Pages

Selasa, 29 November 2011

SMP Negeri 1 Sine Ngawi

Serasa di Vila

Sekolah Bersih dan
Indah, Siswa Enjoy Belajar

SERASA berada di sebuah vila. Suasana itu dirasakan anak-anak SMPN 1 Sine (Spentusi) Ngawi setiap harinya.
Maklum, sekolah yang terletak di lereng Gunung Lawu ini selalu terlihat bersih, indah, dan pastinya sejuk.
Dengan suasana yang serba mendukung itu, nggak heran kalau siswa-siswi Spentusi enjoy dan betah berlama-lama di sekolah mengikuti pelajaran maupun kegiatan ekskul. ‘’Kami memang ingin menjadikan sekolah sebagai istana pendidikan. Sehingga, siswa siswi kerasan tinggal dan belajar di sekolah,’’ kata Pak Sulistyo, Pembina kebersihan dan keindahan Spentusi.
Tapi tau nggak, untuk menjadikan suasana SMP Negeri1 Sine yang serasa vila itu butuh proses dan kerja keras. Antara lain lewat program Sekolahku adalah Rumah dan Istanaku, Jumat bersih, dan penghijauan.
“Bersih itu indah, bersih itu sehat, bersih itu ibadah. Sekolahku istanaku bukan sekolahku kandang sapiku,’’ tutur Pak Sulistyo sembari menyebut kalau kepala sekolah Pak Hadi Suharto selalu mendorong semua warga sekolah untuk mewujudkan Spentusi sebagai sekolah hijau.
Kerja keras keluarga besar SMP Negeri 1 Sine itu berbuah manis. Pada tahun 2005 dan 2006 Spentusi menyabet jawara Lomba Lingkungan Sekolah Sehat ( LSS ) tingkat kabupaten dan provinsi. Hebat kan! (*)

Siswa Baru Dites Psikologi
SMPN 1 Sine punya cara tersendiri untuk menghasilkan output atau lulusan yang berkualitas.
Salah satunya dengan mendeteksi sejak dini psikologis dan kecerdasan siswa. ‘’Dengan mengetahui kejiwaan dan kecerdasan siswa sejak awal, kita akan mudah dalam membimbing mereka,’’ kata Pak Marsono, salah satu guru SMPN 1 Sine.
Gimana cara mendeteksinya? Setiap awal tahun pelajaran, SMPN 1 Sine bekerja sama dengan sebuah lembaga psikologi ternama dari Surakarta mengadakan tes psikologi bagi siswa baru. Dengan begitu, pengelompokan siswa dalam kelas maupun penanganannya lebih mudah karena didasarkan beberapa kesamaan, seperti kejiwaan dan pengetahuan awal.
‘’Saya sangat bersyukur, sekolah kami setiap tahun mengadakan tes psikologi. Ini sangat meringankan tugas saya selaku guru BK dalam menempatkan siswa di kelas,’’ kata Bu Kartini, salah satu guru BK/BP.
Yang menarik, rangakaian kegiatan tes psikologi itu diawali dengan outbond. Biasanya diadain di kawasan wisata perkebunan teh Jamus Kecamatan Sine. ‘’Kami berharap kegiatan seperti ini bisa memacu prestasi siswa,’’ kata Pak Hadi Suharto, kepala sekolah. (*)

Asah Bahasa Inggris, Ngobrol dengan Bule

Siswa Spentusi Hunting
Tourist di Prambanan

SEKOLAH boleh di desa, tapi soal bahasa Inggris, siswa SMPN 1 Sine nggak mau kalah dengan mereka yang ada di kota.
Itu tak lepas dari adanya kelas bilingual di sekolah yang dikenal dengan sebutan Spentusi ini.
Ya, proses pembelajaran di Spentusi menggunakan dua bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Inggris. Kelas bilingual itu diterapkan secara penuh pada mata pelajaran matematika, IPA, dan TIK. Sedangkan mata pelajaran lain saat membuka dan menutup pelajaran saja pakai Bahasa Inggris. ‘’Kelas bilingual dikonsep berbasis IT,’’ terang Pak Hadi Suharto, kepala sekolah.
Untuk mengasah kemampuan siswa, pembelajaran tidak hanya melalui kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, tapi juga di luar lingkungan sekolah. Itu seperti yang dilakukan siswa kelas bilingual dengan program Hunting Tourist di area Candi Prambanan pada 11 Juni 2011 lalu. ‘’Kegiatan seperti ini sudah berjalan selama 3 tahun terakhir,’’ ungkap Bu Nasrifatul Halimah, salah satu guru pembimbing.
Sesuai namanya hunting tourist, di lokasi bersejarah itu anak-anak Spentusi belajar berkomunikasi dengan turis asing dengan Bahasa Inggris. ‘’Seru dan enjoy banget,’’ ujar salah satu siswa. (*)

Disiplin lewat Ekskul Drumband
PENGEN tau nggak ekskul drumband SMPN 1 Sine Ngawi? Ekskul ini jadi kebanggaan Spentusi-sebutan SMPN 1 Sine.
Mereka sudah sering tampil memeriahkan acara yang diadain di wilayah Kecamatan Sine dan sekitarnya.
Kata Pak Karep Sunaryo, banyak manfaat yang didapat dari mengikuti ekskul drumband. Salah satunya memupuk kebersamaan dan kekompakan. Kalau nggak kompak, mana mungkin bisa menghasilkan harmonisasi nada dan gerakan yang pas. ‘’Juga bisa membentuk karakter yang disiplin, pemberani, dan bertanggungjawab,’’ ungkapnya.
Memang sih, dana yang dibutuhkan untuk ekskul drumband ini tidak sedikit. Tapi, kepala sekolah Pak Hadi Suharto maupun komite SMPN 1 Sine tetap mendukung. Pokoknya, maju terus pantang mundur.
Ekstra drumband di SMPN 1 Sine sebenarnya sudah ada sejak 15 tahun lalu, tapi sempat vakum. Nah, seetlah sekolah dinahkodai Pak Hadi Suharto, ekskul ini dihidupkan kembali. ‘’Karena terbukti bisa mencetak generasi muda yang tangguh, disiplin dan bertanggungjawab,’’ tutur Pak Hadi. (*)

Peduli Masyarakat Kurang Mampu
SISWA SMPN 1 Sine Ngawi punya kepedulian sosial tinggi lho. Itu dibuktikan dengan adanya kegiatan bakti sosial dan pembagian daging hewan kurban kepada masyarakat kurang mampu beberapa waktu lalu.
Saat itu, Spentusi-sebutan SMPN 1 Sine Ngawi- menyembelih seekor sapi. Hewan kurban tersebut dibeli dari hasil iuran siswa dan guru, sebelum dagingnya dibagikan pada mereka yang berhak menerima. ”Begitulah cara kami menumbuhkan rasa peduli siswa terhadap sesama,’’ ujar Pak Warno, koordinator kegiatan bakti sosial dan peringatan Idul Adha.
Kepedulian sosial siswa Spentusi juga diperlihatkan saat peringatan HUT RI ke-66. Di stan Exposisi, Spentusi mengadakan bazar murah bagi siswa dan masyarakat kurang mampu. Mereka diberi kupon untuk ditukarkan dengan satu paket sembako berisi beras, minyak goring dan mi instan. “Sekolah kami memang cukup aktif dalam kegiatan baksos dan kegiatan amal lainnya,” ungkap Pak Hadi Suharto, Kepala SMPN 1 Sine.
Kata Pak Hadi, untuk meningkatkan standar sekolah dari SSN menuju RSBI tidak hanya diperlukan siswa dan guru yang cerdas, tapi juga akhlak dan kepribadian yang baik. (*)

Crew liputan:

Selasa, 22 November 2011

SMA Negeri 1 Wungu Kabupaten Madiun

Ada Lomba Kreasi Tumpeng

Perayaan HUT
ke-27 SMAVI Heboh

ULTAH SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun tahun ini dirayain besar-besaran. Lima hari penuh (25-29 Oktober 2011) warga sekolah yang dikenal dengan sebutan SMAVI ini larut dalam ingar-bingar perayaan ultah sekolah. Banyak banget kegiatan yang diadain buat memeriahkan HUT ke-27 SMAVI.
Salah satu yang menarik perhatian adalah lomba kreasi tumpeng. Siswa berlomba-lomba menghias nasi tumpeng mereka dengan aneka lauk pauk. Penataannya pun dibuat semenarik mungkin.
Anak-anak kelas XII IPS 1 misalnya, sengaja membentuk nasi tumpeng seperti gambar hati, lalu bagian atasnya ditaburi lauk membentuk angka 27. Hiasan dari wortel dan tomat berbentuk bunga di sekelilingnya membuat tampilannya keren banget.
Selain lomba kreasi tumpeng, HUT SMAVI juga dimeriahkan festival bazar makanan tradisional. Area parkir sebelah selatan sekolah pun disulap jadi lokasi bazar yang menyuguhkan berbagai makanan khas Indonesia. Mulai pecel , klepon , tahu petis , rujak buah , es kopyor, getuk, sampe oseng-oseng pepaya.
Lomba olahraga seperti futsal, basket, voli, dan badminton juga ada lho. Kegiatan yang diadain pada 25-26 Oktober 2011 itu meriah banget. ‘’Saya merasa bangga melihat antusiasme siswa dalam bermain dan sportivitas mereka,’’ ujar Pak Komaruddin, Kepala SMAN 1 Wungu.
Puncak kegiatan HUT SMAVI ke-27 adalah pentas seni, 29 Oktober 2011 di aula sekolah. Acara dimulai dengan aksi putra putri batik. Mengenakan batik yang modis-modis dan tata make up keren, mereka berlenggak lenggok di catwalk bak model profesional. Setelah itu, dilanjutkan dengan pensi yang berlangsung heboh. (*)

Sabet Juara Olimpiade Ekonomi
KELAS IPS yang selama ini cenderung dipandang sebelah mata mengusik hati Ema Rahmawati, siswi SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun.
Dia pun berusaha membuktikan diri kalau anak jurusan IPS juga bisa berprestasi.
Maka, ketika sekolahnya mengadakan seleksi calon peserta olimpiade Ekonomi, dia ikut mendaftar. ‘’Akhirnya terpilih jadi salah satu perwakilan sekolah ke olimpiade Ekonomi tingkat kabupaten tahun ini,’’ ujarnya.
Untuk terjun di olimpiade Ekonomi tingkat kabupaten, persiapan yang dilakukan Ema nggak main-main. Selain setiap hari mengikuti bimbingan dari guru Ekonomi, dia rajin berburu referensi dari buku-buku yang ada di perpustakaan sekolah.
Kerja kerasnya terbayar lunas setelah cewek penyuka novel yang ultah setiap tanggal 8 Oktober itu berhasil meraih juara I olimpiade Ekonomi tingkat Kabupaten Madiun 2011. (*)

Paham dan Peduli Lingkungan
LOKASI sekolah di daerah pegunungan membuat anak-anak SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun dekat dengan alam.
Mereka juga punya kepedulian tinggi pada lingkungan. So, nggak salah kalo sejak tahun 2008 ada mulok pendidikan lingkungan hidup alias PLH.
Bu Hanik Ulfiatum, guru PLH, mengatakan bahwa dengan mulok PLH diharapkan SMAN 1 Wungu menghasilkan murid yang tidak hanya berhasil di pelajaran pokok, tapi juga terampil dalam memahami dan melindungi alam sekitarnya.
‘’PLH adalah proses membangun populasi manusia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan dan segala masalah yang berkaitan dengan lingkungan. Dan, karena kita ‘anung’ (anak gunung, Red) kita harus lebih peduli terhadap lingkungan dari pada masyarakat di kota,’’ terang Bu Hanik.
Pada pelajaran PLH, siswa juga diajari memanfaatkan barang bekas atau limbah menjadi sesuatu yang punya nilai tambah. Misalnya, limbah plastik dibikin baju yang unik. ‘’Modelnya nggak kalah keren dari baju dijual di mall,’’ kata Sasty, siswi kelas XI.
Bahkan, SMAN 1 Wungu pernah menyabet juara I dan harapan I lomba daur ulang tingkat provinsi tahun 2009. Sedangkan tahun ini medapat juara III Putra Lingkungan. Sekolah ini juga membuat Hutan Pendidikan dengan menanam ratusan tanaman glodog pecut dan jati bekerjasama dengan Perhutani KPH Madiun. (*)

Mading Violeta Langganan Juara
SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun punya banyak jurnalis muda berbakat lho. Buktinya, majalah dinding alias mading sekolah ini sering meraih juara.
Bahkan, dalam lomba mading yang diadain STAIN Ponorogo, tim SMA Violeta-sebutan SMAN 1 Wungu-selalu menyabet juara I dalam tiga tahun berturut-turut.
Tim mading Violeta juga pernah meraih juara I dan III lomba tingkat eks Karesidenan Madiun di Unmuh Ponorogo. Sedangkan di Exmud Party Radar Madiun menyabet juara harapan I.
Moncernya prestasi anak-anak mading SMAN 1 Wungu keseriusan pihak sekolah mewadahi minat dan bakat siswa di bidang jurnalistik. Mereka secara bergilir papan mading yang sudah disediakan khusus. “Menyalurkan bakat anak lewat mading lebih baik dari pada corat-coret yang tidak pada medianya,’’ kata guru pembimbing mading Pak Chlorida Palianto.
Nggak itu saja, tiap semester diadain lomba untuk anak-anak ekskul mading. ‘’Membaca ilmu pengetahuan yang kemudian diikat dengan menulis adalah apresiasi yang ditunjukkan para murid melalui wadah mading,’’ kata Bu Nilam Wianti, guru pembimbing mading lainnya.
Vony Octavia Ayu, salah satu peserta ekskul mading, berharap tim Violeta bisa mewakili Kabupaten Madiun ke lomba tingkat provinsi. ‘’Kita juga pengen bikin mading gerak. Moga aja sekolah bisa nyediain angarannya,’’ kata dia. (*)

Ikut Bantu Atasi Problem Siswa
PENGABDIAN guru BP SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun pantas diacungi jempol. Bagaimana tidak, mereka tak jarang harus menempuh jarak puluhan kilometer dan medan yang sulit demi menemui muridnya, terkait program home visit di sekolah itu.
Saat home visit itulah guru BP memberikan motivasi dan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa-siswi. Misalnya, terlambat ke sekolah, tidak masuk tanpa alasan yang jelas , mengantuk saat KBM, dan sebagainya. ‘’Memang moto kami adalah BP peduli siswa,’’ kata Pak Wibisono, salah satu guru BP.
Kalau ada permasalahan yang dihadapi siswa, lanjut Pak Wibisono, guru BP tidak langsung memberikan sanksi pada murid, tapi mengevaluasi terlebih dahulu mengapa anak itu melanggar tata tertib.
Menurut Pak Wibisono, memecahkan permasalahan siswa harus dilakukan tanpa rasa emosional sedikit pun. Guru BP juga selalu menekankan pada siswa-siswinya agar tak mudah putus asa dalam menghadapi problemnya. ‘’Setiap permasalahan sesulit apapun pasti ada solusinya, walaupun kadang butuh proses lama,’’ tuturnya, diamini Pak Dwiwojo, guru BP lainnya. (*)

Motor Tua Saksi Perjuangan Hidup
JANOKO. Begitulah cowok satu ini biasa disapa. Janoko bisa dibilang sosok istimewa. Bagaimana tidak, di usia yang baru 18 tahun,
tekat siswa SMAN 1 Wungu ini untuk menempuh pendidikan sungguh luar biasa.
Setiap hari, untuk pergi ke sekolah dia harus menempuh jarak puluhan kilometer dari Caruban, tempat tinggalnya. ‘’Motor tua ini aku beli dari gaji pertama saat bekerja di Surabaya. Ia setia mengantarku ke mana pun aku pergi. Saat aku berangkat bekerja, pulang atau kemana saja sesuai kata hatiku. Motor ini saksi perjuangan hidupku,’’ ujarnya.
Jauhnya jarak ke sekolah memaksa Janoko pukul 06.00 sudah berangkat dari rumah. Meski jauh, dia merasa betah menuntut ilmu di SMAN 1 Wungu. ‘’Aku disambut dengan tangan terbuka oleh semua warga sekolah ini tanpa adanya melihat status sosial. Jadi betah dan tambah semangat menjalani hidup,’’ kata Janoko.
Rasa lelah menempuh perjalanan jauh saat pulang sekolah langsung hilang ketika di dapur sang ibu telah menyiapkan menu spesial seperti tumis kangkung dan tempe goreng. ‘’Sama enaknya dengan spageti,’’ katanya.
Usai makan dan istirahat sejenak, Janoko segera berangkat ke tempat kerjanya dengan ditemani motor kesayangan. Ia bekerja tanpa pernah mengeluh sedikit pun. Sebab, itu adalah sumber usahanya demi tercapainya cita-cita. (*)

Minggu, 20 November 2011

Megah, Prosesi Ultah SMAN 5 Kota Madiun

Usung Tumpeng, Simbol Kedewasaan
MADIUN – Cara unik dilakukan keluarga besar SMAN 5 Kota Madiun menandai ulang tahunnya ke-20. Satu tumpeng raksasa setinggi satu meter diiringi pasukan khusus dengan 24 tumpeng mini biru-putih memeriahkan prosesi ulang tahu. Perayaan ini diklaim yang termegah sepanjang sejarah SMAN 5 kota.


Kepala SMAN 5 Kota Madiun Retno Susetyowati mengatakan, tumpeng adalah simbol kedewasaan. Menurutnya, sebagai lembaga pendidikan SMAN 5 teguh dan selalu optimistis menghadapi tantangan. Sebelum dipotong wali kota Bambang Irianto, tumpeng raksasa diusung empat prajurit berseragam biru-putih dan dipayungi agar tidak terpapar matahari.

Selain itu, ada dua cucuk lampah di depan tumpeng, diiringi 24 siswi berbusana khas nan menawan dilengkapi mahkota dari bulu. Di tangan para siswi itu, tumpeng kecil menghias sebagai symbol masing-masing kelas di sekolah yang berdiri pada 1991. Dengan langkah anggun diserta senyum menawan, mereka membentuk lingkaran mengelilingi tumpeng raksasa dengan iringan musik tradisional. ‘’Kreasi ini simbol kreativitas dan upaya kami menggali potensi lokal,’’ kata Retno, kemarin (19/11).

Sebelum pemotongan tumpeng, pengunjung juga disuguhi tari payung yang ditampilkan 26 penari dengan koreografi memukau. Para penari terdiri dari 21 siswi dan lima siswa dari ekskul tari itu menampilkan gerak enerjik. ‘’Tarian itu juga memiliki makna, sebuah simbol pasang surut kami menghadapi tantangan selama 20 tahun terakhir,’’ tambah Retno.

Retno yang berkolaborasi dengan salah satu rekannya, Yoyok Putra ingin menampilkan persembahan terbaik bagi sekolah. Dia berharap dengan perayaan ulang tahun yang dikemas berbeda, bisa memotivasi siswa, guru dan semua keluarga besar SMAN 5. ‘’Ke depan akan kami kemas lebih baik lagi,’’ tandasnya. (rgl/irw)

Senin, 14 November 2011

Kritik Korupsi lewat Teater

MADIUN – Korupsi di Indonesia digambarkan sudah menjalar sampai tingkat desa. Karena ketamakan pemimpin di tingkat desa, kesejahteraan rakyat sudah tak dipedulikan. Itulah pesan dari drama yang dimainkan teater Obor MAN 2 Kota Madiun dalam pentas berjudul ‘Sinden’, kemarin (13/11).


Tiga tokoh penting dimunculkan dalam drama itu. Yakni Nyai Adi Guru diperankan Dila, Nyai Narodo (Sinta) serta Nyama Dipati (Leva). Ketiganya menggambarkan birokrat yang semena-mena, menghambur-hamburkan uang negara tanpa bekerja dengan baik.

Dalam adegan tersebut, Nyai Adi Guru memerintahkan kepada kedua penggawa kerajaannya yakni Nyai Narodo dan Nyama Dipati untuk menelusuri daerah kekuasaan yang memiliki potensi alam gemah ripah loh jinawi. Tanpa terkecuali Desa Watu Gundol yang dipimpin lurah tamak.

‘’Kono ndang budalo, ojo mung dolanan wae,’’ perintah Nyai Adi Guru dalam dialog drama itu.
Pada babak selanjutnya, ditampilkan kehidupan salah satu keluarga di Desa Watu Gundul. Hidup satu keluarga yakni Panjang dan Semi, beserta ketiga putrinya Sotrik, Minul dan Atik. Adegan kedua itu menceritkan keluarga sederhana yang hidup bergantung dari penghasilan Semi, yang bekerja sebagai sinden.

Semi yang diperankan oleh Ajeng, setiap hari hidup mewah dengan busana yang bagus dan pekerjaanya hanya bersolek tidak mengurus ketiga putrinya. Sedangkan Panjang, yang diperankan oleh Febri, menganggur dan mengurus rumah. ‘’Aku ki kurang opo, duit wes tak wehi sampean yo ra suah nyambut gawe. Ngono aku kok sek kon ngopeni anakmu,’’ kata Semi.

Panjang yang menganggur, tidak bisa membantah dan hanya mengiyakan keinginan istrinya yang setiap hari pulang malam karena ada job manggung. Bahkan dalam adegan tersebut, setiap hari Panjang harus mempersiapkan tas dan sandal milik istrinya sebelum pergi bekerja. Alhasil, rumah tangga tersebut kacau karena si Panjang pun tidak bisa merawat serta memperhatikan ketiga putrinya.

Di sisi lain, lurah Watu Gundul yakni Mad Malik, hanya mementingkan dirinya dan hanya memanfaatkan keahlian sinden untuk menumpuk harta. Istri lurah pun menaruh curiga karena suaminya sering pergi dengan sinden itu hingga akhirnya minta cerai dan dikabulkan. ‘’Pemerintah tidak perduli dengan apa yang menjadi efek karena ketamakannya itu. Mereka hanya tahu harta kekayaan yang dia serap dari rakyat kecil,’’ ungkap Agung Sugijono, sutradara sekaligus pelatih teater MAN 2 Kota Madiun.

Dalam drama yang disaksikan sekitar seratus orang itu, Agung ingin menyampaikan ktitik terkait kondisi penguasa yang hanya mementingkan kepentingan mereka tanpa memedulikan rakyat kecil. Dia berharap dengan pertunjukan itu, bisa menanamkan jiwa sosial terhadap para pelajar dan khalayak. (rgl/irw)

Minggu, 13 November 2011

Tak Peduli Kontroversi, Tetap Dukung Komodo

MADIUN – Kabar sementara terpilihnya Taman Nasional Komodo (TNK) yang masuk lima besar tujuh keajaiban dunia alias The New 7 Wonders of The World (N7W) pada Jumat (11/11) sontak membuat siswa pecinta alam (Wapenala) SMAN 5 Kota Madiun bersuka ria.

Mereka menggelar aksi dukungan dengan mensosialisasikan keberadaan hewan purbakala itu kepada seluruh siswa. ‘’Kami tidak peduli ada kontroversi atau tidak, namun sebagai pecinta alam kami siap mendukung pelestarian Komodo,’’ ungkap Muhamad Ayub Kriswibowo, ketua Wapenala kepada Radar Madiun kemarin (12/11).

Ayub mengatakan, aksi sosialisasi itu sudah dia lakukan sejak dua pekan lalu, tepatnya pada 29 Oktober. Selain menjelaskan kepada rekan-rekan siswa mengenai TNK, Ayub dibantu 11 anggota Wapenala juga meminta kepada setiap siswa, agar berpartisipasi mendukung keberadaan Komodo sebagai peninggalan sejarah yang harus dilestarikan. ‘’Salah satu bentuknya dengan mengirim sms, agar masuk ke tujuh besar kejaiban dunia,’’ tuturnya.

Selama hampir dua minggu, Ayub menjadwalkan program sosialisasi tersebut keseluruh siswa di 24 kelas yang berjumlah sekitar 800 siswa itu. Meski tidak semua memberikan dukungan penuh, namun Ayub optimis bisa membantu meloloskan TNK sebagai satu diantara tujuh keajaiban dunia. ‘’Ada beberapa siswa yang mengirimkan dukungannya,’’ imbuhnya.

Salah satunya, Meilyta siswi kelas XI IPA 2 itu mengaku sudah mengirimkan 500 pesan singkat kepada operator yang khusus melayani dukungan via sms itu. Dukungan itu tidak sekaligus dia kirim, melainkan setiap hari selama kurang lebih satu minggu. ‘’Vote baru ditutup kemarin, dan saya senang sementara sudah masuk lima besar,’’ tuturnya.

Sayangnya, pengumuman tersebut masih bersifat sementara dan belum mutlak. Karena pihak penyelenggara baru akan mengumumkan hasil akhir pada awal tahun depan. Hal inilah yang saat ini menjadi kekhawatiran siswa wapenala termasuk Meilyta.
‘’Kalaupun tidak terpilih, Komodo wajib dilestarikan. Caranya dengan menumbuhkan rasa memiliki pada TNK, yakni dengan menjaga kelestariannya dan jangan ada perburuan liar,’’ tegasnya.

Apalagi, kata dia Komodo merupakan salah satu jenis hewan purba yang kini masih hidup. Sudah seharusnya hewan reptil itu dijaga dari kepunahan agar tetap betahan menjadi warisan budaya di Indonesia. (rgl/rif)

Sabtu, 12 November 2011

Galang Tanda Tangan Seribu Siswa

Upaya Pemecahan Rekor
MURI di Hari Guru

NGAWI - Hari Guru masih dua pekan lagi nanti. Namun, gaung peringatannya sudah mulai terasa. Di SMAN 1 (Smasa) Ngawi, misalnya, menggalang seribu tanda tangan siswa. Para pelajar itu membubuhkan tanda tangan dengan spidol di kain putih sepanjang 10 meter.
Kelak, kain yang sudah penuh dengan tanda tangan siswa itu akan dikirim ke Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) di Jakarta untuk pemecahan rekor MURI kategori pembubuhan tanda tangan terpanjang dan terbanyak. ‘’Ini salah satu bentuk solidaritas dari FON (Forum OSIS Nasional, Red) dalam peringatan Hari Guru,’’ terang Ketua OSIS SMAN 1 Mharta Adji kemarin (12/11).

Pembubuhan tanda tangan itu dilakukan seluruh siswa sebelum masuk kelas. Tak butuh waktu lama, seribu siswa menjalankan aksi yang terbilang unik itu. ‘’Cuma sejam. Untuk mengindari antrean, spidol harus banyak. Dan, siswa dilarang berlama-lama saat membubuhkan tandan tangan,’’ paparnya.

Kain putih yang sudah penuh dengan tanda tangan siswa, selanjutnya digulung rapi sebelum dikirim ke Jakarta via pos. ‘’Seluruh OSIS dari Sabang sampai Merauke sudah sepakat dengan lokasi pengiriman. Sebelum tanggal 25 November harus sudah tiba di Jakarta. Sebab tanggal itu (25 November, Red) pemecahan rekor MURI akan dilaksanakan,’’ ungkapnya.

Pemecahan rekor MURI pembubuhan tanda tangan terpanjang dan terbanyak itu, lanjut dia, melibatkan 100 SMA sederajat. Dengan jumlah sekolah itu, diperkirakan seluruh kain yang dipenuhi tanda tangan bila digabungkan panjangnya mencapai satu kilometer. ‘’Minimal harus seribu meter dengan lebar satu meter. FON sangat optimistis bisa terealisasi (pecahkan rekor MURI, Red). Sejak sepekan terakhir kami selalu berkoordinasi dengan OSIS se-Jatim,’’ ujarnya.

‘’Melihat antusiasme siswa, bukan tidak mungkin dalam peringatan Hari Guru nanti juga akan diadakan kegiatan serupa di lingkup sekolah,’’ imbuh Joko Trihono, wakil kepala sekolah (wakasek) bidang kesiswaan.(dip/isd)

Selasa, 08 November 2011

SMK PGRI 4 Ngawi

ASAH BAKAT

Ekskul Dance dan Tari
SMK Panter Unjuk Gigi

EKSKUL di SMK PGRI 4 Ngawi atau dikenal dengan sebutan SMK Panter banyak banget lho.
Mulai PMR, pramuka, olahraga, sampai seni. Dan, yang paling khas adalah ekstra dance. Khasnya itu, setiap diadain class meeting pasti ada lomba dance antarsiswa. Tujuannya untuk menggali potensi anak-anak SMK Panter di bidang dance.
Anggota Panter Dance saat ini berjumlah lebih dari 50 anak, dari kelas X, XI, maupun XII.
Mereka sudah sering tampil di berbagai acara lho. Agustus lalu, misalnya, ikut memeriahkan peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-66 di Kecamatan Geneng. ‘’Kita sekolah nggak hanya cari ilmu saja, tapi juga cari teman dan cari pengalaman. Jadi, rugi kalau nggak ikut ekstra sama sekali,’’ kata Desy Wulan, salah satu peserta ekskul dance SMK Panter.
Meskipun gentol menggali bakat dancer-dancer jempolan, bukan berarti SMK Panter melupakan seni tradisional. Sekolah yang sekarang dinahkodai Pak Sukamto ini juga punya ekskul tari. Prestasi anak-anak tari juga nggak kalah mentereng lho. Mereka pernah dapat juara tingkat kabupaten maupun provinsi. (*)

Hotspot hingga Bursa Kerja
MASUK dunia kerja sekarang nggak gampang. Modal ilmu akademis saja nggak cukup, tapi juga dibutuhkan life skill. So, SMK PGRI 4 Ngawi sengaja membekali siswa-siswinya dengan keterampilan sesuai bidang ilmu yang digeluti.

‘’Tentunya didukung dengan fasilitas untuk proses belajar mengajar yang lengkap,’’ terang Pak Sukamto, kepala sekolah.
Pak Sukamto lantas mencontohkan beberapa fasilitas penunjang kegiatan berlajar mengajar. Antara lain 4 laboratorium komputer yang sudah terkoneksi dengan internet dan 1 laboratorium khusus untuk perakitan komputer. ‘’Juga disediakan free hotspot area. Jadi, warga sekolah tak kesulitan jika hendak mengakses data dari internet,’’ ungkapnya.
SMK Panter-sebutan SMK PGRI 4 Ngawi-juga memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) yang siap menyalurkan siswa-siswi kerja di dalam maupun luar negeri. ‘’Walaupun begitu, lulusan yang hendak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi juga siap bersaing dengan mereka yang berasal dari sekolah umum,’’ tuturnya.
Gimana sih asal-usul sebutan SMK Panter? Awalnya, istilah Panter itu singkatan dari ‘depan terminal’. Tapi sekarang setelah memiliki sertifikat standar internasional dalam bidang mutu manajemen ISO 1009:2008, istilah Panter berubah jadi slogan SMK PGRI 4 Ngawi. Yaitu, kepanjangan dari pelopor, asosiatif, nasionalis, tampil, enerjik, dan religius. (*)

Bentengi Diri dengan Kegiatan Religius
ADA kegiatan khusus tiap siang hari di aula SMK PGRI 4 Ngawi yang letaknya di lantai dua sekolah itu.
Yakni, siraman rohani dan baca tulis Alquran untuk seluruh siswa yang beragama Islam. Sebelum acara berakhir, diadakan salat berjamaah.
Bukan tanpa alasan pihak sekolah ngadain siraman rohani dan baca tulis Alquran. Kegiatan itu bertujuan membentengi siswa-siswi dari berbagai hal negatif yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Di antaranya, budaya asing yang tidak sesuai dengan norma agama maupun norma masyarakat. ‘’Kami memang berupaya agar siswa tak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tapi juga kecerdasan spiritual,’’ kata Pak Ali Imron, guru agama.
Kegiatan bernuansa religius itu, lanjut Pak Imron, diharapkan bermuara pada anak didik SMK Panter-sebutanSMK PGRI 4 Ngawi-yang berakhlak mulia. ‘’Dan dapat memberikan pengaruh yang positif kepada teman maupun kepada lingkungan sekitar. Begitu juga nanti kalau sudah lulus,’’ tuturnya. (*)

Diajari Merakit Komputer
PENGEN tau banyak soal komputer? Tanya aja sama anak-anak Program Keahlian Teknik Komputer dan Informatika SMK PGRI 4 Ngawi.
Maklum, mereka diajari berbagai hal seputar komputer. Mulai dari pengenalan hardware, sampai instalasi software.
Bahkan, siswa Teknik Komputer dan Informatika yang kompetensi keahliannya Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) itu diajari perakitan komputer. “Semua siswa TKJ sekolah ini juga diajarkan cara mengatasi semua permasalahan dalam bidang komputer dan jaringan,’’ terang Pak Puryanto, Kepala Program Keahlian TKJ.
Siswa TKJ SMK PGRI 4 Ngawi, lanjut Pak Puryanto, memang disiapkan untuk bekerja dalam bidang komputer dan jaringan, sehingga bisa merakit komputer hukumnya wajib. ‘’Di sini ada laboratorium khusus untuk bongkar pasang komputer. Jadi, seluruh siswa TKJ bebas berekpresi dalam merakit komputer,’’ tuturnya.
Materi komputer nggak cuma diberikan pada anak-anak TKJ, tapi juga siswa program keahlian Keuangan. Mereka dikenalkan dengan program akunting terkini, misalnya MYOB yang merupakan software akuntansi dengan akurasi tinggi.
Begitu pula anak-anak Program Keahlian Tata Niaga. Mereka dikenalkan dengan program administrasi seperti Microsoft Office, Excel dan sebagainya. Selain itu, ilmu terapan macam labeling dan penataan produk. (*)

Bagikan Ratusan Bungkus Daging Kurban
MOMEN Hari Raya Idul Adha tahun ini dimaknai betul oleh SMK PGRI 4 Ngawi. Sekolah kejuruan yang dikenal dengan sebutan SMK Panter ini membagikan daging kurban kepada masyarakat Desa Tepas, Kecamatan Geneng.

Yang menarik, pembagian daging kurban itu dilakukan di sela kegiatan perkemahan di desa tersebut. Kemah kali ini diikuti sekitar 80 siswa yang merupakan pengurus OSIS dan anggota PMR.
Kegiatan perkemahan dimulai Sabtu (5/11) pagi. Usai mendirikan tenda, anak-anak SMK Panter bersih-bersih lingkungan sekitar masjid yang lokasinya nggak jauh dari tempat kemah. Malam harinya seluruh peserta kemah mengikuti takbir di masjid dan esok harinya salat Ied.
Setelah salat Ied, satu ekor sapi pun disembelih. Selanjutnya, sebanyak 400 bungkus daging kurban dibagikan ke warga sekitar. Pembagiannya dengan cara didistribuskan kepada 7 kepala dusun yang ada di Desa Tepas. Sebagian lagi diberikan langsung kepada warga.
“Kami berterima kasih siswa-siswi SMK PGRI 4 telah mau berbagi. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya,’’ kata salah seorang warga Tepas. (*)

Selasa, 01 November 2011

SMK Negeri 2 Jiwan Kabupaten Madiun

Wow, Kirim Alumni ke Jepang
CARI kerja di zaman sekarang memang susah. Tapi, itu nggak berlaku bagi lulusan SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. Maklum, mereka sudah dibekali life skill sesuai bidang ilmu yang ditekuni. Apalagi, pihak sekolah juga nggak tinggal diam dengan membantu menyalurkan alumni ke ke berbagai perusahaan.
Bahkan, lewat kerja sama dengan JIAEC (Japan Indonesia Economic Center), Agustus lalu SMKN 2 Jiwan memberangkatkan tiga alumni ke Jepang. Mereka mengikuti on job training selama 3 tahun di Negeri Sakura. ‘’Bulan ini sekolah kami dipakai untuk seleksi on job training ke Jepang untuk periode pemberangkatan Januari nanti,’’ terang Bu Wiwik Wiyati, kepala sekolah.
Masih kaitannya sama dunia kerja, siswa SMKN 2 Jiwan dibekali keterampilan tambahan. Jurusan teknik kendaraan ringan, misalnya, meluncurkan program stir mobil. ‘’Dengan harapan selain menguasai enginee, siswa juga mahir mengoperasikan kendaraan. Yang pasti, siswa tak perlu kursus di luar dengan biaya yang lebih mahal,’’ ujar Pak Suharto, penanggung jawab program.
Hal yang sama diberikan pada siswa Untuk jurusan pemesinan. Selain mendapatkan keterampilan sesuai kurukulum, mereka dibekali keterampilan kusus di bidang fabrikasi. Melalu program ini siswa dilatih bekerja mandiri atau berwirausaha. ‘’Program ini sudah menghasilkan produk yang laku dipasarkan, baik kalangan sendiri maupun luar sekolah. Misalnya rak sepatu, vas bunga, pintu harmonica, tempat pot bunga dan sebagainya,’’ tutur Pak Darminto, kaprogdi pemesinan.
Jurusan akuntansi nggak mau kalah. Siswanya dibekali keterampilan khusus di bidang perdagangan dan keuangan lewat business center. ‘’Anak-anak juga diberi bekal etika berbisnis dengan benar,’’ kata Bu Widi Widayati, kaprogdi akuntansi. (*)

SMKN 2 JIWAN RAYAKAN ULTAH KE-7 SEKOLAH
BESAR-BESARAN
SMKN 2 Jiwan Kabupaten pada bulan Oktober lalu tepat berusia 7 tahun. Momen 7 tahun berdirinya sekolah ini dirayain secara besar-besaran. Mulai dari lomba olah raga antar-kelas, teatrikalisasi puisi, story telling, sampai fashion show.
Nggak cuma siswa-siswi yang berpartisipasi, bapak dan ibu guru juga dilibatkan lho. Mereka ikutan lomba nyunggi tampah dan memasak nasi goreng. Juga ada kakak-kakak mahasiswa PPL dari IKIP PGRI Madiun. Seru banget pokoknya. ‘’Ulang tahun ke-7 ini diharapkan sebagai momentum untuk menjadikan sekolah semakin kompetitif dan diperhitungkan masyarakat,’’ kata Bu Wiwik Wiyati, Kepala SMKN 2 Jiwan.
Memeriahkan ultah sekolah ke-7, juga diadain beberapa kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar seperti pasar malam dan servis gratis sepeda motor bekerja sama dengan salah satu dealer di Madiun. ‘’Kami juga mengadakan donor darah serta jalan sehat,’’ ungkap Bu Wiwik.
Bu Wiwik mengatakan, usia tujuh tahun boleh dibilang masa di mana sekolah masih butuh pengembangan, baik sektor fisik maupun non fisik. ‘’Dan, ini diperlukan semangat kerja semua elemen sekolah yang tinggi demi memberikan pelayanan pendidikan yang lebih baik,’’ imbuhnya.
SMKN 2 Jiwan dulunya bernama SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas) yang berdiri pada 1968. Kemudian, pada 1996 berubah menjadi Sekolah Menegah Kejuruan Abdi Negara. Akhirnya pada 2004 berubah statusnya menjadi SMKN 2 Jiwan Kabupaten Madiun. (*)

Kerja Keras Antar Bayu Juara Menulis Opini
DIAM-DIAM, SMKN 2 Jiwa Kabupaten Madiun ternyata gudangnya penulis berbakat. Setidaknya itu terlihat saat Unmer Madiun ngadain lomba menulis opini tingkat Kota/Kabupaten Madiun, SMKN 2 Jiwan menempatkan empat wakilnya di babak final. Hebat kan!
Keempat siswa tersebut adalah Bayu Ramadhan, Yayang Limas Kurnia Jaya, Febi, dan Novi. Dan, bintangnya adalah Bayu. Di final yang digelar 22 Oktober lalu dan diikuti 20 finalis itu Bayu menyabet juara II. ‘’Temanya konservasi lingkungan hidup,’’ kata Bayu.
Keberhasilan siswa kelas XII M3 program keahlian Teknik Permesinan itu meraih juara II nggak lepas dari kerja kerasnya menyiapkan diri sebelum lomba. ‘’Banyak berlatih, pantang menyerah, nggak mudah putus asa, juga berdoa,’’ ungkap Bayu sembari menambahkan kalaui keberhasilannya itu juga berkat bimbingan Pak Mahmudi.
Ngomongin soal prestasi, yang diraih SMKN 2 Jiwan sudah seabrek. Tahun ini saja ada belasan. Antara lain, juara II lomba yel-yel se-Karesidenan Madiun, juara I daur ulang sampah tingkat Kabupaten Madiun, juara III putri penegak kreasi Korwil Madiun, juara I siswa teladan SMK se-Kabupaten Madiun kelompok Teknologi, juara I siswa teladan SMK se-Kabupaten Madiun kelompok Bisnis Manajemen, dan masih banyak lagi. (*)

Borong Juara Siswa Teladan
PEMILIHAN siswa teladan SMK tingkat Kabupaten Madiun yang diselenggarakan Dinas Pendidikan bekerja sama dengan SMKN Wonoasri bulan kemaren, terasa istimewa bagi SMKN 2 Jiwan.
Bagaimana tidak, dua wakil SMKN 2 Jiwan meraih juara. Mereka adalah Gunawan dari progam keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan Intan Permatasari dari progam keahlian Akuntansi.
“Sempat nervous juga menjelang presentasi, karena peserta lain bagus-bagus. Tapi berkat motivasi dan dukungan guru pembimbing, aku bisa mengatasinya dan tampil percaya diri. Pastinya ini pengalaman berharga banget buat aku,’’ ujar Intan.
Kesan mendalam juga dirasakan Gunawan yang menyabet juara lewat karya tulisnya berjudul “Soda Kue sebagai Penghemat Bahan Bakar Kendaraan Bermotor”. ‘’Persiapannya kurang maksimal karena waktunya mepet banget. Untungnya, guru pembimbing terus kasih support,’’ katanya. (*)

Raih NUN Tertinggi, Kejar ISO
SIAPA bilang siswa sekolah pinggiran nggak bisa berprestasi. Pada ujian nasional (unas) yang lalu, SMKN 2 Jiwan mencatat nilai ujian nasional (NUN) tertinggi se-Kabupaten Madiun lho. Sedangkan untuk tingkat provinsi menduduki urutan ke-4.
Nggak gampang buat meraih prestasi itu. Persiapan sudah dilakukan jauh-jauh hari sebelum UAN. Misalnya bimbingan belajar intensif 4 kali seminggu selama 4 bulan. Nggak cuma itu, sekolah juga ngadain tryout sampai 17 kali. ‘’Kami juga wanti-wanti ke orang tua siswa agar mengawasi putra putrinya saat belajar di rumah, “ kata Bu Wiwik Wiyati, Kepala SMKN 2 Jiwan.
Dari prestasi itu serta kesiapan sumber daya manusia (SDM)-nya, SMKN 2 Jiwan memberanikan diri untuk melaksanakan program ISO 9001:2008 tentang manajemen. ‘’Program ini diharapkan bisa terwujud tahun ini,’’ ungkapnya.
Bu Wiwik menuturkan, ISO adalah standar internasional tentang pelaksanaan organisasi di suatu lembaga, baik pemerintah maupun swasta. ‘’Adapun harapan dari sekolah melalui program ISO ini semua siswa bisa terserap ke dunia industri, meningkatkan disiplin serta tertib administrasi bagi guru karyawan dan siswa, serta agar pelayanan pendidikan lebih optimal,’’ terang bu kepala sekolah yang murah senyum ini. (*)
 
Exmud Online © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum