Pages

Senin, 11 Juli 2011

Cerita Lova, Pelajar SMAN 2 Ngawi yang Lolos Pertukaran Pelajar di Jepang

Dikenalkan Kimono dan Makan dengan Sumpit

Siapa sangka pengalaman berkecimpung di paguyuban paskibraka (pasukan pengibar bendera pusaka) mengantarkan Lova Kharisma Setya, pelajar SMAN 2 (Smada) Ngawi terbang ke Jepang. Selama dua pekan, siswi kelas XII itu tinggal di Negeri Sakura lewat program Jenesys.

DIDIK PURWANTO, Ngawi

GURAT keceriaan tergambar jelas di wajah Lova Kharisma Setya. Matanya terus memandang layar laptop berisi foto-foto unik dan sedikit narsis. Tampak di foto itu dia mengenakan kimono, pakaian tradisional Jepang. Hasil jepretan kamera lainnya, Lova mejeng bareng sejumlah pelajar Negeri Sakura.

Gadis berjilbab itu baru saja pulang dari Jepang mengikuti program pertukaran pelajar Japan East Asia Network of Exchange for Students and Youths atau lebih dikenal dengan istilah Jenesys.

Lova dikatakan siswa yang beruntung bisa katut program itu. Maklum, seleksinya terbilang ketat. Di samping andal di pelajaran akademis, pelajar yang mengikuti seleksi harus berlatar belakang paskibraka. Kemampuan Bahasa Inggris mumpuni menjadi nilai plus gadis berkulit sawo matang tersebut terpilih dari ratusan peserta yang lain. ‘’Meski berawal dari paskibraka, ternyata seleksi akademisnya juga tak kalah penting,’’ ungkap Lova.

Lova lantas bercerita panjang lebar selama dua pekan di Negeri Matahari Terbit. Bersama 23 pelajar dari berbagai daerah di Indonesia, gadis murah senyum itu mengunjungi Osaka dan Kobe. 

Mengawali kunjungan, rombongan singgah di Kedutaan Besar RI dan pabrik observasi barang-barang bekas. ‘’Di pabrik barang bekas yang tidak saya lupakan. Bagaimana bisa melakukan observasi yang brilian di sana,’’ ucap putri pasangan Setya Budi dan Dwiana Winarsiati itu.

Kesempatan tersebut juga digunakan untuk bertanya-tanya seputar pengolahan sampah di Jepang. Ya, meski Osaka termasuk kota besar, nyaris tak ada sampah yang berserakan di jalan-jalan. Sampah-sampah itu didaur ulang untuk dijadikan bahan-bahan bermanfaat. ‘’Seperti kompos, juga ada yang untuk kerajinan,’’ paparnya.

Selama di Jepang, Lova juga berkesempatan mengikuti proses belajar mengajar (PBM) di salah satu sekolah setingkat SMA. Sistem pengajaran di sana berbeda jauh dengan Indonesia. Siswa diberi keleluasaan penuh menempuh pendidikan yang diminati. Mirip pola pengajaran di bangku kuliah. ‘’Dan, yang menyenangkan itu moving class. Setiap hari berpindah dari ruang ke ruang,’’ tuturnya.

Tak jarang, siswa diajak belajar outdoor di alam terbuka. Sementara, ruangan-ruangan penuh dengan piranti berbasis teknologi. Dengan metode pembelajaran semacam itu, siswa lebih mudah mengerti dengan materi yang diajarkan.

Bagi Lova, yang paling berkesan saat berada di Jepang adalah ketika tinggal bersama house parent penduduk asli Jepang. Dia diperkenalkan dengan kimono, makan dengan sumpit dan tata cara berkomunikasi dengan warga. ‘’Saya tinggal di keluarga Tanaka Koichi, seorang dokter spesialis. Warga Jepang sangat menjunjung adat istiadat dan menghargai orang lain,’’ ungkapnya.****(isd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Exmud Online © 2011 | Designed by RumahDijual, in collaboration with Online Casino, Uncharted 3 and MW3 Forum