Pages

Senin, 14 November 2011

Kritik Korupsi lewat Teater

MADIUN – Korupsi di Indonesia digambarkan sudah menjalar sampai tingkat desa. Karena ketamakan pemimpin di tingkat desa, kesejahteraan rakyat sudah tak dipedulikan. Itulah pesan dari drama yang dimainkan teater Obor MAN 2 Kota Madiun dalam pentas berjudul ‘Sinden’, kemarin (13/11).


Tiga tokoh penting dimunculkan dalam drama itu. Yakni Nyai Adi Guru diperankan Dila, Nyai Narodo (Sinta) serta Nyama Dipati (Leva). Ketiganya menggambarkan birokrat yang semena-mena, menghambur-hamburkan uang negara tanpa bekerja dengan baik.

Dalam adegan tersebut, Nyai Adi Guru memerintahkan kepada kedua penggawa kerajaannya yakni Nyai Narodo dan Nyama Dipati untuk menelusuri daerah kekuasaan yang memiliki potensi alam gemah ripah loh jinawi. Tanpa terkecuali Desa Watu Gundol yang dipimpin lurah tamak.

‘’Kono ndang budalo, ojo mung dolanan wae,’’ perintah Nyai Adi Guru dalam dialog drama itu.
Pada babak selanjutnya, ditampilkan kehidupan salah satu keluarga di Desa Watu Gundul. Hidup satu keluarga yakni Panjang dan Semi, beserta ketiga putrinya Sotrik, Minul dan Atik. Adegan kedua itu menceritkan keluarga sederhana yang hidup bergantung dari penghasilan Semi, yang bekerja sebagai sinden.

Semi yang diperankan oleh Ajeng, setiap hari hidup mewah dengan busana yang bagus dan pekerjaanya hanya bersolek tidak mengurus ketiga putrinya. Sedangkan Panjang, yang diperankan oleh Febri, menganggur dan mengurus rumah. ‘’Aku ki kurang opo, duit wes tak wehi sampean yo ra suah nyambut gawe. Ngono aku kok sek kon ngopeni anakmu,’’ kata Semi.

Panjang yang menganggur, tidak bisa membantah dan hanya mengiyakan keinginan istrinya yang setiap hari pulang malam karena ada job manggung. Bahkan dalam adegan tersebut, setiap hari Panjang harus mempersiapkan tas dan sandal milik istrinya sebelum pergi bekerja. Alhasil, rumah tangga tersebut kacau karena si Panjang pun tidak bisa merawat serta memperhatikan ketiga putrinya.

Di sisi lain, lurah Watu Gundul yakni Mad Malik, hanya mementingkan dirinya dan hanya memanfaatkan keahlian sinden untuk menumpuk harta. Istri lurah pun menaruh curiga karena suaminya sering pergi dengan sinden itu hingga akhirnya minta cerai dan dikabulkan. ‘’Pemerintah tidak perduli dengan apa yang menjadi efek karena ketamakannya itu. Mereka hanya tahu harta kekayaan yang dia serap dari rakyat kecil,’’ ungkap Agung Sugijono, sutradara sekaligus pelatih teater MAN 2 Kota Madiun.

Dalam drama yang disaksikan sekitar seratus orang itu, Agung ingin menyampaikan ktitik terkait kondisi penguasa yang hanya mementingkan kepentingan mereka tanpa memedulikan rakyat kecil. Dia berharap dengan pertunjukan itu, bisa menanamkan jiwa sosial terhadap para pelajar dan khalayak. (rgl/irw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Exmud Online © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum