ALHAMDULILLAH. Rasa syukur pantas diucapin guru dan siswa SMKN 1 Gemarang, Kabupaten Madiun. Bagaimana tidak, sempat dihantui perasaan waswas, hasil ujian nasional (unas) tahun ini sangat memuaskan. Anak-anak kelas XII lulus semua. “Aku langsung sujud syukur setelah tahu lulus,” ujar Umi Nur P, siswa jurusan Multimedia yang berhasil masuk empat besar.
Ya, SMKN 1 Gemarang tahun ini mencatat angka kelulusan 100 persen. Selain disambut suka cita para siswa, hasil itu juga melegakan para guru. “Kita telah berhasil mengantarkan siswa ke gerbang sukses masing-masing,” ujar Pak Sunardi, kepala sekolah.
Angka kelulusan 100 persen itu, kata Pak Sunardi, menunjukkan kalo proses pembelajaran di SMKN 1 Gemarang berjalan mulus. Baik pembelajaran teori, praktik di sekolah, maupun praktik di perusahaan-perusahaan ternama.
SMKN 1 Gemarang usianya terbilang baru seumur jagung, tepatnya tiga tahun. Pemkab Madiun mendirikan sekolah ini didasari pertimbangan untuk mengembangkan daerah pinggiran.
Tahun pertama berdiri, sekolah yang memiliki jurusan Otomotif dan Multimedia ini cuma mendapatkan siswa kurang dari 100 anak. Kenyataan itu membuat semua warga SMKN 1 Gemarang berusaha meningkatkan kualitasnya. Alhasil, pada tahun kedua, siswa sekolah yang terletak 30 km arah timur Kota Madiun ini sudah melonjak dua kali lipat. Tren kenaikan itu berlanjut hingga tahun ketiga. ''Kami yakin, dengan fasilitas yang ada, siswa akan menjadi tenaga terampil unggulan,'' kata Pak Sunardi.
Optimisme juga dilontarkan kalangan industri. “Kalau bisa mempertahankan kualitas, SMKN 1 Gemarang bisa menjadi sekolah kejuruan unggulan,” ujar salah seorang news manager stasiun televisi lokal di Kediri. (*)
Pengalaman Widowati Jadi Anggota Paskibraka Provinsi
Terharu, Nangis
Pas Hormat Bendera
Siapa yang nggak bangga jadi anggota paskibraka. Itu pula yang dirasakan Widowati, siswi SMKN 1 Gemarang. Cewek penyuka film horor itu tahun lalu lolos seleksi paskibraka Jatim. Gimana ceritanya?
-------------------
TAU nggak, SMKN 1 Gemarang, Kabupaten Madiun, tahun lalu meloloskan siswanya jadi anggota pasukan pengibar bendera pusaka (paskibraka) tingkat provinsi, lho. Dia adalah Widowati, siswa kelas XI MM 2. “Gak nyangka sama sekali,” ujarnya.
Bahkan, saking terharunya, dia sampai menitikkan air mata pas penghormatan bendera. Padahal, sebenarnya nggak boleh lho, pasukan pengibar kan harus tegar.
Rasa bangga pantas dirasakan Wido-panggilan akrab Widowati. Soalnya, perjuangan untuk jadi anggota paskibraka itu tidaklah mudah, penuh perjuangan. ''Sebelumnya nggak pernah merasakan menjadi paskib. Hanya dulu pas kelas X pernah ikut paskib kecamatan,'' ungkapnya.
Nah, ketika masuk SMK, Wido memberanikan diri mengikuti seleksi. Dari seleksi tingkat kabupaten hingga seleksi provinsi di Pacitan dilaluinya dengan lancar. “Berdoa dan berusaha. Oya, jangan lupa minta restu ortu,” kata putri pasangan Paniman dan Partini ini tentang kiat suksesnya.
Sebelum beraksi di depan orang nomor satu di Provinsi Jawa Timur, Wido digembleng selama dua minggu. Tidak hanya fisik, tapi juga pengetahuan. “Sehari latihan paskib dua kali. Latihannya di grahadi (kantor gubernur, Red),” jelasnya.
Latihan dimulai jam 07.30 sampai jam 11.00. Lalu, dilanjutkan jam 14.00 sampai jam 17.30.
Malemnya, masih ada materi tentang keilmuan baris-berbaris dan kepemimpinan.
Meskipun kegiatannya padat, gadis penyuka film horor ini mengaku enjoy. “Soalnya dapat temen banyak. Makanannya juga enak-enak,” cetus Wido sambil tertawa.
Ngomong soal makanan, Wido punya cerita lucu. Ceritanya, selama ini dia kan nggak suka susu. Lha selama karantina di Surabaya, setiap makan pasti ada menu susunya. ''Terpaksa dech ditelan, walaupun agak eneg-eneg,” ujarnya.
Wido mengaku pernah dihukum push up karena keliru gerakan. Tapi semua itu terbayar lunas. Fasilitas yang diterima lumayan menggiurkan. Ada satu set seragam lengkap, kaos olahraga dan sepatu. Uang saku pun di tangan. “Apa pun bakatmu kalau dikembangkan dengan maksimal, pasti hasilnya positif,” tutupnya. (*)
Banyak Kreasi
Siswa Multimedia Ada
Tugas Bikin Film Pendek
SMKN 1 Gemarang lokasinya di perbatasan Kabupaten Madiun-Nganjuk. Meskipun letaknya ndeso di lereng gunung (Wilis), siswa sekolah ini nggak mau ketinggalan teknologi. Buktinya, anak-anak jurusan Multimedia (MM) SMK Blue-sebutan SMKN 1 Gemarang-punya kemampuan nggak kalah sama mereka yang sekolah di kota.
Anak-anak Multimedia diajarin berkreasi grafis dengan baik. Mulai dari menggambar freehand, computer, sampe editing. Nah, di sinilah banyak dituntut kepekaan seni dan tentu saja kerja keras sebagai modal utama terjun di dunia kerja nanti.
Dalam setiap pelajaran, siswa pasti dikasih tugas. Photoshop misalnya, tugasnya antara lain bikin konsep iklan layanan masyarakat. Saking sulitnya tugas, nggak jarang siswa sampai nginep di sekul buat nyelesein. “Tujuannya membekali siswa apa saja yang dibutuhkan dunia industri,” ujar Pak Bekti Ari, ketua Jurusan Multimedia.
Untuk pelajaran pertelevisian juga ada macem-macem tugas. Mulai dari bikin company profile, video klip musik, sampe film dokumenter dengan durasi 10 menitan. Naskah film itu harus dibuat sendiri dan ada akting di dalamnya. ‘’Jadi, siswa juga dituntut pintar berakting karena akan memerankan tokoh yang telah di tentukan. Mereka juga harus jeli memilih lokasi untuk pengambilan gambar,’’ ujarnya.
Nah, setiap akhir tahun karya anak-anak MM dipamerkan di sekolah. Nggak cuma dipajang, karya-karya pilihan itu dinilai. Pemenangnya dapat hadiah tertentu. “Biar anak-anak terbiasa berkompetisi,” lanjut guru yang masih lajang ini.
Kata Pak Bekti Ari, untuk mematangkan kemampuan, siswa mengikuti praktik industri di perusahaan-perusahaan besar seperti Radar Madiun, Radar Kediri, stasiun televisi lokal, dan masih banyak lagi. ‘’Beberapa di antaranya bahkan sudah menyatakan minatnya pada lulusan SMKN 1 Gemarang,’’ ungkapnya.
Selain Multimedia, SMKN 1 Gemarang yang sekarang dinahkodai Pak Sunardi ini juga punya jurusan Teknik Kendaraan Ringan (TKR). Di jurusan ini banyak diajari tentang otak-atik mobil dan motor. Bagaimana menjalankan, merawat, memperbaiki maupun memodifikasinya. (*)
Mading Good, Fotografi Yahud
SMKN 1 Gemarang, Kabupaten Madiun, ternyata menyimpan potensi jurnalis jempolan. Mau bukti? Pada mading competition Exmud Party yang diadain Radar Madiun tahun 2009, tim sekolah ini berhasil meraih juara 1. ''Bangga banget,'' Umi Pratiwi, salah satu kru mading SMKN 1 Gemarang saat itu.
Pantes saja Umi dan kru mading SMKN 1 Gemarang lainnya berbangga. Soalnya, waktu itu persiapannya terbilang mepet. Lagian sekolahnya juga baru setahun berdiri. Saking bangganya, mading bertema global warming itu pun sempat di arak di kecamatan saat karnaval tujuh belasan.
Kehebatan jurnalis-jurnalis muda SMKN 1 Gemarang nggak lepas dari adanya ekskul jurnalistik di sekolah itu. Ekskul yang berdiri pada tanggal 26 juli 2009 itu dikasih nama Ukara , singkatan dari Unen saka Gemarang. Peserta ekskul ini ngadain pertemuan tiap hari. Karya yang udah lahir pun beragam, mulai dari artikel, puisi, opini, sampe cerpen.
Nah, kemenangan di Exmud Party edisi pertama itu memotivasi anak-anak ekskul jurnalistik ikut lomba sejenis. Waktu Unmuh Ponorogo ngadain lomba mading awal tahun ini misalnya, SMKN 1 Gemarang ngirim tim ke sana. Hasilnya, mading bertema green techno itu dapet juara 2.
“Nggak nyangka banget, soalnya persiapan cuma tiga hari. kita mepet,” kata Laila Ulfa, salah satu peserta ekskul jurnalistik SMKN 1 Gemarang. “Asyik aja kalo dikejar deadline, malah bikin kecanduan…hehe. Waktu lomba itu, seluruh tim yang berjumlah enam anak ngantuk nggak keruan karena malemnya begadang,'' imbuh Christine Diny, siswi lainnya.
Nggak cuma itu, pada lomba tersebut, salah satu anggota tim SMKN 1 Gemarang menyabet juara 1 lomba fotografi. Dia adalah Nopya Listihani. Cewek penghuni kelas XI MM 1 ini mengusung foto berjudul “Menggapai Impian”.
Di foto tersebut, gadis penyuka bakso ini dengan pintar menggambarkan semangat anak-anak SD untuk sekolah. Menggunakan komposisi leading line, Nopya mengambil objek barisan anak SD lagi jalan di pematang sawah. Ditunjang pembagian horizon yang tepat, karya Nopya jadi enak dilihat. “Banyak siswa yang memiliki minat tinggi belajar fotografi. Di sekolah kami juga ada pameran karya siswa setahun sekali,” ungkap Pak Ahya, guru fotografi. (*)
Sulap Limbah Jadi Kerajinan
MENUNTUT ilmu di sekolah lereng Gunung Wilis bikin anak-anak SMKN 1 Gemarang mencintai alam. Bahkan, pendidikan berwawasan lingkungan sengaja dimasukkan dalam kurikulum. “Kami memang ingin semua siswa bersahabat dengan alam. Tahun lalu siswi kami Umi Nur Pratiwi meraih juara 3 Putri Lingkungan Hidup Kabupaten Madiun,” kata Pak Mai, guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).
Setiap pelajaran PLH, siswa selalu berkolaborasi dengan alam. Mulai dari bersih-bersih, menanam pohon, hingga mengembangkan biakkan tanaman khusus di green house sekolah. Mereka juga diajari bikin pupuk kandang, stek tanaman, sampe sistem kultur jaringan.
Serunya lagi, siswi diajari memanfaatkan tanaman produktif yang banyak tersebar di Gemarang. Misalnya, singkong dan mangga untuk diolah jadi kripik aneka rasa seperti rasa gadung, talas dan sebagainya. Bahkan, hasilnya sudah dijual untuk uang saku. “Ya lumayan lah, bisa buat beli alat tulis sama pulsa,” ujar Jihan Widiana, siswa XI MM 1.
Kreativitas juga ditunjukkan siswa di pelajaran seni budaya. Memanfaatkan bahan-bahan limbah, mereka bikin kerajinan yang bernilai jual. Seperti tas belanja dari bungkus deterjen, tempat pensil dari botol air mineral, dan miniatur rumah adat dari kembang tebu. “Ngerjainnya lima hari,’’ ujar Adi Ratman, siswa XI MM 1. (*)
Crew:
Crew:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar