Pages

Senin, 11 Juli 2011

12 Tahun Radar Madiun

SIDE STORY
Oleh: Bambang H Irwanto

HARI INI, Radar Madiun berulangtahun ke 12. Selama dua belas tahun sudah, kami menyapa pembaca dengan menyuguhkan berita. Ada sekelumit warna menarik dalam proses pencarian berita oleh wartawan Radar Madiun.
***
Pada Rabu, 20 Mei 2009, kami menerima kabar yang menghenyakkan. Pesawat Hercules jatuh di areal persawahan Desa Geplak, Kecamatan Karas, Magetan. Sekitar pukul 06.15 WIB, Ockta Prana, salah satu wartawan kami, langsung meluncur ke lokasi . Tentu, untuk ‘memburu’ berita itu. Sepeda motor Yamaha Vega ZR dipacu menuju lokasi. Kala itu, kondisi belum begitu ramai. Naluri wartawan, harus cepat-cepat mendekat ke lokasi kejadian. Caranya, membuntuti truk Paskhas, Ockta menembus titik kejadian tanpa terhambat penjagaan petugas.
Sesampainya di lokasi, motor Vega ZR dijagang  di depan rumah warga. Jaraknya, sekitar 200 meter dari lokasi jatuhnya pesawat. Tubuh tambuh tak menghalaninya, lari ratusan meter menuju kepulan asap yang keluar dari pesawat. Berjam-jam di lokasi, berjibaku dengan kondisi untuk mendapatkan berita terbaik, Ockta Prana harus kembali ke kantor, sore hari.
Tentu, yang dituju pertama adalah sepeda motor yang semula diparkir di depan rumah warga. Alangkah terkejutnya, sepeda motor itu tak ada di lokasi yang diyakininya, sesuai feeling jarak lari, paginya. Jantung berdebar, perasaan waswas, pikiran bingung, menyelimuti Ockta Prana. Maklum, motornya tak ada di lokasi itu. Saat pagi suasana masih sepi, ketika sore hari akan pulang, lokasi sudah begitu ramai dengan ratusan motor yang terparkir.
Pulang ke kantor. Itulah yang diputuskan Ockta, meski tentu perasaannya masih cemas karena motornya belum ditemukan. Dia diantar Nofika D Nugroho, wartawan Radar Madiun lainnya yang juga meliput di lokasi kejadian. Sesampainya di kantor redaksi, tugas jurnalistik tetap dilakukan. Mengetik berita. Sebelum pulang, Ockta sempat menelepon Kasat Lantas Polres Magetan kala itu. Lapor motornya hilang.
Di kantor redaksi, ekspresi Ockta Prana tak bisa menyembunyikan rasa cemas. Cerita ke sana kemari dengan teman-temannya soal motornya yang hilang. Dilandasi sikap toleran, ada juga teman kantor yang tanya ke ‘orang pintar’. Tujuannya, kira-kira motornya Ockta di mana ya? Usai mengetik, Ockta diantar Didik Hariyono, wartawan Radar Madiun kembali ke lokasi jatuhnya pesawat. Motor pun kembali dicari, di tengah kegelapan malam. Tak ketemu, memutuskan pulang ke rumah. Di tengah jalan, masih di sekitar lokasi kejadian, Ockta sempat melihat sepeda motor dengan helm mirip miliknya. Benar saja, menurut pemilik rumah, sejak pagi motor terparkir di depan rumahnya. Oalaah, ternyata lupa tempat parkir.
Cerita lain lagi saat Didik Purwanto, wartawan yang ditugaskan di Ngawi. Tahun 2007, dia menerima tugas meliput banjir di Desa Kendung, Kwadungan, Ngawi. Berangkat pagi sekitar pukul 06.00, Didik sampai di lokasi, dari rumahnya di Magetan. Motor dititipkan di rumah warga, karena untuk menuju lokasi harus berjalan kaki, sekitar satu kilometer. Kala itu, banjir sekitar setinggi lutut orang dewasa. Dia terus menembus lokasi banjir, untuk mengetahui langsung korban banjir yang lebih parah. Sekitar pukul 11.00 WIB, dia meliput di sekitar salah satu showroom mobil, di Kwadungan. Tapi, ketinggian air banjir terus naik. Dia pun tak bisa pulang. Akhirnya, naik loteng alias atap rumah yang dijadikan showroom itu. Tak tanggung-tanggung, Didik menginap dua malam di lokasi banjir, di loteng, bersama sekitar 25 warga yang kebanyakan orang tua. Motor pun ditinggal dua hari di rumah warga, sekitar satu kilometer dari lokasi tidur Didik Purwanto.
Di kantor redaksi, berbagai upaya disusun untuk bisa mengevakuasi wartawan Didik Purwanto. Misalnya, menghubungi Tim SAR salah satu perusahaan rokok di Surabaya yang memang punya peralatan khusus. Termasuk, menjajaki kemungkinan dijemput oleh kru Radar Madiun. Setelah dua malam tertahan banjir, Didik bersama puluhan warga lain, bisa pulang dengan bantuan evakuasi tim SAR TNI menggunakan perahu karet.
Di atas adalah sekelimut cerita dari ribuan kisah proses peliputan berita oleh wartawan Radar Madiun. Hari ini, 12 Juli 2011, Radar Madiun genap berusia 12 tahun. Terhitung mulai hari ini, ada beberapa perubahan tampilan halaman. Terutama, untuk halaman Radar Ponorogo, Radar Pacitan, Radar Magetan dan Radar Ngawi. Ini semua demi pembaca. (*)
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Radar Madiun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Exmud Online © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum