SMAN 2 Menang Lagi, Tim
SMPN 1 Geger Lupa Mandi
Menyabet gelar bergengsi sebagai pemenang butuh pengorbanan dan kerja keras. Setidaknya itulah yang dirasakan pemenang lomba Mading Competition Exmud Party 2012 Radar Madiun, yang telah memasuki edisi keempat. Untuk juara 1 tingkat SMA disabet tim SMAN 2 Kota Madiun, sedangkan tingkat SMP diraih SMPN 1 Geger, Kabupaten Madiun. Seperti apa perjuangannya?
UMI SHOLIKAH, Madiun
EKSPRESI bangga, haru dan gembira terpancar dari rona wajah siswa yang mengenakan seragam warna krem dengan bawahan cokelat muda. Teriakan lepas terdengar kompak dari hall Pasaraya Sri Ratu Madiun, ketika perwakilan panitia Exmud Party 2012 dari Radar Madiun, membacakan satu persatu juara Mading Competition dengan tema ’all about football’ tersebut.
Mereka yang sedang bergembira itu tidak lain tim mading SMAN 2 Kota Madiun. Tanpa dikomando, tim ini larut dalam kegembiraan setelah didaulat memenangi kompetisi bergengesi pesta kreativitas pelajar terakbar se eks Karisidenan Madiun. Tim Smada itu mempertahankan status juara bertahan. Sebab, diajang yang sama tahun lalu, tim dari sekolah berlabel RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) itu juga dikukuhkan sebagai juara 1. ’’Tahun lalu (Exmud Party 2011, Red) kakak kelas yang dapat, sekarang giliran kami juara, ini cukup membanggakan,’’ ujar Ratna Ayu Kurniawati, koordinator tim Mading SMAN 2 Kota Madiun, ditemui Radar Madiun usai prosesi penyerahan hadian, kemarin (25/6).
Ratna –sapaan akrabnya- mengatakan, tim mading melibatkan 10 pelajar dari sekolah yang beralamat di jalan Biliton, Kota Madiun. Targetnya, tetap mempertahankan juara. Datang sebagai sang juara bertahan, tim mading SMAN 2 tidak mau kehilangan muka. Yakni, menerapkan strategi jitu untuk bisa mencuri perhatian dewan juri. ’’ ’’Temanya kan tentang bola, kalau mading lapangan sudah banyak. Jadi mading kami buat sekreatif mungkin dari sisi konsep dan tampilan,’’ ujar Ratna yang juga pimpinan umum mading Bina Intensitas Apresiasi Siswa (BIAS) SMAN 2.
Konsepnya dinamai ’Balldenworld,’ alias ball hidden world. Isinya menceritakan sisi lain atau fakta tersembunyi di balik dunia sepakbola. Mading tersebut dikemas cukup berani. Yakni, dengan memasukkan berbagai artikel tentang bola yang tidak banyak diketahui masyarakat. Misalnya, kasus pingsannya pemain Bolton Wanderers, Fabrice Muamba dalam pertandingan karena serangan jantung. Masih ada lagi, artikel nama kesebalasan yang unik di bumi Indonesia. ’’Ada yang sebutannya PSK dengan kepanjangan Persatuan Sepakbola Kendari. Kemudian ada juga Perawan, singkatan dari Persepakbolaan Warga Nias dan masih banyak lagi,’’ tuturnya.
Mading 3 D dan interaktif itu dilengkapi dengan permainan. Dijelaskan, proses pengerjaan mading itu memakan waktu tiga hari. Dia mengakui, persiapan timnya cukup mendadak. Sebab, anggota tim mading sebelumnya harus berijabaku dan konsentrasi ujian semester. Konsekuensinya, tim mading harus kejar deadline disamping memikirkan konsep dalam waktu singkat. ’’Kami bagi tugas dan selama dua hari penuh lembur,’’ imbuh Yovita Indriya, anggota tim lain.
Walhasil, dengan kerja keras dan tanggung jawab tim yang didukung sukarelawan dari ekskul lain bisa menyelesaikan karya mading tersebut. Dari sekian banyak detail karya itu, ada satu bagian yang pengejaannya paling sulit. Yakni membuat meja dan kaki-kaki yang terbuat dari bahan semen. ’’Karena tidak pernah pakai gergaji manual, susahnya minta ampun saat memotong triplek,’’ imbuh Cahya Yoga.
Pengalaman menarik juga diungkapkan tim mading asal SMPN 1 Geger, Madiun. Tim asal Kabupaten Madiun itu dinobatkan sebagai juara pertama untuk tingkat SMP. Mereka butuh waktu tujuh hari mereka menyelesaikan mading. Konsep dan bentuknya gawang dan garis penalti itu. Menurut Anggarita Intan, anggota tim, untuk menyelesaikan karya itu hampir setiap hari lembur. Mulai pukul 07.00 WIB sampai 21.00. Bahkan saking totalnya mengerjakan mading tersebut, sebagian besar anggota rela tidak mandi sore. ’’Jadi bau ditanggung bersama, yang penting sekarang terpuaskan menjadi juara,’’ ujarnya.
Hal senada diungkapkan Yayang Deni, dan Ilham Firmansyah anggota tim yang lain. Mereka rela membeli baterai malam hari ke pasar Pagotan, hanya untuk menyalakan bel yang berfungsi sebagai tanda gol. Itu diperuntukan pada permainan tendangan penalti yang menjadi bagian karyanya. ’’Lumayan gelap, karena rumahnya juga agak jauh. Tapi tidak masalah yang penting bisa menang,’’ tandasnya. ***(ota)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Top This Week
-
Ada Lomba Kreasi Tumpeng Perayaan HUT ke-27 SMAVI Heboh ULTAH SMAN 1 Wungu Kabupaten Madiun tahun ini dirayain besar-besaran. Lima hari...
-
Kecil-kecil Jago Inggris SUASANA kelas moon TK Bright Kiddie School Ponorogo pagi itu terlihat seru. Apalagi kalau bukan melihat tingkah l...
-
Ogah Ketinggalan Konsep Pendidikan STKIP PGRI Ponorogo merupakan salah satu perguruan tinggi tertua di Po...
Pages
blank
t
Pages - Menu
Followers
Blogroll
Pages
Blogger Tricks
Pages
Exmud Online
yeee SMADA menang lagi, alhamdulillah :)
BalasHapus