUNYA murid yang kebanyakan cowok, bukan berarti lingkungan SMKN 1 Bendo Magetan kumuh. Sebaliknya, sekolah yang terletak di Desa/Kecamatan Bendo
ini justru terlihat selalu bersih. Pokoknya, gak kalah dech sama sekolah-sekolah lain di Magetan.
SMKN 1 Bendo memang serius menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Bahkan, pihak sekolah sengaja menyiapkan anggaran khusus untuk urusan bersih-bersih ini. Selain itu, punya tim khusus bernama Caraka yang bertanggung jawab pada kebersihan lingkungan sekolah.
‘’Mereka bersih-bersih sekolah dua kali dalam sehari, pagi dan sore. Tim Caraka berjumlah sebelas siswa dengan tugas masing-masing, seperti membersihkan ruang kelas, ruang guru, menyirami tanaman, dan sebagainya,” kata Pak Yudianto, wakasek kesiswaan.
Nggak cuma lingkungannya yang bersih, suasana SMKN 1 Bendo usaha juag terasa adem dan asri. Malkum, banyak pepohonan dan tanam hias. ‘’Lahan-lahan yang kosong ditanami pohon. Kalau ada tanaman yang mati diganti tanaman yang baru,’’ ungkapnya.
Upaya pihak sekolah menjadikan lingkungan SMKN 1 Bendo bersih dan asri ternyata klop dengan keinginan siswa. So, mereka selalu membuang sampah pada tempatnya, dan tidak merusak tanaman yang ada di lingkungan sekolahan. ‘’Kami juga sering menyosialisasikan pada para siswa pentingnya kebersihan. Bagi mereka yang melanggar peraturan, ada poin tersendiri atas pelanggarannya itu,’’ tutur Pak Yudianto. (*)
SMKN 1 BENDO FOR EXMUD
Andik Prayitno

Sabet Emas LKS Nasional

Ditawari Kerja
di Australia

SIAPA bilang murid sekolah ‘ndeso’ nggak bisa berprestasi. Siswa SMKN 1 Bendo Magetan Andik Prayitno bahkan mampu mencatat prestasi level nasional.
Pada Lomba Kompetensi Siswa (LKS) tingkat nasional 2010, remaja asal Selotinatah itu meraih medali emas alias juara I bidang plumbing. ‘’Nggak nyangka. Soalnya, saingannya berat, terutama dari Aceh yang juara tahun lalu,’’ ungkap Andik.
Atas prestasinya itu, Andik berkesempatan mewakili Indonesia di ajang serupa tingkat ASEAN dan dunia. Dia juga sempat mendapat tawaran untuk bekerja di Australia. Wow! ‘’Kalau belajar dengan tekun dan teliti, Insya Allah dapat juara.’’ ujarnya.
Selain disambut suka cita almamaternya, apa yang diraih Andik juga bikin bangga orang tuanya. “Saya merasa bangga dan bersyukur pada Tuhan, karena semua ini petunjuk dari-Nya. Keberhasilan anak saka juara 1 tingkat nasional juga berkat dukungan bapak ibu guru dan masyarakat sekitar,’’ kata ortu Andik. (*)

Kreativitas Pak Sunarto Bikin Sumber Listrik dari Belimbing Wuluh

Mampu Hasilkan
Tegangan hingga 5 Volt


Belimbing ternyata wuluh bisa dijadikan listrik. Nggak percaya? Tangan dingin Pak Sunarto, salah seorang guru SMKN 1 Bendo Magetan, mampu menciptakan sumber energi listrik dari buah berasa asam itu.
_________

KREATIVTTAS Pak Sunarto menciptakan sumber energi alternatif nggak muncul begitu saja.
Tarif listrik yang semakin melambung dan beberapa kawasan yang belum
terjamah oleh listrik, mengusik guru jebolan ITS tersebut untuk berbuat sesuatu.
Maka, diliriklah belimbing wuluh sebagai energi listrik. Awalnya, Pak Sunarto sekadar coba-coba. Tapi, akhirnya membuahkan hasil spektakuler dan diharapkan bisa jadi salah satu alternatif energi murah, khususnya bagi masyarakat kalangan bawah.
Gimana proses pembuatan dan cara kerja sumber energi listrik made in Pak Sunarto? Awalnya, tanah dan jus belimbing wuluh ditaruh dalam bekas wadah air mineral. Di dalam satu gelas terdapat elektroda, seng, dan tembaga,yang nantinya dihubungkan secara seri (berurutan). ‘’Untuk menghidupkan satu buah LED memerlukan minimal lima gelas,’’ ungkapnya.
Selanjutnya, masing-masing gelas dihubungkan dengan rangkaian kawat guna mengalirkan arus listrik. Hasilnya, energi listrik pun tercipta dengan tegangan yang lumayan, hingga 5 volt. Daya listrik itu cukup untuk menghidupkan lampu penerangan.’’Tegangan yang dihasilkan lebih besar dari tegangan satu buah batu baterai,’’ terang kepala jurusan multimedia ini.
Kata Pak Sunarto, keasaman tinggi pada belimbing wuluh tinggi dapat menghantarkan ion dan elektron yang ada di lempengan tembaga dan seng, sehingga terciptalah arus listrik.
Temuan Pak Sunarto itu sudah dicoba untuk penerangan dan sebagai alat perangkap hama (light trap). Pengembangan lain yang sedang dilakukan bisa untuk menghidupkan radio transistor 2 baterai. ‘’Kelebihan listrik dari belimbing wuluh ini bisa dibuat sesuai keinginan, dapat diperbaharui, murah, dan ramah lingkungan,’’ tuturnya. (*)

Selasa, 04 Oktober 2011

SMA Panca Bhakti Magetan

SMA PANCA BHAKTI FOR EXMUD
Tiga siswa SMA Panca Bhakti Magetan memeragakan cara kerja alat penghitung tiket otomatis.

Bikin Alat Penghitung Tiket Otomatis

SMA Panca Bhakti Jawara
Lomba Cipta Elektronika

PENGHITUNGAN pengunjung lokasi wisata selama ini yang masih menggunakan cara manual menginspirasi siswa SMA Panca Bhakti Magetan menciptakan peralatan modern. Dengan alat itu, proses penghitungan bisa dilakukan dengan lebih praktis.
Hasilnya pun lebih akurat.
Alat penghitung tiket karya anak-anak SMA Panca Bhakti itu pun pada Lomba Cipta Elektronika antar-SLTA se-Magetan beberapa waktu lalu menyabet juara I.
‘’ Dengan alat ini, pengunjung yang terdeteksi lewat tiket masuk lokasi wisata bisa dihitung secara otomatis,’’ terang Pak Dodik Triwahyudi, guru fisika SMA Panca Bhakti.
Menurut Pak Dodik, dengan alat itu petugas tiket tidak perlu menghitung jumlah pengunjung karena sudah langsung terdeteksi. Mereka hanya memonitor di dalam ruangan dengan melihat tampilan pada komputer melalui program Exel. Pak Dodik yang juga wakasek kesiswaan itu mengatakan, akurasi alat tersebut mencapai 98 persen. ‘’Agar keakuratannya terjamin, jarak minimal antar-pengunjung adalah 10 cm,’’ ungkapnya.
Yang jelas, lanjut Pak Dodik, penghitungan dengan alat itu lebih efisien dibanding cara manual. Selain mendeteksi jumlah pengunjung, peralatan tersebut juga bisa digunakan untuk mengetahui pemasukan dana setiap harinya. ‘’Bahkan, laporan bulanan atau tahunan,’’ ujarnya. (*)

Sensor Panas Matahari dengan LDR
KARYA revolusioner anak-anak SMA Panca Bhakti Magetan nggak cuma alat penghitung tiket otomatis lho.
Siswa sekolah itu juga mampu bikin alat sensor panas matahari yang lebih fleksibel karena solarcell dapat mengikuti arah matahari.
Berbeda dengan solarcell sebagai pembangkit listrik tenaga surya yada ada selama ini, biasanya diletakkan menghadap ke atas pada posisi 90 derajat dari sumbu x. Sehingga, pada waktu pagi dan sore hari panas yang diterima solarcell kurang maksimal.
Sensor panas matahari itu dilengkapi dengan sistem LDR yang berfungsi menyensor cahaya dari matahari untuk memberikan perintah ke motor dan menggerakkan LDR tersebut. (*)

Berbekal Pede, Juara Broadcasting
LOMBA kepenyiaran radio yang diselenggarakan salah satu perguruan tinggi di Madiun September lalu jadi momen istimewa bagi Ayu Mahclika.
Soalnya, di ajang tersebut siswi kelas 3 IPA1 SMA Panca Bhakti (Smapabha) Magetan itu menyabet juara I. ‘’Nggak nyangka bisa menang. Soalnya, saingannya bagus-bagus,’’ kata Ayu.
Ayu mengaku tak ada persiapan khusus menjelang lomba kepenyiaran itu. Maklum, on air ibarat sudah jadi makanan sehari-hari baginya. Dia cuma berbekal pede (percaya diri) saja. ''Waktu lomba kita disuruh bacain berita sama beberapa request lagu. Pastinya, seneng lah bisa juara,'' tuturnya.
Asal tau aja, bagi anak-anak Smapabha, dunia broadcasting sudah nggak asing lagi. Sebab, sekolah ini punya ekskul kepenyiaran. Bahkan, punya stasiun radio bernama Smapabha FM. ''Aku sejak kelas satu udah gabung Smapabha FM,'' ungkapnya.
Meski begitu, keberadaan Radio Smapabha FM nggak ngganggu aktivitas siswa mengikuti proses belajar mengajar. Sebab, jadwal siarannya usai jam sekolah. ‘’Siang sampai sore sekitar jam lima,’’ terang salah seorang guru Smapabha. (*)

Geliat Ekskul Musik Smapabha Magetan

Bikin Video Klip di Bali,
Diposting di YouTube


Sebagaimana sekolah lainnya, SMA Panca Bhakti Magetan memiliki segudang kegiatan ekstra kurikuler (ekskul). Salah satu yang banyak diminati adalah ekskul musik. Apa saja yang sudah dihasilkan?
---------------
SUKA dengan Dadali, pelantun Di saat Aku Mencintaimu? Band asal Bogor itu melejit gara-gara YouTube. Hingga kini video Di saat Aku Mencintaimu milik Dadali Band itu sudah dilihat lebih dari 8 juta pengunjung.
Nah, salah satu band SMA Panca Bhakti (Smapabha) Magetan coba meretas jalan seperti yang dilakukan Dadali. Mereka adalah Five Newton dan Antinoda Band. Paling nggak Five Newton sudah menghasilkan 4 lagu.
Yaitu, Hanya Kau Cintaku, Kisah Sahabat, Goodbye, dan Temani Aku Disin. Sedangkan Antinoda menelorkan tiga lagu, yakni DISI, Tentang, dan Indahmu.
Memang, popularitas Five Newton dan Antinoda masih jauh dibanding Dadali. Tapi, soal musikalitas nggak kalah. Bahkan, layaknya band profesional, lagu-lagu yang diunggah di YouTube itu dikemas seperti video klip lengkap dengan cewek sebagai modelnya.
Bahkan, salah satu video klipnya mengambil setting di Bali. Hebat kan! ‘’Lagunya juga bisa di-download di 4shared,’’ kata Aristya Mardianawati, vokalis Five Newton.
Menurut Pak Dodik Triwahyudi, produser Five Newton dan Antinoda, SMA Panca Bhakti Magetan menyimpan potensi musisi-musisi berbakat. Itu tak lepas dari ekskul musik yang diadain di sekolah tersebut. Nggak cuma didukung alat musik yang lengkap, tapi juga studio rekaman dan editing video sendiri. (*)
 
Exmud Online © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum